92
pertemuan terakhir siklus II maka dapat diketahui bahwa dua siswa yang masuk pada kategori sedang hanya memiliki selisih satu poin dengan batas bawah kategori
tinggi. Hal ini dimungkinkan karena siswa sebenarnya merasa percaya diri di kelas namun kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang memberi waktu dan ruang
bagi semua siswa untuk menunjukkan percaya dirinya. Misalnya, kesempatan yang terbatas bagi siswa untuk bisa mengemukakan pendapat dan pertanyaan. Selain itu,
dimungkinkan juga karena siswa kurang mendapat kesempatan untuk menunjukkan perilaku percaya diri sesuai dengan indikator dalam lembar observasi percaya diri
yang digunakan selama penelitian. Hal inilah yang mendasari perlunya penggunaan skala percaya diri sebagai instrumen sekunder. Percaya diri merupakan aspek
afektif sehingga perlu adanya konfirmasi dari subjek penelitian sendiri tentang apa yang mereka rasakan.
F. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan di kelas V SD N Gupakan II masih terdapat beberapa keterbatasan adalah:
a. Keterbatasan waktu penelitian
Pada dasarnya pembelajaran inkuiri membutuhkan waktu pelaksanaan yang lama dan tidak terbatas. Namun, penelitian yang dilakukan terbatasi oleh
peraturan sekolah yang hanya memberikan alokasi waktu 2 jam pelajaran untuk pembelajaran IPA pada setiap pertemuannya.
b. Ketidaktelitian peneliti dalam menganalisis data sehingga terlambat menyadari
kasus pada A. Jika peneliti menyadari sejak awal maka dapat dilakukan tindakan-tindakan khusus untuk meningkatkan percaya diri A.
93
c. Peneliti belum maksimal dalam mengaktifkan siswa untuk bertanya dan
berpendapat sebagai wujud perilaku dari indikator keberanian dalam bertindak. Oleh karena itu, skor siswa dalam indikator ini tidak setinggi indikator yang
lain. d.
Instrumen penelitian yang digunakan hanya divalidasi menggunakan validitas konstruk yaitu experts judgment bukan empirik sehingga dimungkinkan kurang
sahih. Selain itu, instrumen tidak diukur reliabilitasnya sehingga dimungkinkan kurang reliabel.
e. Hasil penelitian ini hanya bisa diterapkan di kelas V SD N Gupakan II, Tepus,
Gunungkidul. Hasil ini tidak dapat digeneralisasikan ke sekolah-sekolah yang lain.
f. Subjek dalam penelitian ini tidak hanya siswa yang percaya dirinya termasuk
kategori rendah tetapi juga terdapat siswa yang percaya dirinya tinggi. Keberadaan siswa-siswa tersebut dalam proses tindakan dimungkinkan
memperngaruhi hasil penelitian.
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa percaya diri siswa kelas V SD N Gupakan II dapat ditingkatkan
dengan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukkan jumlah siswa
dengan percaya diri kategori tinggi berdasarkan hasil observasi sebanyak 83 dan hasil skala percaya diri sebanyak 92.
Peningkatan percaya diri dilakukan dengan menerapkan ketiga tahap pembelajaran inkuiri terbimbing. Tahap pertanyaan membuat rasa ingin tahu siswa
meningkat sehingga mereka akan berusaha mencari informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tahap pengumpulan data memberi kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam proses penemuan konsep. Tahap terakhir yaitu pemrosesan data memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuannya di depan orang lain dengan aktif berpendapat dan bertanya. Pada tahap kedua dan ketiga, guru banyak membimbing dan memotivasi siswa. Alokasi
waktu paling lama diberikan pada tahap ketiga. Peningkatan percaya diri juga ditunjukkan dengan tingginya persentase skor
rata-rata siswa pada setiap indikator. Pada indikator keyakinan akan kemampuannya berdasarkan hasil observasi mencapai 92,1 sedangkan hasil skala
percaya diri mencapai 79,4. Indikator kemandirian berdasarkan hasil observasi mencapai 79,4 sedangkan berdasarkan hasil skala percaya diri mencapai 78,4.