Uji Heteroskedastisitas Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat Lokal Tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun

3. Uji Autokorelasi

Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16 dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson menunjukkan angka 1,967. Tabel 4.15. Hasil Uji Asumsi Autokorelasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .893a .797 .786 341061.669 1.967 Sumber: Data Olahan, 2011 Nilai dl dan du didapat dengan melihat tabel Durbin Watson dengan n = 94 dan k = 5. Nilai dl sebesar 1,01 dan nilai du sebesar 1,86. Oleh karena nilai DW 1,967 lebih besar dari batas atas du 1,86 dan kurang dari 4-1,86 dU DW ≤ 4 – dU atau 1,86 1,967 ≤ 2,14 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16 diatas dapat diketahui bahwa titik-titik yang menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka nol, pada sumbu Y serta tidak membentuk pola atau kecenderungan tertentu pada diagram plot, sehingga dapat mengidentifikasikan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas dan model regresi tersebut layak digunakan untuk memprediksi pendapatan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi yang memenuhi syarat uji asumsi klasik adalah dalam bentuk Logaritma Universitas Sumatera Utara -3 -2 -1 1 2 Regression Standardized Predicted Value -3 -2 -1 1 2 3 4 Regressi on St udent ized Del eted Press Resi dual Dependent Variable: Pendapatan Scatterplot Gambar 4.2. Uji Heteroskedastisitas Data Penelitian 4.3.4.2. Uji statistik Dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan masyarakat dalam tingkat sosial masyarakat. Variabel-variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap pendapatan masyarakat ini adalah: jumlah anggota keluarga yang bekerja L, luas lahan M, jumlah hari kerja H, tingkat pendididikan P, dan keikut sertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang diproxy dengan variable dummy D. Seluruh variable tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan regresi berganda, diperoleh hasil sebagai berikut: Y = 33260,92 + 458407,48 L + 31554,36 M + 39808,15 H + 99125,86 P + 162878,72 D Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Hasil Analisis Linier Berganda Variabel Koefisien t-hitung Signifikan Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja Luas Lahan Jumlah Hari Kerja Tingkat Pendidikan Dummy 458407,48 31554,36 39808,15 99125,86 162878,72 4,354 4,590 1,660 3,734 1,356 0,000 0,000 0,100 0,000 0,178 R 2 t-tabel F-hitung F-tabel 0,797 1,612 7,608 2,30 Sumber: Data Olahan Tahun 2011 Dari persamaan diatas dapat penulis interpretasikan sebagai berikut: a. Konstanta regresi a = 33260,92 atau konstanta regresi, yang berarti jika tidak ada nilai independent variable. Dalam hal ini jumlah anggota keluarga yang bekerja L, luas lahan M, jumlah hari kerja H, tingkat pendididikan P, dan keikut sertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang diproxy dengan variable dummy D. sama dengan 0 nol maka pendapatan masyarakat akan sebesar Rp. 33.260,92 per bulan. b. Jumlah Anggota Keluarga Yang Bekerja L = 458407,48 untuk independent variable jumlah anggota keluarga yang bekerja yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 orang jumlah anggotan keluarga yang bekerja akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 458.407,48 per bulan. Jumlah anggota keluarga yang bekerja memberikan pengaruh yang positif Universitas Sumatera Utara dan signifikan pad a pengujian α 5 terhadap pendapatan masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel 4,354 1,612. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu jumlah anggota keluarga yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Semakin banyak anggota keluarga yang bekerja semakin meningkatkan pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Pendapatan masyarakat akan meningkat bila dalam suatu keluarga memiliki lebih dari 1 satu orang yang bekerja. Hal ini disebabkan sumber penghasilan keluarga akan bertambah dengan semakin banyaknya anggota keluarga yang bekerja. Dari hasil penelitian menunjukkan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun memiliki anggota keluarga yang bekerja 2 dua dan 3 tiga orang, dan tidak ada yang memiliki 1 satu orang yang bekerja. Ini menunjukkan masyarakat lokal tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki melibatkan suami, isteri dan anak yang sudah cukup umur untuk bekerja. c. Luas Lahan M = 31554,36 untuk independent variable luas lahan yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 rante akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 31.554,36 per bulan. Luas lahan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pengujian α 5 terhadap pendapatan masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih Universitas Sumatera Utara besar dari t-tabel 4,590 1,612. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Luas lahan yang dimiliki masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun menunjukkan kepemilikan lahan di atas 10 rante sebanyak 91 masyarakat responden, hanya 9 masyarakat responden yang memiliki lahan antara 5-10 rante. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tepi Danau Toba memiliki luas lahan yang cukup luas untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun. Kepemilikan lahan yang cukup luas sangat berarti bagi kawasan Danau Toba karena akan mengurangi masyarakat untuk merambah hutan. Masyarakat yang masih miskin lahan akan menjadi ancaman bagi program rehabilitasi di kawasan penyangga. Pada dasarnya pemanfaatan lahan di kawasan Penyangga bertentangan dan melanggar hukum, namun desakan ekonomi masyarakat sekitar kawasan penyangga akan membuat mereka terpaksa melakukannya. d. Jumlah Hari Kerja H = 39808,15 untuk independent variable jumlah hari kerja yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 Hari kerja orang HKO akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 39.808,15 per bulan. Jumlah hari kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pengujian α 5 terhadap pendapatan Universitas Sumatera Utara masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel 1,660 1,612. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu jumlah hari kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Jumlah hari kerja menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah hari kerja semakin meningkatkan pendapatan masyarakat lokal tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun, hal ini disebabkan rata-rata hari kerja masyarakat lokal tepi Danau Toba adalah 20 hari sampai dengan 29 hari selama 1 satu bulan, dan tidak ada yang di bawah 20 hari kerja. e. Tingkat Pendidikan P = 99125,86 untuk independent variable tingkat pendidikan yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 tahun akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 99.125,86 per bulan. Tingkat pendidikan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pengujian α 5 terhadap pendapatan masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel 3,734 1,612. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Adanya pengaruh pendidikan yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat, hal ini diperkirakan dengan semakin tingginya pendidikan masyarakat juga akan Universitas Sumatera Utara semakin meningkat terhadap berbagai hal termasuk terhadap pengelolaan lahan yang dimiliki. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lahan yang dimiliki maka pendapatanya akan semakin meningkat. Sadar ataupun tidak, masyarakat harus mampu mengelola lahan yang dimiliki, karena masyarakat sebagai subjek dan objek mempunyai hak untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tentunya hal ini membutuhkan masyarakat yang kritis di dalam melihat potensi-potensi yang dimiliki, baik itu potensi lahan yang dimiliki maupun potensi pengetahuan untuk mengelola lahan. Hal ini tercermin dari masyarakat responden yang memiliki rata-rata tingkat pendidikan SMA, D1, D3 dan S1. f. Variabel Dummy D = 162878,717 untuk independent variable dummy yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 162.878,717 per bulan. Variabel Dummy pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan pada pengujian α 5 terhadap pendapatan masyarakat, di mana nilai t- hitung lebih kecil dari t-tabel 1,356 1,612. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak, yaitu variable dummy berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Hasil ini menunjukkan bahwa keikutsertaan masyarakat lokal tepi Danau Toba belum mampu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan model statistik regresi berganda sangat mempengaruh, dimana nilai F-hitung F table 73,804 2,30, hal tersebut menunjukkan secara bersama jumlah anggota keluarga yang bekerja, luas lahan, jumlah hari kerja, tingkat pendidikan dan variable dummy mempengaruhi pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Koefisien determinan R squared R 2 = 0,797, artinya variasi variable bebas jumlah anggota keluarga yang bekerja, luas lahan, jumlah hari kerja, tingkat pendidikan dan variable dummy secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi variable terikat pendapatan masyarakat sebesar 79,7 sedangkan sisanya sebesar 20,3 dijelaskan variable lain tetapi tidak disertakan dalam model persamaan estimasi.

4.4. Pembahasan

Kearifan lingkungan masyarakat di kawasan tepi Danau Toba, tidak terlepas dari adat istiadat masyarat Batak yang berdomisili di kawasan tersebut. Danau Toba adalah salah satu danau air tawar terbesar didunia, yang memiliki luas areal perairan mencapai puluhan kilometer persegi dengan kedalaman sampai 900 meter, pada bagian yang terdalam. Danau Toba terletak pada daerah dataran tinggi Toba di Sumatera Utara dengan ketinggian permukaan airnya mencapai 698 meter dari permukaan laut. Secara geografis Danau Toba terletak pada kawasan Danau Toba yaitu pada area antara: 2010’LU sampai dengan 3000’LU dan antara: 98020’BT Universitas Sumatera Utara sampai dengan 99050’ BT. Danau Toba tercakup dalam wilayah administrasi dari tujuh kabupaten yang terletak didaerah dataran tinggi Sumatera Utara. Danau Toba dahulu tercatat sebagai danau air tawar kebanggaan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Sumatera Utara karena: keindahan panorama alamnya, kenyamanan dan kesegaran udaranya, keasrian dan keterpaduan lingkungan alam, keramah-tamahan penduduk yang bermukim disekitarnya, serta nilai-nilai budaya dan adat tradisional yang tinggi, yang kesemuanya itu menarik perhatian dan respon masyarakat internasional. Tinggi permukaan air Danau Toba secara nyata terus menurun karena volume air yang keluar melalui hulu sungai Asahan lebih besar dari volume air yang masuk ke Danau Toba melalui daerah tangkapan airnya. Sekilas penurunan tinggi permukaan air Danau Toba tidak memberi gambaran yang signifikan atau tidak menurun dengan kontras. Penurunan permukaan air Danau Toba secara visual memang terlihat lambat seiring perjalanan waktu, namun keadaan itu adalah karena hamparan air danau itu sangat luas sehingga memberi kesan bahwa penurunan permukaan air danau terlihat pelan. Bila memperkirakan luas Danau Toba yang sangat besar, serta tinggi permukaan air danau yang telah turun maka sebenarnya volume air yang turun atau hilang, telah mencapai jumlah yang sangat besar sekali. Penurunan permukaan air Danau Toba telah mencapai lebih dari tiga meter selama dua dekade terakhir. Pemerintah mungkin sulit untuk bertindak mengurangi volume air yang keluar melalui hulu sungai Asahan, karena hal itu dapat Universitas Sumatera Utara menimbulkan dampak negatif terhadap pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan perusahaan aluminium INALUM yang berada di daerah pesisir Timur Sumatera Utara. Dalam ketidakberdayaan, pemerintah justru mengambil solusi yang tidak menarik yaitu mengalihkan muara Sungai Lae Renun ke Danau Toba, dengan harapan sumbangan air dari sungai Lae Renun tersebut dapat menutupi defisit air Danau Toba. Pemerintah dinilai tidak memperdulikan adanya material berupa pasir dan kerikil yang terbawa sungai Lae Renun kedalam Danau Toba karena efek negatifnya mungkin baru terlihat setelah jangka waktu yang agak lama dimasa mendatang. Pencemaran terhadap air kawasan tepi Danau Toba, sebenarnya sudah dimulai sejak puluhan tahun silam, Hampir semua penduduk yang bermukim dipesisir pantai Danau Toba membuang limbah langsung kedalam Danau Toba. Kalau dahulu, volume limbah mungkin masih sangat kecil, demikian juga jenis limbahnya bukanlah dari bahan kimia yang berbahaya. Tetapi sesuai dengan perjalanan waktu yang diikuti oleh pertambahan jumlah penduduk, juga perubahan jenis dan bentuk kegiatan aktivitas, maka volume dan jenis limbah yang masuk Danau Toba jelas sangat meningkat dan sangat membahayakan. Sejak tahun enam puluhan, petani di sekitar kawasan tepi Danau Toba telah terbiasa menggunakan pupuk kimia secara tidak terkontrol, padahal semua aliran air dari persawahan bermuara ke Danau Toba. Universitas Sumatera Utara Memperhatikan perkembangan pemukiman penduduk dipinggiran Danau Toba terutama mengenai: jumlah bangunan yang bertambah, populasi penduduk yang semakin besar, saluran irigasi, sistem pembuangan limbah, maka dapat diperkirakan bahwa volume limbah berbahaya yang masuk ke dalam Danau Toba akan semakin meningkat setiap tahunnya. Pemeliharaan ikan nila di dalam keramba apung merupakan alternatip terbaik bagi masyarakat tepi Danau Toba, setelah timbulnya wabah terhadap ikan mas yang dipelihara dalam keramba. Sementara menangkap ikan yang bebas didalam danau, sulit memberi hasil menggembirakan karena populasi dan ukuran ikan sudah sangat kecil. Pemeliharaan ikan dalam keramba apung harus diakui memberi efek negatif kepada lingkungan Danau Toba terutama efek dari bahan pakan ikan berupa pelet yang tidak terkonsumsi oleh ikan piara dan terbuang secara kontinue ke dalam danau. Jumlah kumulatif bahan pakan ikan yang terbuang dari seluruh keramba apung diperkirakan sudah sangat besar. Dapat dibayangkan masalah yang mungkin terjadi bila keadaan tersebut masih terus berlanjut. Seandainya seluruh area yang mengelilingi Danau Toba ditumbuhi oleh pepohonan dan vegetasi lainnya yang membentuk hutan, maka diyakini bahwa hutan sekeliling Danau Toba akan menambah keindahan panorama dan kenyamanan lingkungannya. Adanya hutan disekeliling Danau Toba diharapkan akan memberi sumbangan air ke Danau Toba. Hutan akan menyimpan air dan selanjutnya mendistribusikannya secara teratur ke area yang lebih rendah. Tetapi gambaran adanya hutan disekeliling Danau Toba mungkin sulit terwujudkan atau upaya reboisasi didaerah ini dapat Universitas Sumatera Utara dikatakan mustahil. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa area sekeliling Danau Toba dari tahun ke tahun semakin kritis, demikian juga halnya dengan hutan yang dulunya ada, sekarang sudah habis. Secara faktual, Danau Toba yang dahulu sangat indah dan sangat dibanggakan, telah mengalami degradasi nilai berupa penurunan permukaan air dan penurunan kualitas air akibat limbahnya seperti limbah rumah tangga, limbah keramba apung dan limbah lainnya. Lingkungan sekitar Danau Toba juga sudah kritis dan gundul, yang semuanya itu menambah beban dan derita Danau Toba yang malang. Masalah lingkungan yang menerpa kawasan Danau Toba adalah sangat serius terutama pada upaya penanganan ekosistemnya. Masalah lingkungan ini sebenarnya bukan persoalan baru, tetapi merupakan masalah yang sudah terjadi secara berkelanjutan sejak lama. Berbagai masalah lingkungan tersebut secara nyata adalah bencana kompleks yang dapat memberi efek kumulatif yang sangat mengerikan di masa mendatang. Bencana tersebut tidak hanya dirasakan dan diperhatikan saja, tetapi sudah diamati, dipikirkan dan telah dibicarakan berkali-kali dipelbagai tempat dan waktu. Gaung dari pembicaraan tentang masalah lingkungan Danau Toba ini juga sudah sampai nun ke negeri-negeri mancanegara. Akan tetapi upaya penanganan masalah lingkungan danau ini masih jauh dari harapan. Harus diakui, bahwa bencana lingkungan yang terjadi di Danau Toba kurang riuh dibandingkan dengan bencana spontan yang menelan korban jiwa secara tiba- Universitas Sumatera Utara tiba, seperti: letusan gunung berapi atau letusan bom, yang langsung memberi efek panik. Bencana lingkungan di Danau Toba diakui terasa lambat atau hampir tidak terdengar. Masalah lingkungan di Danau Toba adalah nyata dan pasti, tetapi kurang diindahkan karena Danau Toba masih tetap ada secara fisik. Rincian-rincian masalah yang menerpa Danau Toba itu antara lain, adalah: 1. Hilangnya Jenis Ikan Tertentu dari Danau Toba Danau Toba terdapat banyak ikan khas Batak, yaitu:Ihan Batak Lisochillus, Sp. Tetapi populasi Ihan Batak secara drastis menurun dan bahkan hilang dari Danau Toba semenjak penjajahan Jepang. Diduga introduksi ikan mujahir oleh penjajah Jepang ke dalam Danau Toba menyebabkan hilangnya ikan Batak dari Danau Toba. Sampai akhir tahun enam – puluhan masih ditemukan ikan emas Cyprinus Carpio berukuran besar dalam jumlah yang banyak di Danau Toba. Demikian juga ikan-ikan khas Tapanuli lainnya, seperti: halu bawal air tawar, asa-asa, tiri- tiri, tio-tio dan pora-pora, masih dapat ditangkap oleh nelayan tradisional di kawasan Danau Toba. Tetapi sejalan dengan meningkatnya pemakaian bahan kimia di pesisir Danau Toba serta semakin menurunnya permukaan air danau itu, maka populasi ikan-ikan tersebut mulai menurun drastis. Introduksi udang air tawar ke Danau Toba pada tahun tujuh-puluhan pada akhirnya tidak berhasil, karena keberadaan udang air tawar tersebut sulit ditemukan sekarang ini di Danau Toba. Menurut nelayan tradisional dimasukkannya udang air tawar ke Danau Toba justru menyebabkan populasi ikan Universitas Sumatera Utara mujahir jauh menurun. Akibat negatifnya diperoleh pada masa sekarang, di mana sudah sangat sulit menemukan ikan mujahir berukuran besar hidup bebas di Danau Toba. Dinas perikanan diketahui secara rutin menebar benih ikan ke Danau Toba terutama ikan emas. Akan tetapi dari wawancara dengan melayan tradisional dapat diketahui bahwa upaya penebaran benih ikan tersebut kurang berhasil karena saat kini sangat sulit memperoleh ikan emas berukuran agak besar hidup bebas secara alami di Danau Toba. Diduga ikan emas sudah sangat sulit bertumbuh secara alami dengan kondisi Danau Toba sekarang ini. Kualitas Danau Toba yang menurun serta bibir pantai yang semakin menurun membuat danau itu tidak sesuai sebagai tempat hidup ikan emas. Dari pengamatan langsung terhadap beberapa lokasi dasar Danau Toba, sampai kedalaman tertentu, dapat diketahui bahwa bahan makanan alami ikan sangat miskin di Danau Toba, terutama pada dasar danau yang lebih dalam. Kondisi Danau Toba pada bagian yang paling dalam diduga menyerupai bak yang tidak dapat menghasilkan bahan makanan alami bagi ikan. Suhu air yang sangat dingin pada bagian yang lebih dalam juga mempertegas bahwa bagian itu bukan habitat dari ikan air tawar yang biasa dikenal di Danau Toba. Dengan menurunnya tinggi permukaan air Danau Toba sebagai akibat sedotan hulu Sungai Asahan yang sangat besar, maka bagian tepi danau yang kaya unsur hara dan bahan makanan alami untuk ikan, menjadi kering atau tidak tersentuh ikan yang hidup bebas. Ikan menjadi kehilangan bahan makanan Universitas Sumatera Utara alaminya, serta kehilangan tempat hidupnya yang lebih hangat. Oleh sebab itu, populasi ikan-ikan khas yang hidup bebas di Danau Toba semakin menyusut dan habis seiring waktu. Nama Toba yang berarti ikan, bertolak belakang dengan keadaan Danau Toba sekarang, yang miskin akan ikan bebas. 2. Pantai Tanpa Tataruang Harus diakui bahwa aktifitas kegiatan penduduk di sekitar danau adalah pada pemukiman-pemukiman sekitar pantai, terutama pada kota-kota yang berfungsi sebagai pelabuhan. Sejak dahulu kala, bibir pantai Danau Toba telah dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lokasi pemukiman. Mereka cenderung membuang limbah rumah tangga langsung ke Danau Toba atau melalui saluran- saluran air limbah got yang bermuara ke Danau Toba. Terutama pada kota-kota sekeliling Danau Toba limbah kota secara langsung terlihat mengotori Danau Toba. 3. Akumulasi Limbah Memperhatikan tapografi wilayah sekeliling Danau Toba dapat diketahui bahwa Danau Toba umumnya dikelilingi daratan berupa lerengan yang tinggi, jauh di atas permukaan air danau. Hanya ada sedikit area yang permukaannya lebih kurang sama dengan permukaan air Danau Toba yaitu bagian hulu Sungai Asahan. Kondisi wilayah seperti itu membuat Danau Toba menjadi muara dari semua aliran air yang berasal dari daratan di atasnya, terutama dari sungai dan tali air. Universitas Sumatera Utara Bila dahulu sungai-sungai dan tali air tersebut mengalirkan air yang relatif bersih atau belum terkontaminasi oleh bahan kimia, maka sekarang ini hampir semua aliran air itu telah tercemar oleh limbah bahan kimia untuk pertanian. Pencemaran Danau Toba oleh bahan kimia dari usaha pertanian tersebut dipaparkan oleh sumbangan limbah rumah tangga dari seluruh hunian yang semakin bertambah banyak di sekeliling Danau Toba, termasuk kotoran manusia. Pemeliharaan ikan di dalam keramba apung telah memberi efek negatif kepada kualitas perairan Danau Toba. Besarnya volume pakan ikan yang tidak terkonsumsi oleh ikan piara setiap harinya, secara visual telah mengotori perairan di sekitar keramba apung. Di sisi lain jumlah ikan yang mati setiap hari, pada keramba apung sangat besar. Hal ini mengindikasi adanya masalah pada lingkungan perairan di areal pemeliharaan ikan dalam keramba. Ikan yang mati tersebut akan menjadi masalah lanjutan bagi pencemaran air Danau Toba. Pencemaran perairan Danau Toba diikuti oleh merebaknya tanaman air eceng gondok yang menutupi permukaan air danau. Hampir di seluruh kecamatan di sekeliling Danau Toba, populasi eceng gondok cenderung meningkat. 4. Tiadanya Hutan Patut disadari bahwa di areal sekeliling Danau Toba hampir tidak dijumpai lagi hutan. Kebanyakan dari lereng dan dataran di sekeliling Danau Toba merupakan area terbuka yang hanya ditumbuhi semak dan rerumputan liar. Hampir tidak dijumpai barisan pepohonan besar yang tumbuh rapat. Kondisi tersebut menunjukkan kurang berfungsinya areal sekeliling Danau Toba sebagai daerah Universitas Sumatera Utara tangkapan air yang normal untuk danau ini. Secara teoritis upaya reboisasi diharapkan dapat menghijaukan dan menghutankan kembali wilayah lingkar Danau Toba. Tetapi hal tersebut diperkirakan sulit terwujud dengan beberapa alasan seperti: Pemeliharaan ternak kerbau dan lembu di sekitar Danau Toba cenderung hanya memanfaatkan rumput lapangan sebagai bahan makanannya. Cara pemeliharaan seperti itu, memang tidak menjadi masalah pada musim penghujan. Tetapi pada musim kemarau saat rumput dan hijauan segar sulit diperoleh, maka masyarakat terpaksa membakar semak dan rerumputan yang mengering, dengan tujuan dibekas pembakaran akan tumbuh rumput muda yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Kebiasaan seperti itu, membuat areal sekeliling Danau Toba cenderung terbuka dan tandus. Dahulu pemeliharaan hewan ternak di sekeliling Danau Toba dilakukan secara berkelompok, demikian juga pemanfaatan hutan dan hasil hutan. Pemanfaatan hasil hutan tidak boleh dilakukan secara individual. Kegiatan di hutan harus dimanfaatkan bersama dan perlakuan pemanfaatan cenderung berupa kerja gotong royong. Dengan demikian pemanfaatan hasil hutan di sekeliling Danau Toba dapat dikontrol dengan baik, termasuk penebangan pohon. Kearifan lokal adalah sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya, yang membentuk tingkah laku turun- temurun yang bertujuan melestarikan lingkungan dan alam sekitarnya. Kearifan lokal dibuat berdasarkan hubungan sosial dan interaksi sosial masyarakat,

4.4.1. Kearifan Lokal

Universitas Sumatera Utara yaitu: kelompok marga dan Dalihan Natolu, serta Bius. Ruang lingkup kearifan lokal meliputi: jenis fauna dan flora, sistem bertani, beternak dan perikanan, latar budaya sosial, seperti: sistem peralatan, eksploitasi alam, pantangan-pantangan dan lain sebagainya. Kearifan lokal penangkapan ikan di sekitar Danau Toba ditujukan untuk melestarikan jenis ikan yang ada di daerah itu. Para leluhur masyarakat Batak menyadari keterbatasan Danau Toba sebagai tempat hidup ikan. Berbeda dengan laut dan danau lainnya, dimana habitat ikan mencakup seluruh tempat, mulai dari pantai sampai bagian dasar maka di Danau Toba hanya bagian tepi dan air permukaan yang dapat menjadi tempat hidup ikan. Keterbatasan tersebut mengharuskan adanya ketentuan kearifan lokal penangkapan ikan. Beberapa aturan kearifan lokal penangkapan ikan yang berlaku dahulu di Danau Toba, adalah:

1. Kearifan Lokal Penangkapan Ikan

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

18 120 118

Pengelolaan Sumberdaya Alam : Kelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat Lokal

0 12 52

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

7 38 118

Modul Pengelolaan Sederhana Keuangan Koperasi Berbasis Sumberdaya Alam Lokal

0 4 27

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 7

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 1

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 1 11

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 38

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3