dan biaya jika membuat tempat wisata tanpa memberi pembinaan kepada masyarakat setempat bahwa tempat wisata tersebut adalah ikon atau sumber pendapatan yang
mampu mensejahterakan rakyat didaerah itu. Atau lebih sederhananya, sebuah pembangunan akan menjadi sia-sia jika pemerintah tidak mengenal kebiasaan
masyarakat atau potensi yang tepat untuk pembangunan didaerah tersebut.
2.4. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat
Siswanto 2001, mengatakan bahwa secara empirik banyak studi menunjukkan bahwa masyarakat lebih mampu, mengidentifikasi, menilai dan
memformulasikan permasalahannya, baik fisik, sosial kultural maupun ekonomi dan kesehatan lingkungan, membangun visi dan aspirasi dan kemudian memprioritaskan,
intervensi, merencanakan, mengelola, memonitor dan bahkan memilih tehnologi yang tepat.
Masyarakat juga dapat memainkan peranan yang sesuai dengan kondisi fisik wilayah serta ketersediaan sumber daya yang ada dengan batasan-batasan yang lebih
mereka kenal, sehingga pengelolaan sumberdaya alam yang menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat lokal tepi Danau Toba tetap dapat dipakai dalam waktu
yang relatif lebih lama dengan meminimalisir dampak yang akan muncul kemudian hari.
Pomeroy and William 1994 dalam Imbiri, 2004, menyebutkan bahwa kunci keberhasilan dalam pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat adalah:
Universitas Sumatera Utara
1 Batas wilayah yang jelas terdefinisi. Batas fisik dari suatu kawasan yang akan dikelola harus dapat ditetapkan dan
diketahui secara pasti oleh masyarakat. Dalam hal ini peranan pemerintah daerah dalam menentukan zoning dan sekaligus melegalilsasinya menjadi sangat
penting, batas-batas wilayah tersebut harus berdasarkan sebuah ekosistem, sehingga sumberdaya alam tersebut lebih mudah untuk diamati dan dipahami.
2 Kejelasan keanggotaan. Segenap pengguna yang berhak memanfaatkan sumberdaya alam di suatu
kawasan dan berpartisipasi dalam pengelolaan daerah tersebut harus dapat diketahui dan didefinisikan dengan jelas, jumlah pengguna tersebut seoptimal
mungkin tidak boleh terlalu banyak, sehingga proses komunikasi daria mayarakat yang dilakukan lebih efektif.
3 Keterikatan dalam kelompok. Kelompok masyarakat yang terlibat hendaknya tinggal secara tetap di dekat
wilayah pengelolaan. Dalam konteks ini, maka kebersamaan masyarakat akan baik dalam hal etnik, agama, metode pemanfaatan, keabutuhan harapan dan
sebagainya. 4 Manfaat harus lebih besar dari biaya.
Setiap komponen masyarakat di sebuah kawasan pengelolaan mempunyai harapan bahwa manfaat yang diperoleh dari partisipasi masyarakat dalam konsep
pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat akan lebih besaar dibanding
Universitas Sumatera Utara
biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini, salah satu komponen indikatornya dapata berupa rasio pendapatan relatif dari masyarakat lokal dan stakehoders lain.
5 Pengelolaan yang sederhana. Dalam model pengelolaan sumberdaya alam, salah satu kunci kesuksesan adalah
penerapan peraturan yang sederhana namun terintegrasi. Proses monitoring dan penegakan hukum dapat dilakukan secara terpadu dengan basis masyarakat
sebagai pemeran utama. 6 Legalisasi Pengelolaan
Masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan membutuhkan pengakuan legal dari pemerintah daerah sehingga hak dan kewajibannya dapat
terdefinisikan dengan jelas dan secara hukum terlindungi. Dalam hal ini jika hukum adat dalam suatu wilayah telah ada maka pemerintah seyogyanya
memberikan legalisasi sehingga keberadaan hukum ini mempunyai kekuatan hukum yang lebih dalam penerapannya, baik setempat maupun stakeholders lain
yang lerlibat, selain itu dengan adanya legalisasi semakin menumbuhkan kepercayaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan
sumberdaya alam yang lebih lestari. 7 Kerjasama dalam kepemimpinan masyarakat.
Kunci sukses lain adalah adanya individu maupun kelompok inti yang bersedia melakukan upaya semaksimal mungkin demi berjalannya proses pengelolaan
sumber daya alam, upaya tersebut termasuk kepemimpinan yang diterima semua pihak khususnya dalam kalangan masyarakat, selain itu program kemitraan antar
Universitas Sumatera Utara
segenap pengguna sumberdaya alam pemerintah, masyarakat, swasta, LSM dan lain sebagainya saling bermitra dalam setiap aktifitas ekonomi, sosial,
keamanan dan lain-lain. 8 Desentralisasi dan pendelegasian wewenang.
Pemerintah daerah sebagai bagian dari tripartit pengelolaan dengan model pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat ini perlu memberikan
desentralisasi proses administrasi dan pendelegasian tanggunga jawab pengelolaan kepada kelompok masyarakat yang terlibat.
9 Koordinasi antara pemerintah dan masyarakat. Sebuah lembaga koordinasi atau semacam koordinasi pengelolaan sumberdaya
alam berbasis masyarakat berada di luar masyarakat yang terlibat dan beranggotakan masyarakat lokal, stakeholders lainnya dan wakil pemerintah,
merupakan hal yang penting pula dibentuk dalam rangka memonitor pengelolaan penyusunan lokal dan pemecahan konflik.
10 Pengetahuan, kemampuan dan kepedulian masyarakat. Dalam rangka memberikan kepastian bahwa masyarakat mempunyai
kemampuan dan pengetahuan dalam pengelolaan sumberdaya alam, maka diperlukan suatu upaya yang mampu memberikan peningkatan ketrampilan dan
kepedulian masyarakat untuk turut serta secara aktif, responsif dan efektif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Sumberdaya Alam