Buku 2: Pedoman Pencacah VPDP15 19
3.7. Daftar VPDP15-DSP.PEDAGANG dan VPDP15-DSP.PRODUSEN
Daftar VPDP15-DSP adalah daftar yang memuat nama perusahaanusaha yang terpilih sebagai sampel untuk pedagang maupun produsen. Berdasarkan daftar ini, PCS mengunjungi
dan melakukan pencacahan perusahaanusaha yang menjadi beban tugasnya. Keterangan rincian dan kolom Daftar VPDP15-DSP.PEDAGANG dan VPDP15-
DSP.PRODUSEN adalah sebagai berikut: 1. Rincian Provinsi, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama provinsi.
2. Rincian KabupatenKota, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kabupatenkota.
3. Rincian Kecamatan, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kecamatan 4. Kolom 1 : No, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut.
5. Kolom 2 : Nomor Urut Perusahaan, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut perusahaanusaha yang terpilih sebagai sampel dalam suatu kabupatenkota.
6. Kolom 3 : Nama Lengkap PerusahaanUsaha, yang tercantum pada kolom ini adalah nama perusahaanusaha yang terpilih sebagai sampel.
7. Kolom 4 : Alamat, yang tercantum pada kolom ini adalah alamat dari perusahaanusaha yang tercantum pada kolom 3.
8. Kolom 5 : Kegiatan Utama, yang tercantum pada kolom ini adalah kegiatan utama perusahaanusaha yang terpilih sebagai sampel.
9. Kolom 6 : KBLI - Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, merupakan KBLI dari kegiatan utama.
10. Kolom 7 : Jenis komoditas yang diperdagangkandihasilkan 11. Kolom 8 : Fungsi kelembagaan yang diidentifikasi dari frame
12. Kolom 9 : Hasil pencacahan, kolom ini berisi kode kondisi hasil pencacahan perusahaanusaha, yaitu:
1 = Ditemukan, dan jenis komoditas yang diperdagangkandiproduksi sesuai dengan
daftar VPDP15-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP15-DSP.PRODUSEN 2 =
Ditemukan, namun jenis komoditas yang diperdagangkandiproduksi tidak sesuai dengan daftar VPDP15-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP15-PRODUSEN
3 = Ditemukan, tetapi bukan sebagai pedagang Untuk VPDP15-DSP.PEDAGANG
atau
Ditemukan, tetapi bukan sebagai produsen Untuk VPDP15-DSP.PRODUSEN 4 =
Pindah dan tidak dapat ditelusuri 5 =
Tutup 6 =
Tidak Ditemukan 7 =
Gandadouble
Buku 2: Pedoman Pencacah VPDP15 20
3.8. Penentuan Nomor Urut Perusahaan Perdagangan
Nomor urut perusahaan dibangun per kabupaten berdasarkan tahapan sebagai berikut: a.
Berdasarkan hasil penentuan fungsi kelembagaan perusahaanusaha dari SE06-UMB-G, tentukan nomor urut perusahaan, dimulai dari fungsi kelembagaan perusahaan
perdagangan sebagai distributor, setelah selesai memberi nomor urut seluruh perusahaan ”distributor”, kemudian dilanjutkan untuk subdistributor, agen, sub-agen,
dan seterusnya sampai pengecer. b.
Untuk perusahaan yang bersumber dari selain SE06-UMB-G, nomor urut perusahaan merupakan kelanjutan dari nomor urut pengecer.
Contoh : Dari hasil pembentukan frame perusahaan perdagangan, dalam suatu kabupaten ada
129 perusahaan dari SE06-UMB, dan 79 perusahaan dari sumber lainnya. Pemberian nomor urut perusahaan seperti di bawah ini:
Sumber Fungsi kelembagaan
perusahan perdagangan Banyak
perusahaan Nomor urut
SE06-UMB-G 1. Distributor
8 1
8 2. Subdistributor
13 9
21 3. Agen
20 22
41 4. Sub-agen
39 42
80 5. Pedagang Grosir
13 81
93 6. Pedagang Pengepul
10 94
103 7. Eksportir
1 104
8. Importir 4
105 108
9. Pengecer 21
109 129
Sumber lain 79
130 337
Buku 2: Pedoman Pencacah VPDP15 21
BAB IV TEKNIK DAN ETIKA BERWAWANCARA
4.1 Teknik Berwawancara
Di dalam wawancara diperlukan kesediaan responden untuk memberikan keterangan. Kesediaan responden tersebut dapat dikondisikan dan biasanya sangat bergantung kepada
sikap pewawancara pertama kali bertemu. Sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran, dan keseluruhan penampilan pewawancara sangat mempengaruhi
kelanjutankelancaran wawancara. Penampilan yang sopan dan ramah dengan sendirinya akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan perasaan dan sikap penerimaan responden
yang negatif, yang dapat merugikan pencacahan, seperti: rasa curiga, rasa takut, rasa enggan, atau malu.
Beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk menciptakan hubungan baik dengan responden, antara lain:
a. Dalam membuat janji wawancara dengan calon responden, sebaiknya memperhatikan waktu senggang dari responden tersebut, dan berusaha jangan sampai mengganggunya
dalam kesibukan sehari-hari. b. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh responden. Jika responden lebih
mengerti bahasa daerah daripada bahasa Indonesia, maka gunakanlah bahasa daerah tersebut. Hal ini akan memperlancar jalannya wawancara.
c. Sebelum memulai wawancara jangan lupa memperkenalkan diri, menunjukkan kartu pengenal jika perlu, serta menyebutkan lembaga atau badan yang menugaskannya.
Kemudian menguraikan maksud wawancara serta tujuan pencacahan yang dilakukan. Penting untuk disampaikan bahwa wawancara yang dilakukannya bukan suatu ujian atau
test; tidak ada jawaban yang dibenarkan atau disalahkan dan informasikan kepada responden bahwa semua pertanyaan yang diajukan akan mudah dijawab karena
berhubungan dengan pengalaman, kehidupan, pikiran dan perasaan responden sendiri. Sampaikanlah semuanya secara sederhana, tetapi cukup jelas.
d. Dalam “obrolan” awal yang merupakan “intro” untuk membangun suasana yang
kondusif ini jangan keluar dari konteks isi kuesioner. Arahkan perbincangan tersebut ke dalam isi kuesioner, namun demikian jangan menggunakan waktu terlalu lama.
e. Berilah perhatian terhadap hal-hal yang sedang dibicarakan oleh responden selama berlangsungnya wawancara. Pewawancara dapat berperan sebagai seorang yang ingin