c. Media diperkaya
Media ini ditambah zat tertentu untuk menumbuhkan mikroorganisme heterotrof tertentu. Zat tersebut misalnya darah Waluyo, L., 2010.
3. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas:
a. Media cair
Media cair adalah media yang berbentuk cair. Misalnya kaldu nutrien, kaldu glukosa dan air pepton Waluyo, L.,2010.
b. Media semi padat
Media semi padat dibuat dengan bahan sama dengan media padat akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya Waluyo, L., 2010.
c. Media padat
Media padat diperoleh dengan cara menambahkan agar-agar. Agar berasal dari ganggangalga yang berfungsi sebagai bahan pemadat. Alga digunakan
karena bahan ini tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan dapt membeku pada suhu di atas 45
o
C Waluyo, L., 2010.
2.7 Pengukuran Aktivitas Antimikroba
Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi.
a. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan diinkubasi. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan.
Universitas Sumatera Utara
Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja Jawetz, 2001.
b. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur
kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji Jawetz, 2001.
c. Metode Turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair. Pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan suspensi bakteri kemudian dilakukan
pemipetan larutan uji dan dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan. Kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan
menggunakan instrumen yang cocok, misalnya spektrofotometer setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba Ditjen POM, 1995.
2.8 Bisul
Bisul abscessus furunkel adalah sekumpulan nanah neutrofil mati yang telah terakumulasi di rongga di jaringan setelah terinfeksi sesuatu umumnya
karena bakteri misalnya Staphylococcus, bakteri lain, jamur atau barang asing seperti luka tembakantikaman. Bisul juga merupakan reaksi ketahanan dari
jaringan untuk menghindari menyebarnya barang asing di tubuh Anonim a, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Organisme atau barang asing membunuh sel sekitarnya, mengakibatkan keluarnya toksin. Toksin tersebut menyebabkan radang, sel darah putih mengalir
menuju tempat tersebut dan kemudian meningkatkan aliran darah di tempat tersebut. Struktur terakhir bisul adalah dinding bisul yang terbentuk oleh sel sehat
untuk mencegah barang asing tersebut masuk ke dalam tubuh dan mencegah terkenanya sel lain. Namun, enkapsulasi ini berfungsi untuk mencegah sel imun
untuk menyerang bakteri atau barang asing di bisul Anonim a, 2010. Bisul paling sering ditemukan di daerah leher dan wajah. Akan terasa
sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan. Bisul berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah.
Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning membentuk pustula. Bisul bisa pecah spontan atau dipecahkan dan
mengeluarkan nanah dan kadang mengandung sedikit darah Anonim a, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU dan Balai Laboratorium Kesehatan Medan.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan tahapan meliputi pengumpulan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakteristik
simplisia, uji golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak dan uji aktivitas antibakteri dari ekstrak daun kecipir terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Penentuan aktivitas antibakteri ekstrak daun kecipir dilakukan dengan metode difusi agar. Prinsip
metode ini adalah menggunakan media padat dan pencetak lubang kemudian diameter hambat zona jernih bakteri diukur dengan jangka sorong.
3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat
Alat- alat yang digunakan adalah alat perkolator, alat-alat gelas, alat penentuan kadar air, aluminium foil, autoklaf Webeco, blender National, botol
bertutup, cawan penguap rata, cawan penguap, cawan petri, desikator, freeze dryer Modulio, inkubator Memmert, jarum ose, jangka sorong, kaca preparat, kaca
penutup, kertas perkamen, krus porselin, lampu bunsen, lemari pendingin
Universitas Sumatera Utara