Hongkong BEST PRACTICES PENGATURAN INDUSTRI RITEL

oleh peritel karena barang tersebut tidak lagi dibutuhkan setelah pembaruan bagian penjualan atau display. 9. Unfavorable treatement in response to refusal of request. Suatu aturan yang melarang peritel besar untuk memberikan perlakukan yang tidak menyenangkan, termasuk penundaan pembayaran barang yang telah dikirimkan, penahanan perdagangan dan perlakuan tidak menyenangkan lainnya, terhadap pemasok dengan alasan yang tidak dapat diterima pemasok. Sebagai contoh, peritel besar secara sepihak menghentikan perintah pemesanan sebagian barang yang dibeli dari pemasok, karena pemasok telah menolak untuk mengirimkan pegawainya, dan suatu kondisi dimana peritel besar secara sepihak mengurangi kuantitas barang dari pemasok, karena pemasok menolak memberikan kontribusi moneter dana terkait penyesuaian laporan keuangan peritel. 10. Unfavorable treatement in response to notification to the FTC. Suatu aturan yang melarang peritel besar untuk memberikan perlakuan tidak menyenangkan termasuk penundaan pembayaran barang yang telah dikirimkan, penghentian perdagangan, dan perlakuan lainnya atas pemasok dengan alasan yang tidak dapat diterima pemasok, atau akan memberitahukan lembaga persaingan usaha tentang fakta-fakta dimana peritel besar melakukan atau diduga melakukan setiap tindakan yang dilarang dalam hukum persaingan.

3.4. Hongkong

Di Hongkong tidak terdapat aturan yang spesifik tentang buying power, namun Hongkong Retail Management Association HRMA membuat Code of Conduct untuk perilaku di industri ritel. Hongkong tidak memiliki hukum persaingan, tidak ada aturan resale below cost , dan perilaku loss leader dinyatakan sebagai hal yang wajar dalam industri ritel. Tidak terdapat aturan khusus mengenai selling side issue, seperti slotting fee, private label dan selling practices. Berikut Code of Conduct untuk supermarket yang diterbitkan oleh HRMA : 1. Semua usaha dilakukan agar konsumen mendapatkan nilai yang optimal dan pilihan yang memungkinkan dalam lingkungan pasar yang terjadi. 2. Tidak ada usaha untuk mendistorsi operasi normal dari pasar melalui manipulasi harga yang dapat mengakibatkan efek pembatasan perdagangan bebas atau pilihan akhir bagi konsumen 3. Tidak ada kegiatan yang dilakukan yang menghambat pasokan barangjasa yang dapat menyebabkan pembatasan perdagangan bebas atau pilihan akhir konsumen 4. Tidak ada perjanjian yang dilakukan untuk membagi pasar berdasarkan geografi maupun dasar sosial ekonomi yang dapat menyebabkan pembatasan perdagangan bebas atau pilihan akhir bagi konsumen 5. Tidak boleh melakukan ketidakadilan atau standar diskriminasi dengan tujuan menghambat pelaku usaha baru potensial dalam memasuki pasar 6. Tidak boleh melakukan diskriminasi kelangkaan pasokan yang dapat mengakibatkan pembatasan perdagangan bebas atau pilihan akhir bagi konsumen 7. Tidak boleh menetapkan retail price minimum untuk produk yang tidak mempunyai substitusi 8. Tidak boleh melakukan persekongkolan dalam penyewaan yang menyebabkan harga penyewaan lebih rendah dari harga normal pasar property 9. Anggota asosiasi akan membangun hubungan bisnis jangka panjang dengan pemasok dengan tujuan menyediakan pilihan dan nilai akhir yang optimal bagi konsumen 10. Anggota asosiasi bersepakat untuk saling terbuka dan tranparan dalam transaksi dengan semua pemasok eksisting dan potensial pemasok 11. Tidak diperbolehkan untuk melakukan misleading advertising pada konsumen. Anggota asosiasi berkomitmen untuk meyakini bahwa semua advertising di media adalah akurat sebagaimana harga di toko 12. Anggota asosiasi berkomitmen untuk melakukan pendekatan proaktif untuk menghadapi keinginan konsumen dan akan memberikan respon secara akurat kepada konsumen ketika dibutuhkan.

3.5. Korea