c. Surat Kuasa menjual dan Surat kerelaan penyerahan dapat dimasukkan
dalam klausula perjanjian kredit karena pada dasarnya surat-surat tersebut dilakukan secara bawah tangan sehingga tidak ada masalah apabila
dimasukkan dalam salah satu klausul di Perjanjian Kredit sehingga dapat mengurangi beban materai debitur.
B. Kendala dalam Perjanjian Kredit menggunakan Hak Tanggungan yang
objeknya Hak Guna Bangunan pada Bank Internasional Indonesia Cabang Medan
Bank harus berhati-hati dalam meneria jaminan debitur berupa SHGB, karena jaminan tersebut memiliki masa berakhir hak. Sertifikat Hak guna
Bangunan yang dibebani hak tanggungan adalah hak guna bangunan yang dijadikan jaminan pelunasan hutang dengan membebaninya dengan hak
tanggungan yang sempurna, yaitu sudah dibuatkan Akta Pemberian Hak Tanggunagan APHT dan sudah didaftar serta telah dikeluarkannya Sertifikat
Hak Tanggungan.
51
Untuk mengantisipasi berakhirnya hak dari SHGB ini, biasanya baik dari pihak Bank maupun debitur, sudah menentukan kebijakan untuk mengantisispasi
masalah ini, yaitu melakukan perpanjangan hak atau memohon agar jaminan SHGB dapat ditingkatkan menjadi Sertifikat Hak Milik. Namun hal tersebut juga
51
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
memiliki tingkat resiko ,terutama apabila jaminan dimohonkan haknya menjadi SHM, antara lain yaitu:
52
1. Perubahan hak guna bangunan menjadi Hak milik mengakibatkan
hapusnya hak tanggungan yang membebani hak guna banguan tersebut.
2. Permohonan perubahan hak sebagaimana disebutkan di atas, berlaku
sebagai pernyataan pelepasan hak guna bangunan dengan ketentuan bahwa tanah tersebut diberikan kembali kepada bekas pemegang hak
dengan Hak Milik. 3.
Kantor pertanahan mendaftar hapusnya hak tanggungan yang memebebani hak guna bangunan yang diubah menjadi hak milik
tersebut. Untuk kelangsungna penjaminan kredit berdasarkan perjanjian utang
piutang yang pelunasannya semula dijamin dengan hak tanggungan atas SHGB menjadi hapus, dan sebelum perubahan hak didaftar pemegang hak atas tanah
dapat memberikan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dengan objek hak Milik yang diperolehnya sebagai perubahan dari HGB tersebut.
53
Setelah perubahan hak dilakukan pemegang hak atas tanah dapat membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan atas hak milik yang bersangkutan sesuai
ketentuan yang berlaku dengan hadir sendiri atau melalui surat kuasa membebankan hak tanggungan .
52
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
53
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, hak tanggungan yang membabani Hak Guna Banguna, sebagaimana dimaksud di atas, juga gugur dengan hapusnya
HGB yang telah menjadi Hak Milik. Berhubung karena itu, maka sering kali pihak Bank keberatan akan
diubahnya HGB menjadi Hak Milik, tanpa kepastian mengenai jaminan untuk pelunasan kredit yang telah diberikannya.
Akibatnya pemegang hak guna bangunan yang sedang dibebani hak tanggungan tidak dapat mendaftarkan perubahan HGB menjadi hak milik, apabila
tidak melunasi terlebih dahulu kreditnya atau tidak dapat menyediakan jaminan dalam bentuk lain.
Sehubungan dengan itu, disesuaikandengan kondisi saat ini, kesulitan tersebut dapat diberikan jalan keluar kepada para pemegang HGB, yaitu mereka
dapat mendaftarkan hak milik atas tanahnya tanpa terlebih dahulu harus melunasi kreditnya atau menyediakan jaminana lain, dan di lain pihak tetap memberikan
kepastian kepada pemegang hak tanggungan akan kelangsungan jaminan pelunasan kreditnya. Jalan keluar itu adalah dengan membuat surat kuasa
membebankan Hak Tanggungan atas hak milik yang akan diperoleh yang bersangkutan, yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar pembuatan Akta
pemeberian Hak tanggungan setelah hak milik tersebut didaftar apabila pemberi hak tanggungan tidak dapat hadir. Hal ini dimungkinkan karena walaupun belum
di daftar objek Hak tanggungan itu sudah pasti. Inilah mengapa pemberian kredit dengan jaminan hak guna bangunan
cukup berisiko, dapat di lihat bedanya, apabila jaminan berupa hak milik adalah
Universitas Sumatera Utara
member kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan , juga menguntungkan bagi pemegang hak tanggungan , karena tidak adanya batas
waktu berlakunya Hak Milik , dan pelunasan kredit akan lebih terjamin. Jika jaminan SHGB dilakukan perubahan haknya menjadi SHM, maka hal
tersebut dapat memberikan peluang kepada pemberi kredit untuk menyesuaikan jangka waktu pelunasan kredit dengan kemampuan debiturnya, tanpa khawatir
hak tanggungannya hapus karena jangka waktu hak atas tanah yang dibebaninya terbatas. Dan yang cukup dikhawatirkan, apabila debitur melakukan wanprestasi
pada saat perubahan menjadi hak milik belum selesai dilakukan, sehingga hak tanggungan atas hak milik belum didaftarkan, sehingga untuk jaminan tersebut,
tidak dapat dilakukan eksekusi, karena hak tanggungan yang melekat pada Hak Guna Bangunan telah hapus, dan belum dapat didaftarkan kembali, sebelum
proses menjadi hak milik telah selesai dilakukan. Inilah mengapa jaminan dalam bentuk SHGB cukup berisiko untuk diterima oleh bank.
Dalam praktik pelaksanaan perjanjian kredit di PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan dapat ditemukan beberapa permasalahan yang
timbul dalam perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan yang menimbulkan wanprestasi di PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk, Cabang
Medan, antara lain :
54
1. Pihak pemegang Hak Tanggungan kesulitan mengawasi penggunaan
barang jaminan yang dititipkan pemberi Hak Tanggungan, karena meskipun pemberi Hak tanggungan berkewajiban memelihara, namun
54
Wawancara dengan Fify Ramadhani, Legal Officer, PT. Bank Internasional Indonesia, Cabang Medan, tanggal 2 Juni 2014 Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
kadang ada pemberi Hak Tanggungan yang beritikat kurang baik, sehingga mempergunakan barang jaminannya seenaknya sehingga akan
menurunkan nilai barang. 2.
Pihak pemegang Hak Tanggungan cukup kesulitan untuk melakukan pengawasan secara langsung akan penggunaan kredit yang dicairkan. Hal
tersebut disebabkan banyaknya pemberi Hak Tanggungan yang harus diawasi, karena penyalahgunaan kredit akan dapat menimbulkan masalah
tersendiri bagi pemberi Hak Tanggungan, sehingga pada akhirnya pemberi Hak Tanggungan akan kesulitan melunasinya.
3. Pihak pemberi Hak Tanggungan biasanya mempersulit untuk
menyerahkan barang jaminannya, apabila adanya penarikan terhadap barang jaminan atau penyitaan oleh pihak PT. Bank Internasional
Indonesia, Tbk Cabang Medan, misalkan saja, barang jaminan tersebut ternyata digadaikan ke saudara si pemberi Hak Tanggungan atau si
pemberi Hak Tanggungan tersebut pergi menghindar agar tidak bertemu oleh pihak penyitaan, dan masih banyak yang lain
C. Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit menggunakan