Kondisi Umum Agroindustri Pangan Olahan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak Geografis dan Administrasi

Letak geografis Kota Batu ± 100 Km sebelah Selatan Kota Surabaya. Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7°55´30 sampai dengan 7°57´30 Lintang Selatan dan 150°7´0 sampai dengan 118°19´0 Bujur Timur. Topografi Kota Batu merupakan wilayah pegunungan dengan ketinggian 600- 3000 mdpl, dengan suhu udara antara 17° C - 25° C. Kota Batu memiliki luas 151,37 km 2 dan berpenduduk 159.617 jiwa, berbatasan dengan: - Sebelah Selatan : Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir - Sebelah Barat : Kecamatan Pujon - Sebelah Timur : Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Dau - Sebelah Utara : Kecamatan Pacet dan Kecamatan Prigen Kota Batu adalah kota pemekaran dari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Status Kota administratif Batu menjadi Kota Batu ditetapkan sejak turunnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri pada akhir Oktober 2001 dan mulai aktif dalam kegiatan pemerintahan tahun 2002. Sampai saat ini, dalam format administrasi pemerintahan masih dalam pembenahan, hal tersebut terlihat jelas dari beberapa kantor Dinas Pemerintahan yang sampai sekarang masih bergabung antar satu dengan yang lain. Kota Batu memiliki 19 desa dan empat kelurahan yang tersebar di tiga Kecamatan Kecamatan Batu; empat Desa dan empat Kelurahan, Kecamatan Bumiaji; delapan Desa, Kecamatan Junrejo; tujuh Desa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,83 persen per tahun dari total penduduk pada tahun 2003 sebesar 158.854 jiwa Kota Batu, 2003.

5.2 Kondisi Umum Agroindustri Pangan Olahan

Sesuai dengan topografi wilayah dan iklim, pertanian Kota Batu didominasi oleh komoditas hortikultura yang meliputi: sayur-sayuran, buah- buahan dan tanaman bunga. Di samping itu pada beberapa wilayah juga diusahakan tanaman pangan seperti: padi, jagung, palawija dan tanaman pangan lainnya. Luas areal dan produksi komoditas pertanian Kota Batu disajikan dalam Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Jenis, Luas dan Produksi Tanaman Sayur Kota Batu No Komoditi Luas Ha Produksi Ton 1. Bawang Merah 1.054 11.673 2. Bawang Putih 53 532 3. Bawang Daun 130 1.800 4. Kentang 929 11.031 5. Kubis 561 10.246 6. Sawi Putih 5650 9.100 7. Wortel 991 14.929 8. Cabe Merah 84 1.008 9. Buncis 59 708 10. Labu Siam 13 132 11. Tomat 119 2.023 12. Seledri 15 225 Sumber: Dinas Pertanian Kota Batu Tahun 2004 Pada Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa berbagai jenis komoditas sayur- sayuran diusahakan oleh petani Kota Batu dengan jenis yang dominan antara lain: Wortel, Kentang, Bawang Merah, Kubis dan Sawi Putih. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas sayur-sayuran merupakan komoditas andalan bagi sebagian besar petani sebagai sumber penghasilannya. Sebagian besar sayur-sayuran diusahakan di wilayah Kecamatan Bumiaji karena sesuai dengan topografinya yang memungkinkan komoditas tersebut diusahakan. Disamping sayur-sayuran Kota Batu juga menghasilkan berbagai jenis buah-buahan dataran tinggi, sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 6. Jenis, Jumlah Pohon dan Produksi Tanaman Buah Kota Batu No Komoditi Jumlah Pohon Produksi Ton 1 Apel 2.631.919 14.744 2 Jeruk 29.840 136 3 Alpokat 14.830 224 4 Kesemek 2.319 58 Sumber: Dinas Pertanian Kota Batu Tahun 2004 Kota Batu sangat dikenal sebagai penghasil buah apel yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan buah apel dari daerah lain. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa apel masih menjadi buah-buahan dominan yang diusahakan oleh para petani di Kota Batu, diikuti oleh jeruk, alpokat dan kesemek. Sektor pertanian masih merupakan sumber penghasilan sebagian besar masyarakat perdesaan di Kota Batu. Masyarakat Kota Batu sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 29.882 orang atau sebesar 53.52 . Dalam distribusi persentase PDRB Kota Batu tahun 2005, sektor pertanian menempati urutan terbesar kedua dengan konstribusi sebesar 21,17 ADHB dan 23,54 ADHK. Sementara sektor industri pengolahan didominasi oleh konstribusi sub sektor makanan dan minuman olahan memberikan 8,34 ADHB dan 8,33 ADHK. Seiring dengan keberadaan Kota Batu yang tumbuh secara alami sebagai sebuah kawasan agropolitan, menjadi pendorong adanya integrasi pembangunan ekonomi wilayah, terutama melalui pengembangan sistem agribisnis terpadu. Masyarakat petani di Kota Batu telah cukup lama menggeluti industri kecil rumah tangga yang bergerak dalam usaha agroindustri pangan olahan. Menjamurnya usaha agroindustri pangan olahan selama lima tahun terakhir di Kota Batu sangat berpotensi menjadi pendorong Kota Batu sebagai Kota Pengembangan Kawasan Agropolitan. Penetapan Kota Batu sebagai Kawasan Agropolitan memungkinkan tumbuhnya usaha budidaya on farm yang meliputi usaha Agribisnis hulu berupa penyediaan sarana pertanian, Agribisnis hilir prosessing dan pemasaran hasil pertanian dan jasa-jasa pendukungnya. Kota Batu terbagi dalam 3 tiga Kawasan Agropolitan berdasarkan pembagian wilayah Kecamatan yang ada. Masing-masing Kecamatan memiliki titik tekan yang berbeda antara satu dengan yang lain, dikarenakan adanya perbedaan tipologi kawasan, jenis produk unggulan dan keterkaitan wilayah terhadap pertumbuhan Kota Batu secara umum. Sesuai dengan topografi wilayah dan iklim, pertanian Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Batu didominasi oleh komoditas hortikultura yang meliputi: sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman bunga. Sedangkan di Kecamatan Junrejo banyak diusahakan budidaya sayur- sayuran dan tanaman pangan seperti: padi, jagung dan palawija. Tabel 7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Banyaknya Pelaku usaha Agroindustri Pangan Olahan No Kecamatan DesaKelurahan Luas Wilayah Km 2 Jml.Pelaku Usaha orang 1. Batu 1. Kel Songgokerto 5,17 7 Lw = 482,50 2. Kel Ngaglik 3,78 3 Pddk : 3. Kel Sisir 8,89 12 74.749 4. Kel Temas 4,23 3 5. Desa Sumberejo 4,39 3 6. Desa Sidomulyo 3,39 6 7. Desa Pesangrahan 5,94 4 8. Desa Oro-Oro Ombo 12,46 3 2. Bumiaji 1. Desa Punten 2,81 14 Lw = 553,30 2. Desa Tulung Rejo 12,49 6 Pddk = 3. Desa Sumber Gondo 5,73 1 47.546 4. Desa Bulukerto 5,48 1 5. Desa Gunungsari 3,42 - 6. Desa Bumiaji 4,78 12 7. Desa Pandanrejo 3,34 1 8. Desa Giripurno 17,26 - 3. Junrejo 1. Desa Torongrejo 5,19 1 Lw = 331,60 2. Desa Beji 3,18 15 Pddk = 3. Desatlekung 9,67 1 36.559 4. Desa Mojorejo 2,63 11 5. Desa Junrejo 4,88 1 6. Desa Dadaprejo 2,89 1 7. Desa Pendem 4,72 1 Jumlah 108 Sumber: Survei Lapangan dan Dinas Pertanian Kota Batu, 2006 Tabel 7 diatas menggambarkan keberadaan kegiatan agroindustri pangan olahan secara umum di Kota Batu, meliputi antara lain: produksi krupuk ikan, minyak kacang, tahu, tempe, kue kering, mi bihun, jahe instan, kacang telur, kripik kentang, kripik apel, jenang apel, jenang strawberry, sari apel, sari jeruk, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, keberadaan kegiatan produksi di bidang agroindustri pangan olahan di Kota Batu dikelompokkan lagi secara lebih spesifik ke dalam kelompok kegiatan produksi pangan olahan yang memiliki keterkaitan erat dengan keberadaan bahan baku lokal di Kota Batu antara lain sebagai berikut: 1. Usaha Kripik: Kripik Kentang, Kripik Apel, Kripik Nangka, Kripik Wortel, Kripik Kesemek, Kripik Salak dan Kripik Nanas. 2. Usaha Sari Buah: Sari Apel, Sari Jeruk, Sari Strawberry, Cuka Apel, Sari Tamarillo, Sirup Tamarillo. 3. Usaha Jenang: Jenang Apel, Strawberry, Nanas dan Jenang Wortel.

5.3 Karakteristik Pelaku Usaha Agroindustri Pangan Olahan