Pengaturan Penataan Pasar di Propinsi Bali

terkait dengan industri ritel belum ada. Pasar modern diberikan kewenangan dalam melakukan perdagangan sepanjang masih tertera dalam perizinan usaha modern dan ketentuan lainnya.

2.4.6. Pengaturan Penataan Pasar di Propinsi Bali

Belum ada Peraturan Daerah dari Propinsi Bali yang mengatur penataan pasar modern dan pasar tradisional. Selama ini aturan yang ada adalah Peraturan Walikota Denpasar terkait dengan permasalahan izin dari pasar tradisional, toko modern dan pusat perbelanjaan. Berdasarkan Perpres. 1122007 dan Permendag 532008, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan pengaturan yang meliputi masalah zonasi, perizinan dan jam buka toko. Khusus untuk masalah zonasi, Pemerintah Daerah belum bisa mengatur lebih jauh jika daerah tersebut belum memiliki aturan RTRW. Jadi kunci untuk mengatur tatanan industri ritel di Bali adalah pembuatan RTRW di Bali. Adapun RTRW yang telah ada saat ini perlu untuk direvisi mengingat telah diterbitkannya UU Tata Ruang pada tahun 2007. Sehingga aturan RTRW yang baru sesuai dan sejalan dengan UU tersebut. Sementara Perda mengenai RTRW tersebut disusun, saat ini acuan yang digunakan dalam pembangunan pasar modern maupun pasar tradisional adalah acuan yang ada dalam Perda Propinsi Bali No. 3 Tahun 2005 tentang RTRW Propinsi Bali dan Perda Kota Denpasar No. 10 Thn. 1999 tentang RTRW Kota Denpasar. Dalam aturan ini tidak mengatur mengenai jarak antara pasar modern dan pasar tradisional sehingga lokasi pembangunan ditentukan oleh fungsi dan peruntukan ruang sesuai peraturan tersebut diatas.

BAB III BEST PRACTICES PENGATURAN INDUSTRI RITEL

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai best practices di berbagai negara terkait dengan pengaturan industri ritel. 3. 1. Inggris 3.1.1. Perkembangan Industri Ritel di Inggris Selama sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan cukup mendasar pada industri ritel di UK. Tingkat persaingan antar nama-nama besar perusahaan ritel semakin meningkat. Dari sisi konsumen, hal ini berdampak positif karena harga barang cenderung semakin murah akibat persaingan yang semakin ketat. Namun demikian, terdapat juga dampak negatif dari perkembangan ini yaitu berkurangnya heterogenitas toko dan pilihan produk yang tersedia di high street. Di sisi lain, agar harga di pasar output kompetitif, perusahaan ritel berusaha mengalihkan tekanan ke pasar input atau pada pemasok. Di supermarket misalnya, pangsa pasar didominasi 4 perusahaan besar yaitu Asda, Tesco, Morrison dan Salisburys. Beberapa supermarket skala menengah, misalnya Jackson, Somerfield dan Safeway, dijual kepemilikannya dan akhirnya dibeli oleh pemain pasar yang lebih besar. Tingkat persaingan supermarket menjadi semakin kompetitif, dan akuisisi beberapa supermarket menengah tersebut mengubah struktur pemain. Di akhir dekade 1990-an, Asda mulai membuka supermarket 24 jam yang kemudian diikuti Sainsburys, Tesco dan Morrison. Di pertengahan dekade 2000-an, Mark and Spencer mulai tergugah untuk bersaing lebih kompetitif setelah mengalami kerugian sebelumnya. Mulailah Mark and Spencer menggenjot MS food serta memperbaiki desain pakaiannya yang semula dianggap old fashioned.