44 kontras dengan warna merah sebagai latarnya, membuat banngunan ini nampak
berkilauan, megah dan mewah. Ragam hias yang terdapat pada Bangsal Kencana Kraton Yogyakarta ada
berbagai macam jenisnya, ada yang terdapat pada langit-langit atau tumpangsari dan ada yang berada pada tiang atau saka penyangga bangunan. Adapun ornamen
yang terdapat pada tiang Bangsal Kencana Kraton Yogyakarta adalah diantaranya Saton, Praba, Sorotan, Mirong, Tlacapan, hiasan umpak. Penelitian selanjutnya
difokuskan pada ornamen yang memiliki bentuk dasar segitiga yaitu Praba dan Tlacapan.
b. Bangsal Tamanan
Bangsal Tamanan berada di sebelah barat Bangsal Srimanganthi, tepatnya dibelakang gedung kesehatan Kraton Yogyakarta daerah ini tertutup untuk umum.
Bangsal Tamanan ini pada masa Sultan Hamengku Buwono VII sempat digunakan sebagai arena sabung ayam dan jangkrik. Menurut K.R.T Jatingrat
wawancara 15 April 2015 pada sekitar tahun 1757 berdiri sekolah Tamanan, diceritakan bahwa salah satu kegiatan belajarnya adalah kegiatan menari untuk
putra dan putri. Yang jelas keberadaan sekolah tamanan ini dibuktikan dengan sengkalan berwujud Bethara Gana atau Ganesha pada bagian pintu masuk hampir
berbentuk Kori agung sementara di dalamnya berbentuk sengkalan ular Bangsal Tamanan kini difungsikan untuk meyimpan gamelan, sementara
di bagian teras depan dipergunakan untuk ibu-ibu melakukan kegiatan membatik. Selain digunakan untuk menyimpan gamelan ada yang menarik di dalam bangsal
45 ini, yaitu terdapat ukiran kayu yang terdiri dari tumpangsari hingga tiang atau
saka yang dipercaya merupakan peninggalan kerajaan Majapahit. Menurut Ismunandar 1990 menjelaskan bahwa bangsal Tamanan sendiri
merupakan peninggalan Kyai Ageng Paker dan tanahnya hadiah dari raja Majapahit. Kemungkinan dari kenyataan tersebut warga Kraton berpendapat
bahwa ukiran yang terdapat di dalam Bangsal Tamanan merupakan peninggalan kerajaan Majapahit. Jika dilihat dari beberapa ornamen yang digambarkan
mengisyaratkan bahwa ikuran ini bukan berasal dari masa Kraton Yogyakarta yang sekarang ini.
Beberapa ukiran diantaranya di bagian barat daya menggambarkan rusa, bagian barat laut menggambarkan burung hong, di bagian timur laut burung hong,
dan di bagian tenggara terdapat ukiran kepala naga. Ornamen penggambaran seperti yang terdapat di dalam Bangsal Tamanan tersebut hampir sudah tidak ada
ketika masa Kraton Yogyakarta ataupun Mataram Islam yang melarang penggambaran binatang secara nyata. Beberapa kedekatan bentuk dan warna yang
digunakan ornamen di Bangsal Tamanan ini hampir mirip dengan bentuk-bentuk yang ada di Bali. Namun dalam penelitian ini tidak akan dibahas lebih jauh
mengenai asal-asul ukiran yang terdapat di Bangsal Tamanan, hanya sebatas sebagai tolak ukur perbandingan dengan ornamen Praba dan tlacapan yang berada
pada tiang Bangsal Kencana saja.
46
Gambar XIII : Bagian dalam Bangsal Tamanan Sumber : Dokumentasi Trusti, Maret 2015
3. Ornamen atau Ragam Hias pada tiang Bangsal Kencana
a. Saton
Saton berasal dari kata satu bahasa Jawa, yang berarti kue K.R.T Jatiningrat, wawancara 17 Maret 2015. Nama ini diambil karena bentuk ragam
hias saton yang mirip dengan bentuk kue satu bujur sangkar. Untuk ornamen saton yang berada di Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta bentuknya serupa
bujur sangkar yang dipotong pada bagian atas dan bawahnya. Hiasan saton tersebut digunakan mungkin ada kaitannya dengan perwujudan konsep
manunggaling kawula lan gusti, atau menurut Dorno sebagai simbol persatuan semua kalangan di dalam kasultanan Yogyakarta.
47
Gambar XIV : Ornamen Saton pada tiang Bangsal Kencono Sumber : Dokumentasi Trusti , Maret 2015
Warnanya menggunakan warna kuning emas prada dan diantaranya sebagai latar menggunakan warna merah. Pewarnaanya dengan cara teknik blok
yaitu menutup seluruh permukaan ukiran. Warna kuning emas digunakan untuk hampir semua ornamen yang berada di Bangsal Kencana. Semetara untuk isen-
isennya berupa daun-daunan dan bunga yang distilisasi. Hiasan saton ini berada pada saka guru, penanggap, dan penitih posisinya berada dibagian bawah
menempel dengan ornamen praba yang menghadap ke atas.
48
b. Praba
Dalam Kamus Jawa Kawi menurut asal katanya praba berarti sinar, cahaya, semarak, kemegahan. Menurut K.R.T Jatiningrat wawancara 17 Maret
2015 praba atau praban memiliki arti cahaya, nimbus, aura atau cahaya di atas kepala hallo. Praba dalam agama Budha digambarkan pada patung Budha ketika
sedang duduk bermeditasi, penggambaran praba berada di belakang punggung Budha berbentuk segitiga dengan ujung melengkung runcing.
Gambar XV : Ornamen Praba pada tiang Bangsal Kencono Sumber : Dokumentasi Trusti , Maret 2015
Setiap orang memiliki cahaya praba masing-masing namun kuantitas atau kekuatannya yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan tingkat konsentrasi
masing-masing orang yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat konsentrasi seseorang maka semakin kuat cahaya praba yang dipancarkan. Biasanya orang
yang sering melakukan kegiatan bermeditasi serupa biksu, pemuka agama, atau raja.