Pada tahun 2007 Pemerintah mengeluarkan Perpres No. 112 Tahun 2007 yang mengatur ritel tradisional dan ritel modern khususnya yang terkait dengan zoning
yang membatasi pembangunan pasar modern dan mereduksi dampaknya terhadap pasar tradisional, serta dibahas pula mengenai jam buka, perizinan sampai dengan
masalah trading term yang sangat meresahkan pemasok pasar modern. Permasalahan yang terjadi adalah sejauh mana aturan tersebut efektif diterapkan
dan berdampak bagi pelaku usaha ritel. Tidak hanya itu, kemudian di akhir tahun 2008 Pemerintah mengeluarkan aturan pendukung dari Perpres 1122007 yaitu
Permendag No. 53 Tahun 2008. Dalam aturan ini lebih rinci lagi diatur mengenai masalah zoning serta trading term.
Namun kemudian akan menjadi tidak ada artinya jika aturan-aturan tersebut diatas jika tidak diikuti dengan aturan-aturan pelaksana di daerah. Sebagaimana tercantum
dalam Perpres 1122007 bahwa Pemerintah Daerah memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan industri ritel di daerahnya dimana Pemda memiliki
wewenang terkait dengan masalah perizinan, zonasi dan jam buka toko. Selain itu, beberapa waktu terakhir juga muncul isu mengenai rencana pemerintah untuk
merumuskan Undang-Undang Perdagangan sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan perdagangan di Indonesia termasuk industri ritel didalamnya.
Hal tersebut yang mendasari KPPU untuk mengetahui lebih jauh mengenai keberadaan aturan yang diterapkan dalam rangka mengurangi permasalahan yang
terjadi di industri ritel, baik di sisi horizontal maupun vertikal. Dengan kompleksnya industri ritel di Indonesia, maka KPPU memutuskan untuk
membentuk Tim Evaluasi dan Kajian Dampak Kebijakan Persaingan Usaha Dalam Industri Ritel.
1.2. Tujuan
Evaluasi dan Kajian Dampak Kebijakan Persaingan Usaha Dalam Industri Ritel ini mencoba untuk menelaah perkembangan industri ini terutama setelah Perpres No.
112 Tahun 2007 diterbitkan. Adapun tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memahami beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi perangkat regulasi yang berkaitan dengan industri ritel; 2. Mengidentifikasi kesiapan pemerintah daerah dalam mengefektifkan aturan ritel
dan menganalisa dampak aturan tersebut di sisi persaingan usaha; 3. Mengidentifikasi perangkat regulasi serta struktur industri ritel di daerah;
4. Mengidentifikasi dan menganalisa perilaku pelaku usaha industri ritel di daerah yang terkait dengan UU No. 5 Tahun 1999
1.3. Sumber Data
Data primer maupun sekunder akan diperoleh dari pelaku usaha yang terlibat langsung dan tidak langsung dengan kegiatan industri ritel, badan regulasi serta
para stakeholder lainnya. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
1.4. Ruang Lingkup
Sesuai dengan tujuan dari studi ini, secara umum kajian akan difokuskan kepada perkembangan industri ritel pasca dikeluarkannya Perpres No. 112 Tahun 2007 dan
Permendag No. 53 Tahun 2008. Secara spesifik, evaluasi kebijakan ini akan membahas beberapa aspek, antara lain :
• Mengidentifikasi implementasi dari Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendag No. 53 Tahun 2008 di lapangan
• Mengidentifikasi kondisi implementasi regulasi di daerah • Menganalisa struktur industri ritel di daerah.
1.5. Sistematika Kajian
Evaluasi dan Kajian Dampak Kebijakan Persaingan Usaha Dalam Industri Ritel akan dibagi menjadi 7 bab yaitu :
Bab I – Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang pelaksanaan penelitian, tujuan kajian,
sumber data dan ruang lingkup kajian.
Bab II – Regulasi Industri Ritel Bab ini membahas mengenai Gambaran Umum Regulasi Ritel mulai dari Perpres
No.112 Tahun 2007 dan Permendag No. 53 Tahun 2008, serta membahas mengenai beberapa regulasi industri ritel di daerah seperti Perda Jawa Timur, Perda Kota
Bandung, dan Perda Kota Denpasar. .
Bab III – Best Practices Pengaturan Industri Ritel Bab ini membahas pengaturan di berbagai negara dalam industri ritel.
Bab IV – Industri Ritel Bab ini akan membahas mengenai perkembangan industri ritel di daerah yang
meliputi pembahasan pertumbuhan ritel modern maupun ritel tradisional di daerah.
Bab IV – Permasalahan Industri Ritel Indonesia Dalam Perspektif Persaingan Bab ini membahas terutama permasalahan ritel antara peritel keciltradisional deng
peritel modern serta antara peritel modern dengan pemasok.
Bab VI. Analisa Bab ini membahas mengenai analisa kebijakan ritel dilihat dari beberapa regulasi
mengenai industri ini yang telah diterbitkan serta solusi kebijakan untuk mengatasi permasalahan terkait industri ritel di Indonesia.
Bab VII. Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini akan menyimpulkan hasil kajian, terutama mengaitkan hasil analisa dan
pembahasan dengan tujuan utama kajian yang telah ditetapkan di awal kajian.
BAB II REGULASI INDUSTRI RITEL