kadang ada pemberi Hak Tanggungan yang beritikat kurang baik, sehingga mempergunakan barang jaminannya seenaknya sehingga akan
menurunkan nilai barang. 2.
Pihak pemegang Hak Tanggungan cukup kesulitan untuk melakukan pengawasan secara langsung akan penggunaan kredit yang dicairkan. Hal
tersebut disebabkan banyaknya pemberi Hak Tanggungan yang harus diawasi, karena penyalahgunaan kredit akan dapat menimbulkan masalah
tersendiri bagi pemberi Hak Tanggungan, sehingga pada akhirnya pemberi Hak Tanggungan akan kesulitan melunasinya.
3. Pihak pemberi Hak Tanggungan biasanya mempersulit untuk
menyerahkan barang jaminannya, apabila adanya penarikan terhadap barang jaminan atau penyitaan oleh pihak PT. Bank Internasional
Indonesia, Tbk Cabang Medan, misalkan saja, barang jaminan tersebut ternyata digadaikan ke saudara si pemberi Hak Tanggungan atau si
pemberi Hak Tanggungan tersebut pergi menghindar agar tidak bertemu oleh pihak penyitaan, dan masih banyak yang lain
C. Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit menggunakan
Jaminan Hak Tanggungan yang objeknya Hak Guna Bangunan pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan
Dalam kasus kredit bermasalah yang dapat mengakibatkan kredit macet, debitur mengingkari janji mereka untuk membayar bunga dan atau pokok kredit
yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran sehingga mutu kredit merosot. Jika hal ini terjadi,
Universitas Sumatera Utara
ada kemungkinan bank terpaksa melakukan tindakan hukum atau menderita kerugian dalam jumlah yang jauh lebih besar dari jumlah yang diperkirakan. Oleh
karena itu bank yang bersangkutan harus mengalokasi perhatian, tenaga, dana,
waktu dan usaha secukupnya guna menyelesaikan kasus tersebut.
Penyelesaian kredit bermasalah, apabila tidak dapat diselesaikan dengan cara kesepakatan, sesuai dengan kebijakan Bank. Maka Jjalur yang ditempuh
adalah melalui lembaga pengadilan, yaitu dpat dilakukan melalui eksekusi grosse APHT atau melalui gugatan perdata atas harta kekayaan debitur, yang masing-
masing melalui beberapa tahapan yang harus dilalui.
55
1. Proses eksekusi grosse APHT, pada umumya dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut a.
Teguran aanmaning b.
Sita eksekusi c.
Lelang eksekusi d.
Pelaksanaan lelang e.
Pengosongan 2.
Proses gugatan atas harta kekayaan debitur dapat melalui tahapan yang panjang, bila dalam proses gugatannya terdapat perlawanan dari pihak
tergugat. Proses gugatan ini pada intinya adalah meletakkan sita eksekusi atas harta kekayaan yang diguguat sehingga dapat dilakukan lelang eksekusi
terhadapnya. Tahapan dari proses gugatan ini umumnya adalah sebagai berikut:
55
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
a. Gugatan tingkat pengadilan negeri
b. Banding tingkat pengadilan tinggi
c. Kreasi tingkat mahkamah agung
Hal dari putusan mahkamah agung dilanjutkan dengan permohonan eksekusi di Pegandilan Negeri, yang tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Teguran aanmaning
b. Lelang eksekusi
c. Pelaksanaan lelang
d. Pengosongan
Sebelum melalui jalur pengadilan, terlebih dahulu pihak Bank harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
56
1. Jaminan berupa apa apakah dia Sertifikat Hak Milik, Sertifikat Hak Guna
Bangunan,atau Sertifikat Hak Guna Usaha, atau jaminan berupa cash collateral seperti deposito, emas, dan lain-lain sebagainya.
2. Nilai taktasi jaminan per tanggal ….. adalah sebesar berapa nilai
jaminan ditentukan oleh petugas taktasi internal maupun eksternal termasuk menentukan nilai likuidasinya.
3. APHT nilai hak tanggungan yang telah dibebankan atas jaminan debitur
tersebut. 4.
Sisa pinjaman per tanggal …. adalah sebesar berapa disesuaikan dengan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat debitur melakukan
wanprestasi.
56
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
5. Debitur bias di temui atau tidak ataukah sudah menghilang.
6. Jaminan ditempati orang lain atau tidak.
Jika sudah masuk ke jalur pengadilan, pihak Bank harus tetap memperhatikan data progress terakhir dari proses pengadilan yang sedang
berjalan. Khusu untuk tahapan lelang., juga harus memperhatikan rincian perhitungan jumlah pembayaran yang harus dibayarkan ke kantor lelang negara
dan jumlah yang akan diterima kembali oleh Bank. Tidak ada pebedaan dalam pelaksanaan eksekusi terhadap jamiann debitur,
baik itu Sertifikat Hak Milik, Sertifikat Hak Guna Bangunan, atau Sertifikat Hak Guna Usaha, dan sebagainya. Hanya jika jaminan berupa sertifikat Hak Guna
Bangunan ataupun Sertifikat Hak Guna Usaha, haruslah dipastikan bahwa Sertifikat tersebut, belum berakhir haknya, ataupun masih dalam proses
pengurusan menjadi Sertifikat Hak Milik, yang mengakibatkan tidak dapat dilakukan eksekusi terhadap jaminan tersebut, karena telah hapusnya hak
tanggungan untuk jaminan yang sedang dimohonkan haknya tersebut. Karena letak nilai eksekutorial jamian adalah apabila jaminan sudah dibuatkan Akta
Pemberian Hak Tanggungan APHT dan sudah di daftar serta telah di keluarkannya Sertifikat Hak Tanggungan.
Bilamana penarikan kredit macet melalui proses diluar Pengadilan tidak membawa hasil, maka cara yang dapat ditempuh bank yaitu menagih kembali
melalui proses pengadilan. Bagi bank-bank swasta, penagihan melalui proses pengadilan dilakukan melalui Pengadilan Negeri. Sedangkan bagi bank-bank
pemerintah, walaupun ada kemungkinan menyelesaikan kasus kredit macet
Universitas Sumatera Utara
melalui Pengadilan Negeri, namun biasanya dilakukan melalui Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN.
a. Penagihan kredit mecet melalui Pengadilan Negeri Ada beberapa macam, diantaranya :
1 Gugatan melalui Pengadilan Negeri.
2 Sita eksekusi harta jaminan bilamana harta jaminan debitur telah diikat
secara sempurna, misalnya pemasangan hipotik dan telah didaftarkan, bank dapat mengambil jalan penagihan yang lebih pendek, yaitu dengan
jalan minta bantuan Ketua Pengadilan Negeri, melakukan eksekusi benda tak bergerak yang dijaminkan oleh debitur.
b. Penagihan kredit mecet melalui PUPNBUPLN Diperuntukkan bagi bank-bank pemerintah.
Untuk menangani kredit bermasalah secara berhasil, termasuk upaya menarik kembali kredit dari debitur, dibutuhkan keahlian dan pengalaman khusus
dalam bidang hukum dan perbankan. Sehingga banyak manfaatnya jika bank memanfaatkan bantuan pengacara. Tugas utama pengacara dalam rangka
kerjasama , yaitu : a.
Memberikan saran tentang aspek hukum yang harus diperhatikan bank atas penanganan kredit bermasalah yang akan mereka lakukan.
b. Mewakili bank dalam setiap sidang pengadilan bilamana upaya penagihan
kredit bermasalah melalui meja hijau Bahwa Kredit macet yang terjadi pada PT Bank Internasional Indonesia,
Tbk Cabang Medan adalah sebesar 2.50 sampai dengan 3.00. 2.65 akhir Mei
Universitas Sumatera Utara
2007 dan apabila yang mengalami kemacetan hanya terdapat 2 dua atau 3 tiga saja. Penyelesaian kredit macet terhadap kredit yang menggunakan jaminan
fidusia tidak berbeda dengan kredit macet lainnya. Sebelum dilakukan tindakan non litigasi maupun tindakan ligitasi, PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk
Cabang Medan melakukan suatu tindakan yang disebut “Pembinaan”. Istilah “Pembinaan” ini diadakan dalam rangka agar kredit yang ada terhindar dari kredit
macet atau paling tidak apabila memang benar-benar terjadi kredit macet, PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan sudah mengantisipasi dan
mempermudah pelaksanaan eksekusi atau penjualan barang jaminan nantinya. “Pembinaan” ini dilakukan oleh PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang
Medan apabila terjadi penunggakan kredit selama 3 tiga kali, maka dibuat surat pernyataan dari nasabah yang isinya mengenai kesanggupan nasabah untuk
membayar tunggakan, dan kesediaan barang jaminan kendaraan bermotornya untuk dijual di bawah tangan. Waktu yang diberikan oleh PT Bank Internasional
Indonesia, Tbk Cabang Medan adalah 3 tiga bulan, dan selama jangka waktu tersebut PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan juga memberikan
kesempatan untuk nasabah mencari pembeli kendaraan bermotor yang dijadikan jaminan. Setelah 3 tiga bulan tidak ada tanggapan yang positif dari nasabah,
maka PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan akan melakukan tindakan non litigasi, yang kemudian apabila nasabah masih sulit untuk diajak
kerjasama maka akan dilanjutkan tindakan litigasi.
57
57
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
“Pembinaan” dilakukan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan terhadap nasabahnya dilakukan sebelum nasabah tersebut dapat
dikategorikan ke dalam kredit macet. Hal ini untuk menjaga agar nasabah tidak masuk ke dalam kategori kredit macet, juga memberikan kesempatan kepada
nasabah untuk mencari pembeli kendaraan bermotornya yang dijadikan jaminan apabila sampai terjadi kredit macet. Penyelesaian dengan cara Non Ligitasi
memang sengaja dilakukan pertama kali dengan negoisasi atau musyawarah antara pihak bank dengan pihak nasabah. Dengan cara negoisasi ini apabila
berhasil, pihak bank akan kembali mendapat angsuran yang tertunda atau terlambat beserta bunganya. Seringkali di dalam negoisasi ini nasabah
berkeberatan akan besarnya bunga yang tertunggak, namun pihak bank dalam menghadapi ini sangat fleksibel dengan melihat keadaan yang ada pada nasabah.
Sehingga ada upaya-upaya seperti : pelunasan tunggakan kredit, penjadwalan kembali, persyaratan kembali, penataan kembali dianggap suatu penyelesaian
win-win solution yang dianggap paling baik. Upaya Litigasi adalah upaya yang dilakukan oleh bank dalam rangka
mengeksekusi barang jaminan melalui sidang di pengadilan. Upaya hukum ini dilakukan oleh PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan dengan
adanya pertimbangan biaya, pertimbangan nama baik perusahaan dan pertimbangan waktu. Upaya lain yang dilakukan pihak bank adalah eksekusi
langsung terhadap barang jaminan. Pada prakteknya pihak bank mempersilahkan nasabah untuk mencari sendiri pembeli kendaraan bermotor, jika nasabah tidak
mampu, maka pihak bank yang akan mencarikan pembeli.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan