Pengolahan Citra .1 Akurasi Hasil Klasifikasi Letak Geografis

Tabel 6 Lanjutan No Gambar Lapangan Gambar Citra Deskripsi dilapangan dan citra 7 Tambak Tambak L119 Lapangan: Aspek: - ; Fisiografi: datar; Tapak: kering; Citra: Rona: biru; Bentuk: petak-petak; Tekstur: teratur dan jelas; Pola: mengikuti garis pantai 8 Hutan sekunder Hutan sekunder L21 Lapangan: Aspek: - ; Fisiografi: datar; Tapak: kering; Citra: Rona: hijau muda; Tekstur: kasar dan jelas; Pola: tidak teratur 9 Bandara Bandar Udara L024 Lapangan: Aspek: - ; Fisiografi: datar; Tapak: kering; Citra: Rona: merah muda terang; Bentuk: memanjang; Pola: teratur 2.8 Pengolahan Citra 2.8.1 Akurasi Hasil Klasifikasi Klasifikasi dianalisis menggunakan suatu matrik kontingensi adalah suatu matrik bujur sangkar yang memuat jumlah piksel yang diklasifikasi. Matrik ini juga sering disebut dengan “error matrix” atau “confusion matrix”. Secara konvensional, akurasi klasifikasi biasanya diukur berdasarkan persentase jumlah piksel yang dikelaskan secara benar dibagi dengan jumlah total piksel yang digunakan jumlah piksel yang terdapat di dalam diagonal matik dengan jumlah seluruh piksel yang digunakan Jaya 2010. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: OA = � �� � �=1 � 100 dimana: OA = Overall Accuracy � �� = nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-I dan kolom ke-i N = banyaknya piksel dalam contoh r = jumlah baris atau kolom Saat ini, akurasi yang dianjurkan untuk digunakan adalah akurasi Kappa. Akurasi menggunakan semua elemen dalam matrik. Secara matematik, akurasi Kappa ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: K = � � �� � �=1 − � �+ � + � � �=1 � 2 − � �+ � + � 100 dimana: K = Kappa Accuracy � �� = nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-I dan kolom ke-i � + � = jumlah piksel dalam kolom ke-i � �+ = jumlah piksel dalam baris ke-i N = banyaknya piksel dalam contoh r = jumlah baris atau kolom

2.9 Pembangunan Model Spasial Deforestasi

2.9.1 Model Spasial Deforestasi

Pada penelitian analisis pembangunan model spasial dapat digunakan sebagai prediksi deforestasi. Bentuk model yang digunakan pada penelitian ini adalah model logistik Eastman 2003. Dimana kode 1 menyatakan terjadinya deforestasi dan kode 0 menyatakan tidak terjadinya deforestasi. Data yang digunakan pada model spasial deforestasi adalah data penggunaan lahan tahun 1987 dan data penggunaan lahan tahun 1995. Variabel bebas yang digunakan pada model persamaan logistik adalah kelerengan, tepi hutan, dan jarak jalan. Dari variabel bebas yang digunakan merupakan peubah-peubah yang mempengaruhi deforestasi. Analisis ini biasanya digunakan dalam mengestimasi model yang menggambarkan hubungan antara satu atau lebih variabel bebas serta dapat meramalkan terjadinya deforestasi. Persamaan model spasial deforestasi dapat dirumuskan sebagai berikut : Logit p = b +b 1 x 1 +b 2 x 2 +b 3 x 3 +e Rumus ini dapat juga ditulis sebagai berikut : Ln p1-p = b +b 1 x 1 +b 2 x 2 +b 3 x 3 +e dimana: p = peluang kejadian deforestasi 0 atau 1 x = peubah yang mempengaruhi deforestasi variabel bebas b = konstanta b 1 ~b 3 = koefisien regresi e = error

2.9.2 Pembangunan Peubah

Peubah tak bebas deforestasi diperoleh dari overlay antara hasil klasifikasi dari tahun yang berbeda yakni tahun 1987 dan tahun 1995. Sedangkan peubah bebas, yaitu: jarak dari tepi hutan, dan jarak dari jalan diperoleh dari operasi buffering dengan hasil Gambar 8. Untuk peubah kelerengan diperoleh dari TIN yang derive slope kemudian diimport menjadi raster menggunakan Idrisi. Gambar 8 Hasil buffering jarak jalan dan tepi hutan, a Jarak tepi hutan, b Jarak jalan. a b Secara ringkas alur dari penelitian disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 Diagram alur penelitian pesnggunaan lahan dan perubahan lahan. Mulai Persiapan Cropping Pemodelan Spasial Deforestasi Prediksi Deforestasi Deforestasi 1987-1995 Deforestasi 1995-2000 Operasi Spasial Deforestasi Selesai Data Pendukung :  Google map  Tutupan lahan tahun 2008  Layer jalan Citra Landsat 2000 Citra Landsat 1995 Citra Landsat 1987 Peta Tuplah 2000 Peta Tuplah 1995 Peta Tuplah 1987 Pemeriksaan lapangan Ground check Batas Administrasi Layer jalan Pdtk Lombok Klasifikasi Digital Koreksi Radiometrik Koreksi Geometrik Training Area Klasifikasi Visual Elemen Penafsiran BAB III KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3.1 Letak Geografis

Pulau Lombok memiliki luas area 4738.7 km 2 . Secara Geografik Pulau Lombok terletak antara 115 o 48’ - 116 o 45’ Bujur Timur dan 8 o 12’ - 8 o 57’ Lintang Selatan. Batas wilayah Pulau Lombok : Sebelah Utara : Laut Jawa dan Laut Flores Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten LombokProvinsi Bali. Sebelah Timur : Selat SapeProvinsi NTT Pulau Lombok mempunyai 3 kabupaten dan 1 kota, luasan wilayah tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Luas area Kabupaten Lombok No Kabupaten Lombok Luas area km 2 1 Lombok Barat 1253,335 2 Lombok Tengah 1427,65 3 Lombok Timur 1993,675 4 Mataram 64,04 Total 4738,7 Sumber: KIPCCF and FFBAU 2011

3.2 Iklim