BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Perairan Danau Toba dengan luas
± 112.970 Ha, pada dasarnya merupakan kepemilikan bersama antara 5 daerah Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara,
Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo.
Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya mempunyai pantai di Danau Toba, yaitu Kecamatan Girsang Sipangan Bolon,
Kecamatan Pematang Sidamanik, Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Haranggaol Horison.
Berdasarkan data Simalungun Dalam Angka Tahun 2009, jumlah desakelurahan yang terdapat di 4 Kecamatan tersebut adalah 31 desakelurahan
dengan jumlah penduduk sebanyak 51.080 jiwa atau 13.144 KK. Lebih kurang 72 dari jumlah penduduknya atau 36.777 jiwa bekerja menjadi petani atau nelayan.
Terdapatnya beberapa desa yang berada di daerah landai, kegiatan pertanian khususnya budidaya tanaman pangan dilakukan sepanjang tahun. Kegiatan pertanian
Universitas Sumatera Utara
tersebut meliputi: budidaya padi, bawang merah, kemiri, jahe, perikanan serta pertanian lainnya.
Panjang pantai Danau Toba yang dimiliki Kabupaten Simalungun secara keseluruhan
± 20,9 km, merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk kegiatan perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya Keramba
Jaringan Apung, tetapi pemanfaatannya terutama untuk kegiatan budidaya masih sangat kecil walaupun ada kecenderungan terjadinya peningkatan.
Berdasarkan data statistik Simalungun Dalam Angka 2009, perkembangan produksi ikan hasil budidaya dalam 3 tahun terakhir terus mengalami penurunan.
Setiap tahun rata-rata menurun 5,13, yaitu dari 174,36 ton pada tahun 2005 menjadi 154,60 ton pada tahun 2007. Penurunan produksi ini, diantaranya disebabkan oleh
banyaknya unit Keramba Jaringan Apung yang tidak beroperasi. Peningkatan harga pakan dan harga benih yang tinggi, kesulitan modal, sehingga menjadikan petani
mengalami penurunan pendapatan dan berada pada garis kemiskinan. Masalah kemiskinan di pedesaan merupakan resultan dari beberapa faktor
antara lain: pertumbuhan penduduk, rendahnya sumber daya manusia dan rendahnya produktivitas. Kemiskinan melekat pada diri penduduk miskin, disebabkan
masyarakat tidak memiliki asset produksi dan kemampuan untuk meningkatkan produkstivitas. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2010,
Kabupaten Simalungun memiliki indikator kemiskinan 12,67.
Universitas Sumatera Utara
Selama periode 2005 hingga 2007 perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan 2000 yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, dimana kontribusi sektor pertanian pada periode tersebut menunjukkan yang tertinggi dibanding sektor lain.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Simalungun Berdasarkan Lapangan Usaha Periode 2005-2007 Atas Dasar Harga Konstan
2000 Jutaan Rupiah
Sektor Ekonomi 2005
2006 2007
1. Pertanian 2.546.631,71 2.662.721,16 2.785.877,69
2. Penggalian 15.340,02
17.381,78 17.988,40
3. Industri 739.706,18
745.761,83 757.169,21
4. Listrik, Gas Air 18.794,74
20.419,41 22.140,37
5. Bangunan 76.493,83
78.404,65 81.118,97
6. Perdagangan, Hotel Restoran 361.365,91
371.123,97 388.646,93
7. Pengangkutan dan koperasi 111.908,65
115.712,74 119.595,77
8. Keuangan dan asuransi 75.875,44
77.713,61 86.784,67
9. Jasa Perusahaan 425.979,06
490.770,92 564.028,23
PDRB 4.372.095,54 4.580.010,06 4.823.349,24
Sumber: BPS Kabupaten Simalungun 2009 Kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1 sumber daya
alam yang rendah; 2 teknologi dan unsur pendukung yang rendah; 3 sumber daya manusia yang rendah; 4 sarana dan prasarana termasuk kelembagaan yang belum
baik. Anwar dan Rustiadi 2000 masalah-masalah yang dihadapi dari terjadinya
degradasi sumberdaya alamlingkungan hidup, ternyata dicirikan oleh sifat dari proses kerusakannya. Pada umumnya proses tersebut berjalan relatif perlahan
Universitas Sumatera Utara
lamban, namun dampaknya kebanyakan bersifat kumulatif, sehingga pada suatu saat akan terjadi krisis yang penanggulangannya menjadi sulit atau sangat mahal untuk
dilakukan. Sutikno 1982 dalam Baiquni, 2005 pemanfaatan sumberdaya alam, selalu
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan dorongan mencapai kemajuan, di sisi lain terjadi kemerosotan sumberdaya dan lingkungan sebagai akibat
penggunaan sumberdaya alam secara berlebihan. Menurut Fauzi 2010 satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi
sumber daya alam adalah bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan.
Pengelolaan sumberdaya alam Danau Toba dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama merupakan hal penting dalam rangka keberlangsungan eksistensi
mereka sebagai suatu entitas atau kelompok di tengah tantangan perkembangan global yang cenderung memarginalkan keberadaan mereka.
Pengelolaan sumber daya alam secara tradisional oleh masyarakat tepi Danau Toba yang berlangsung turun temurun biasanya memiliki kearifan ekologis
ecological wisdom, untuk dapat mengelola dan memanfaatkan sumberdaya secara berkesinambungan karena sudah menjadi kebiasaan yang terus menerus, atau berpola
dan digunakan oleh masyarakat dalam keseharian kehidupan mereka. Pengelolaan sumberdaya alam secara optimal dan rasional bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya alam secara
Universitas Sumatera Utara
bijaksana sesuai dengan kaidah kelestarian tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga mendapatkan manfaat yang berkesinambungan.
Pengelolaan sumber daya alam yang berlangsung saat ini dan dilakukan oleh masyarakat lokal tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun sejak dulu sampai saat ini
adalah kegiatan keseharian dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, dimana hubungan antara manusia dengan alam ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan dan
ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
alam sangat tergantung pada jenis dan sebaran sumber daya alam yang ada di lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, perlulah dikaji lebih lanjut bagaimana pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat lokal tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.
1.2. Perumusan Masalah