penelitian yang terkait pemodelan spasial logistik masih belum banyak dilakukan. Beberapa prediksi deforestasi dapat dilihat pada penelitian Lukman 2004 tentang
analisis spasial degradasi hutan dan deforestasi, dan Anita 2004 tentang monitoring dan modeling penebangan liar guna mendukung proses sertifikasi
hutan. Pada penelitian ini dikaji lebih lanjut tentang deforestasi melalui pembangunan model spasial prediksi deforestasi.
Lokasi penelitian dilakukan di Pulau Lombok dengan rentang waktu 1987~2000. Pada rentang waktu tersebut terjadi masa reformasi dimana laju
deforestasi mencapai 2,8 jutaha per tahun Dinas Kehutanan 2008.
1.2 Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membangun model spasial deforestasi di Pulau Lombok untuk rentang waktu 1987~2000 dengan
mempertimbangkan faktor biofisik kawasan. Penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus yaitu untuk mengindentifikasi peubah-peubah signifikan yang
mempengaruhi deforestasi serta memprediksi kawasan terjadinya deforestasi.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian dari tahun 1987~2000 dapat dijadikan sebagai dasar pencegahan deforestasi dan pengambilan kebijakan dalam perencanaan hutan.
Selain itu memberikan manfaat sebagai acuan Measurement Reporting Vervication MRV kehutanan serta dasar penyusunan Rencana pengelolaan
hutan.
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, meliputi seluruh Kabupaten Lombok Gambar 1. Pengambilan data di lapangan
dilakukan mulai tanggal 14 ~ 22 Agustus 2010. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Agustus 2010 ~ Juli 2011.
Gambar 1 Lokasi penelitian di Pulau Lombok.
2.2 Data
Data utama yang digunakan pada penelitian adalah data citra satelit Landsat multi temporal Tabel 1 dan Gambar 2 sebagai berikut :
Tabel 1 Data utama penelitian Data Citra
Perekaman Resolusi m
Landsat MSS Landsat TM
Landsat ETM+ 8 Agustus 1987
27 Juni 1995 19 Agustus 2000
79 30
30
Gambar 2 a Citra Landsat MSS 1987, b Citra Landsat TM 1995, c Citra
Landsat ETM+ 2000. Data utama yang digunakan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1 MSS Multispectral Scanning
MSS merupakan suatu alat scanning mekanik yang merekam data dengan cara men-scanning permukaan bumi dalam jalur atau baris tertentu. Karakteristik
citra Landsat MSS disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Band-band Landsat MSS
Band Panjang
Gelombang µm
Kegunaan Spektral
IFOV
4 5
6 7
0,5-0,6 0,6-0,7
0,7-0,8 0,8-1,1
Didesain untuk
mengukur perbedaan
refleksi gelombang hijau vegetasi dan penilaian vigour.
Didesain untuk mendeteksi penyerapan klorofil pada tumbuhan yang berbeda
Berguna dalam mengindentifikasi tipe vegetasi, vigour dan kandungan biomassa;
deliniasi badan air; dan kelembaban tanah. Berguna dalam mengindentifikasi tipe
vegetasi, vigour dan kandungan biomassa; deliniasi badan air; dan kelembaban tanah.
Hijau
Merah NIR
NIR 79m x 79m
79m x 79m 79m x 79m
79m x 79m Sumber: Remote sensing Digital an Introduction Image Analysis Richards 1993
b c
a
2 Landsat TM Thematic Mapper
Landsat TM merupakan alat scanning mekanis yang mempunyai resolusi spektral, spasial dan radiometrik. Karakteristik Landsat TM disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3 Band-band Landsat-TM dan kegunaannya Lillesand dan Kiefer 1997
Band Panjang Gelombang
µm Spektral
Kegunaan IFOV
1 0,45
– 0,52 Biru
Berguna dalam identifikasi objek badan air, pemetaan perairan di daerah
pesisir, membedakan
tanah dan
vegetasi dan pemetaan tipe hutan serta fitur-fitur budaya.
30m x 30m
2 0,52
– 0,60 Hijau
Didesain untuk mengukur puncak reflektansi gelombang hijau vegetasi
dan pendugaan vigour. 30m x 30m
3 0,63
– 0,69 Merah
Didesain untuk
mendeteksi penyerapan klorofil pada tumbuhan
yang berbeda 30m x 30m
4 0,76
– 0,90 Infra
merah dekat
Berguna dalam mengindentifikasi tipe vegetasi,
vigour dan
kandungan biomassa; deliniasi badan air; dan
kelembaban tanah. 30m x 30m
5 1,55
– 1,75 Infra
merah Berguna dalam indikasi kelembaban
vegetasi. 30m x 30m
6 10,4
– 12,5 Infra
merah thermal
Berguna dalam analisis stress vegetasi dan aplikasi pemetaan thermal.
120m x 120m
7 2,08
– 2,35 Infra
merah sedang
Berguna dalam diskriminasi mineral dan tipe bebatuan.
30mx30m
Sumber: Lillesand dan Kiefer 1997
3 Landsat ETM+ Enhanced Thematic Mapper Plus
Ciri khas dari citra Landsat 7 dengan sensor ETM+ adalah jumlah band yang terdiri dari 8 band. Band-band yang terdapat pada sensor ETM+ mempunyai
kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda dalam menangkap gelombang elektromagnetik dan dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi. Karakteristik
Landsat ETM+ disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik saluran pada Landsat ETM+
Saluran Panjang
Gelombang µm
Resolusi Spasial
A p l i k a s i 1
0,45 – 0,52
30m x 30m Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan
lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan.
2 0,52
– 0,60 30m x 30m
Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak di antara
dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan
untuk membedakan
tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat.
3 0,63
– 0,69 30m x 30m
Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada
salah satu daerah penyerapan klorofil dan memudahkan pembedaan antara lahan
terbuka terhadap lahan bervegetasi.
4 0,76
– 0,90 30m x 30m
Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis
tanaman, memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.
5 1,55
– 1,75 30m x 30m
Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman,
kondisi kelembaban tanah.
7 2,08
– 2,35 30m x 30m
Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.
6 10,40
– 12,50 120m x 120m Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pembedaan kelembaban tanah,
dan keperluan lain yang berhubungan deengan gejala termal.
8 panchro
matic 0,52
– 0,90 15m x 15m
Band ini digunakan untuk bergabung dengan
band spektral
lain untuk
enchamnce resolusi spasial data.
Sumber: Remote sensing Digital an Introduction Image Analysis Richards 1993
Untuk pembangunan model spasial penelitian ini menggunakan data-data pendukung berupa data vektor sebagai berikut :
1 Layer Jaringan Jalan Pulau Lombok Gambar 3a
2 Layer PDTK Peta Dasar Tematik Kehutanan Lombok Gambar 3b
3 Layer Administrasi Pulau Lombok Gambar 3c
4 Layer Slope Pulau Lombok Gambar 3d
Gambar 3 a Layer jaringan jalan Pulau Lombok, b Layer PDTK Pulau
Lombok, c Layer administrasi Pulau Lombok, d Layer slope Pulau Lombok.
2.3 Perangkat Keras Hardware dan Perangkat Lunak Software