Evaluasi Kelayakan Agroindustri Kajian kelembagaan agroindustri pangan olahan di kawasan-kawasan agropolitan Kota Batu Provinsi Jawa Timur:

konsep peranan role merupakan komponen utama kelembagaan. Sedikitnya terdapat lima sistem kelembagaan yaitu : sistem komunikasi, sistem ekonomi, sistem kesepakatan, sistem otoritas dan pembagian kekuasaan serta sistem ritual untuk mempertahankan ikatan-ikatan sosial social cohession yang ada. Definisi tersebut jelas menekankan pada pentingnya fungsi dan peranan kelembagaan dalam mewarnai tata kehidupan masyarakat. Menurut North 1991 kelembagaan mengandung makna aturan main yang dianut masyarakat atau anggota yang dijadikan pedoman oleh seluruh anggota masyarakat atau anggota organisasi dalam melakukan interaksi. Peran utama kelembagaan dalam masyarakat adalah mengurangi ketidakpastian uncertainty dengan menciptakan struktur yang seimbang dalam interaksi manusia namun tidak otomatis efisien. Rachman 1999 menambahkan bahwa kelembagaan secara evolusi tumbuh dari masyarakat atau sengaja dibentuk. Namun pada hakekatnya bentuk kelembagaan mengatur tiga hal esensial, yaitu penguasaan, pemanfaatan, dan transfer teknologi. Keragaan yang merupakan dampak dari bekerjanya suatu institusi sangat tergantung pada bagaimana institusi mengatur hal-hal tersebut.

2.3 Evaluasi Kelayakan Agroindustri

Pengembangan agroindustri memerlukan berbagai kajian kelayakan, yaitu kelayakan teknis, ekonomis dan kelayakan sosial. Kelayakan teknis menyangkut aspek teknis dan teknologi yang digunakan. Menurut Husnan dan Suwarsono 1994 aspek teknis dan teknologis berkaitan dengan penentuan kapasitas produksi, pemilihan teknologi, penentuan kebutuhan bahan baku, bahan pembantu dan bahan pendukung serta penentuan lokasi dan letak pabrik pengolahan. Tarigan 2006 menyatakan bahwa dalam studi kelayakan terkandung berbagai aspek seperti aspek teknis, manajerial, keuangan, sosial ekonomi dan dampak lingkungan. Dari sudut pertimbangan teknis perlu dilihat apakah proyek itu memang dapat dibangun, misalnya setelah memperhatikan lokasi, bahan yang dibutuhkan, dan peralatan yang diperlukan. Dari sudut manajerial perlu dilihat apakah memang ada orang-orang yang memiliki berbagai keahlian yang sesuai dan dapat digabung dalam satu kesatuan kerja, baik dalam masa pembangunan maupun pada masa pengoperasiannya. Dari sudut keuangan financial perlu dilihat apakah ada sumber dana yang cukup untuk membiayai pengoperasiannya. Selain itu, apabila proyek ditujukan untuk memperoleh pendapatan, maka pendapatan itu selain mampu menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan juga masih dapat menghasilkan laba, sehingga penanam modal tidak merasa rugi untuk menanamkan modalnya di proyek tersebut. Aspek sosial ekonomi adalah melihat dari sudut pandang kepentingan ekonomi nasional, yaitu apakah proyek itu memiliki manfaat benefits lebih besar dari biaya, yang tidak kurang dari alternatif lain. Aspek dampak lingkungan adalah melihat bahwa proyek itu tidak akan merusak lingkungan sedemikian rupa sehingga banyak pihak luar yang dirugikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila kerugian semua pihak ikut dihitung, proyek itu sebetulnya tidak lebih merugikan dibandingkan manfaat yang dapat dirasakan orang banyak. Agroindustri sebagai suatu proses lanjutan untuk peningkatan nilai tambah dari hasil produksi pertanian, pengoperasiannya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku yang berkualitas, cukup jumlahnya dan kontinyu. Standar kualitas bahan baku ini juga akan mempengaruhi pemilihan jenis mesin dan peralatannya. Kajian mengenai ketersediaan bahan baku yang mudah didapat, murah dan dapat dikelola merupakan faktor yang sangat menentukan kelancaran operasi pabrik industri. Berkaitan dengan tata letak pabrik agroindustri, pemilihannya secara umum perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor pertama adalah ketersediaan bahan baku, dimana pabrik adakalanya harus dekat dengan lokasi bahan baku. Faktor kedua adalah pemasaran produk, dimana letak pabrik adakalanya harus dekat dengan pemasaran produk dan atau dekat dengan bahan baku dan pemasaran produk. Pertimbangan-pertimbangan ini dipengaruhi perhitungan biaya dan resiko. Ketiga faktor kebijakan pemerintah. Kadangkala pemerintah telah menentukan lokasi dari suatu industri tertentu, sehingga pemerintah memberikan berbagai fasilitas, keringan, bimbingan dan dukungan. Penentuan lokasi oleh pemerintah ini biasanya dikaitkan dengan kebijakan pengembangan wilayah untuk menjadikan suatu daerah sebagai kawasan investasi dan pusat pertumbuhan. Faktor keempat adalah berkaitan dengan ketersediaan industri penunjang dan industri komplementer termasuk di dalamnya kelembagaan keuangan, jasa energi, telepon, serta infrastruktur baik berupa jalan, sarana angkutan maupun fasilitas pelabuhan. Faktor kelima adalah faktor lingkungan, terutama pengaruh kegiatan terhadap lingkungan seperti limbah dan pencemaran lingkungan lainnya, sehingga untuk jenis jenis industri tertentu harus mengeluarkan biaya yang besar agar kegiatannya ramah terhadap lingkungan. Kelayakan ekonomi pada umumnya menyangkut lamanya life cycle profit dari produk yang dihasilkan, sehingga berkaitan erat dengan aspek pasar dan pemasaran serta aspek finansial. Menurut Gittinger 1986, terdapat empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan aspek pasar dan pemasaran, yaitu : 1 kedudukan produk yang direncanakan pada saat ini, 2 komposisi dan perkembangan permintaan pada masa yang akan datang, 3 adanya persaingan dan 4 peranan pernerintah dalam menunjang pemasaran produk. Kelayakan sosial pada pustaka yang ada jarang digunakan atau dijadikan pertimbangan, biasanya pada waktu dulu hanya dimasukkan dalam kelayakan teknis dan teknologi terutama yang berkaitan dengan penanganan limbah dan pencemaran lingkugan. Akan tetapi belakangan ini, dimana dunia memasuki era globalisasi dan era hak-hak asasi manusia HAM, maka kelayakan sosial harus dipertimbangkan dengan seksama, karena kelayakan sosial tersebut bukan saja berkaitan dengan limbah dan pencemaran lingkungan, akan tetapi sudah meluas kepada faktor-faktor agama, adat istiadat, kelestarian alam, pemakaian tenaga kerja dan lainnya. Secara matematis perhitungan mengenai kelayakan sosial belum ada rumus yang baku, kecuali berdasarkan data-data rasional dengan opsi berlawanan atau tidak. Apabila berlawanan dengan tata nilai atau norma sosial yang ada, maka lebih baik investasi tersebut dibatalkan Basdabella, 2001.

2.4 Strategi Pengembangan Ekonomi di Kawasan Agropolitan