Sejarah Berdirinya Kraton Yogyakarta
8 pusatnya terdapat rumah segala pusaka milik Kraton, Prabayeksa, dan Bangsal
Kencana, tempat dimana Sultan bertahta dan memerintah sepanjang tahun. Di tempat ini Sultan menerima tamu paling penting setara Residen dan Gubernur.
http:www.kamusilmiah.comsejarahkeraton-ngayogyakarta-hadiningrat-tata- ruang-arsitektur-dan-maknanya
Sepanjang sejarah, unsur vertikal dalam arsitektur kolom,tugu, dan menara telah dipergunakan untuk menandai peristiwa-peristiwa penting dan
menciptakan titik tertentu di dalam ruang. Hal ini berkaitan dengan pandangan masyarakat saat itu mengenai adanya pusat dunia atau poros. Mereka
mencari orientasi, pengkiblatan diri. Selain itu unsur vertikal juga berfungsi sebagai perantara axis mundi, simbol penyatuan antara dunia atas dan dunia
manusia, Purnomo, 2015. Menurut Pamadhi 2004: 8-9 menjelaskan bahwa ketika manusia
menciptakan suatu karya baik berupa teknologi ataupun seni dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah alam. Keadaan alam di timur yang subur
membuat masyarakatnya mencari manifestasi kekagumannya akan alam, akhirnya mereka menciptakan dewa sebagai manifestasi ketidakmampuan menanggapi
misteri alam. 1.
Bangsal Kencana Bangsal Kencana bangunan persidangan utama dan pendopo yang paling
dimuliakan di Kraton Yogyakarta terletak di tengah kompleks Kedhaton. Semula bernama Bangsal Alus yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwana I
dan dibangun kembali secara total oleh Hamengku Buwana II. Sebelum
9 Perang Diponegoro pecah, semula di tempat ini diselenggarakan persidangan rutin
tiap pekan oleh para pejabat dan bangsawan Kraton yang dipimpin oleh Sultan. Bangsal ini dipergunakan untuk menyambut tamu agung,
menyelenggarakan upacara pernikahan dan khitanan, pementasan wayang orang dan tari serta untuk menghadap para abdi, pejabat dan kerabat Kraton saat
Ngabekten Sawal, menghaturkan sembah dan memohon maaf seusai perayaan Idul Fitri. Di Bangsal Kencana Sultan bertahta menghadap ke timur atau ke arah
matahari terbit yang melambangkan kekuasaan Sultan yang perkasa dan mecerahkan laksana matahari.
Bangsal ini diapit oleh dua bangunan limasan memanjang yakni Tratag Bangsal Kencana di sisi timur yang semula dipergunakan untuk
pentas wayang orang kolosal khususnya pada masa Hamengku Buwana VIII 1921-1939 dan Tratag Prabayeksa di sisi barat yang biasa dipergunakan oleh
para penari bedhaya sebelum berpentas di Bangsal Kencana. Pada masa Hamengku Buwana VII 1877-1921 semua tratag ini dibangun ulang dengan
tiangtiang besi tuang impor yang serupa kolom klasik Eropa dengan hiasan sulur berbunga yang melilit dan atap metal bergelombang Dinas Kebudayaan
D.I.Yogyakarta : 2009. Menurut Tnunay 1991: 47 Kencana mengandung arti makna simbolik
Manungaling Kawula Lan Gusti. Bersatunya rakyat dengan raja dalam artian kualitatif. Mempunyai kehendak dan keinginan yang sama dalam upaya
pencapaian suatu tujuan dengan masing-masing komponen tetap berada pada