Latar Belakang Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, dr.Tina Christina L.Tobing,

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Palsi serebral merupakan penyebab keterbatasan aktivitas fisik yang paling sering pada anak, dengan Insidensi sekitar 2 sampai 2.5 per 1000 kelahiran hidup. 1 Palsi Serebral ditandai dengan perubahan tonus otot berupa spastisitas atau rigiditas, kelemahan otot, gerakan involunter, atau kombinasi diantaranya. Gangguan motorik umumnya disebabkan karena kerusakan sistem saraf pusat dalam 2 tahun pertama kehidupan, bersifat tidak episodik dan tidak progresif. 2 Palsi serebral terjadi pada masa bayi dan anak, namun dampak yang ditimbulkannya berlangsung sepanjang hidup. 3 Prevalensi palsi serebral diketahui meningkat pada kelahiran prematur. Bayi dengan berat badan lahir rendah 24 kali lebih berisiko menjadi palsi serebral. 4 Di Asia, distribusi pada bangsa Melayu lebih besar dibandingkan bangsa India dan Cina. 5 Pengobatan palsi serebral memerlukan pendekatan multidisiplin. Secara garis besar tatalaksana dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: latihan fisik, obat-obatan dan atau pembedahan, terapi perilaku. 6 Terapi fisik memegang peranan penting dalam meningkatkan fungsi motorik anak palsi serebral. 7 Perbaikan kemampuan motorik dapat meningkatkan kualitas hidup anak. 8 Universitas Sumatera Utara Kualitas hidup anak palsi serebral dipengaruhi oleh kondisi kesehatan fisik, personal dan lingkungan. 9 Penilaian kualitas hidup merupakan hal yang sangat penting untuk menilai kondisi kesehatan dan mengevaluasi terapi yang telah diberikan terhadap anak palsi serebral. 10 Kualitas hidup anak palsi serebral dapat dinilai dengan menggunakan berbagai instrumen. Salah satu insrumen yang dapat digunakan adalah Cerebral Palsy Quality Of Life questionnaire for children CP QOL-child. Kuisioner ini spesifik untuk anak palsi serebral, memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi dan telah diterjemahkan dalam beberapa versi bahasa. 11 Gangguan motorik pada anak palsi serebral mengakibatkan berkurangnya partisipasi dan menurunkan kualitas hidup anak. Pemberian terapi fisik secara rutin selama 1 tahun dapat memperbaiki fungsi motorik sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental anak. 12 Dalam suatu pengamatan yang dilakukan Prudente dkk di Brazil tahun 2010 didapatkan adanya peningkatan kualitas hidup yang signifikan pada anak palsi serebral yang melakukan terapi fisik selama 10 bulan. 13 Di Indonesia belum ada penelitian yang menilai kualitas hidup anak palsi serebral menggunakan kuisioner CP QOL-child dan membandingkan antara yang telah diterapi fisik lebih dari 10 bulan dan kurang dari 10 bulan. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah