Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

tidak menyalahgunakan wewenang tersebut. Salah satu yang dilarang adalah dengan menghambat prosedural badan usaha yang telah memenuhi persyaratan, membatasi dan menghalangi pemberian izin usaha perdagangan dan melakukan diskriminasi terhadap usaha perdagangan. d. Pengaturan mengenai jarak pendirian pasar modern yang satu dengan pasar modern yang lainnya, serta pembatasan jarak pendirian antara pasar modern dengan pasar tradisional. e. Pemda mewajibkan pola kemitraan kepada peritel modern. Peritel modern wajib menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha kecil dan usaha informal atau pedagang kaki lima sebesar 10 dari luas lantai efektif bangunan dan tidak dapat diganti dalam bentuk lain. Pedagang kaki lima atau pedagang kecil yang diprioritaskan untuk ditempatkan dalam pasar modern tersebut adalah pedagang yang berada di sekitar lokasi bangunan tempat usaha tersebut.

2.4.2. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sampai saat ini, baik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Kota Yogyakarta belum memiliki Peraturan Daerah khusus mengenai perpasaran. Setelah diterbitkannya Perpres No. 112 Tahun 2007, daerah tersebut belum juga merespon dengan membuat aturan turunan di daerahnya. Namun, bukan berarti Pemerintah Daerah tidak memperdulikan penataan pasar tradisional dan pasar modern di daerahnya. Salah satu yang menjadi perhatian utama di Yogyakarta adalah menjamurnya pasar modern kelas minimarket sampai ke kabupaten dan pedesaan. Selain itu, beberapa dari minimarket tersebut memiliki jam operasional hingga 24 jam. Hal inilah yang kemudian meresahkan masyarakat terutama pedagang kecil. Sayangnya, di dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 pun tidak diatur mengenai jam buka dari minimarket. Kepedulian Pemda DIY terhadap pedagang kecil terbukti dengan diberikannya tempat khusus bagi PKL. Selama ini PKL memang merupakan permasalahan utama bagi pedagang pasar tradisional. Pemda pun melakukan upaya perlindungan terhadap pasar yang unik sebagai simbol kota Yogyakarta, yaitu Malioboro. Dalam perencanaan tata ruangnya, Pemda memang sengaja membagi lokasi pasar modern maupun pasar tradisional ke dalam dua titik, yaitu Malioboro dan pasar tradisional berada di utara dan daerah selatan yang terdiri dari beberapa pusat perbelanjaan dan pasar modern seperti Mal Ambarukmo, Saphier, Galeria, Alfa dan Makro. Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul memiliki kebijakan dimana Bupati masing-masing melarang dibangunnya pasar modern berkelas besar serta pusat perbelanjaan mal di daerah mereka. Namun kebijakan tersebut belum dituangkan dalam bentuk Perda. Sehingga larangan tersebut bisa berubah sewaktu-waktu. Larangan tersebut dilakukan oleh Bupati Bantul untuk melindungi para pedagang pasar di Bantul. Diketahui bahwa sekitar 14 penduduk Bantul bermata pencaharian sebagai pedagang pasar. Bupati Bantul masih memperbolehkan masuknya ritel modern dengan format minimarket.

2.4.3. Perda Penataan Pasar Propinsi Jawa Timur