Kesimpulan Kajian kelembagaan agroindustri pangan olahan di kawasan-kawasan agropolitan Kota Batu Provinsi Jawa Timur:

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan umum bahwa usaha agroindustri pangan olahan di kawasan-kawasan agropolitan Kota Batu Provinsi Jawa Timur menunjukkan adanya prospek usaha yang sangat baik, karena dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha. Walaupun di sisi yang lain ditemukan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan kelembagaan usaha agroindustri pangan olahan tersebut. Sedangkan untuk kesimpulan khusus adalah sebagai berikut: 1. Peran kelembagaan usaha agroindustri pangan olahan yang ada di Kota Batu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan kegiatan usaha, dimana pelaku usaha yang berada dalam kelembagaan perorangan informal memiliki peluang yang lebih besar untuk berkembang dibandingkan dengan pelaku usaha yang bergabung dalam kelembagaan kelompok formal. Namun, peran kelembagaan tersebut tidak mempengaruhi struktur biaya transaksi yang terjadi. Hal ini dikarenakan banyaknya kesamaan pada jalur pemasaran yang dilalui oleh kelembagaan formal maupun informal. Sehingga, keberadaan kelembagaan kelompok formal sejauh ini belum signifikan dalam pengembangan agroindustri pangan olahan di Kota Batu. 2. Pengembangan usaha agroindustri pangan olahan di Kota Batu layak secara finansial. Usaha agroindustri pangan olahan memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha, serta besarnya nilai Internal Rate of Return IRR menunjukkan bahwa komoditas pangan olahan tersebut memiliki daya saing yang tinggi. Secara berturut-turut, persentase marjin keuntungan terbesar diperoleh pelaku usaha agroindustri dari usaha Sari Apel sebanyak 40,7, kemudian Kripik Kentang 39,8, dan Jenang Apel 28,4. Selanjutnya keuntungan yang diterima toko pengecer dari usaha Kripik Kentang 36,2, kemudian Sari Apel sebanyak 11,2, dan Jenang Apel 5,6. Serta keuntungan bagi pedagang perantara dari usaha Kripik Kentang 24,6, kemudian Sari Apel sebanyak 8,4, dan Jenang Apel 4,8. 3. Partisipasi dan keterlibatan peran kelembagaan agroindustri pangan olahan di Kota Batu secara signifikan dipengaruhi oleh: Umur, Pendidikan Formal, Jumlah Tenaga Kerja, dan Informasi Harga. Sebagai karakteristik individu pelaku usaha, dengan meningkatnya umur pelaku usaha agroindustri berarti memiliki korelasi positif terhadap partisipasi pelaku usaha dalam kelembagaan formal. Begitu pula dengan pendidikan formal pelaku usaha agroindustri, semakin tinggi tingkat pendidikan formal, pelaku usaha akan menjatuhkan pilihan terhadap kelembagaan formal. Sedangkan dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki berkorelasi negatif terhadap keterlibatan pelaku usaha dalam kelembagaan formal. Selanjutnya, dummy informasi harga tahutidak tahu sebagai salah satu karakteristik biaya transaksi, menunjukkan bahwa informasi harga termasuk faktor yang mendorong pelaku usaha untuk terlibat dalam kelembagaan formal kelompok usaha agroindustri pangan olahan.

6.2 Saran