Biaya Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani

Tabel 10. Rata-rata Biaya Tetaphektartahun Komponen biaya Jenis kelompok Perbedaan Rpha tahun Bersertifikat Tidak bersertifikat Jumlah Rphathn Persentase Jumlah Rphathn Persentase Sewa lahan 6.928.000 76,6 6.928.000 76,6 Sewa peralatan 1.000.000 11,1 995.000 11,0 5.000 Penyusutan peralatan 400.000 4,4 405.000 4,5 -5.000 Pajak 714.000 7,9 714.000 7,9 Jumlah 9.042.000 100 9.042.000 100 Sumber : Data primer diolah 2011 Komponen biaya tetap terbesar berasal dari sewa lahan menempati yakni Rp. 6.928.000hatahun atau 76,6. Biaya tetap lainnya adalah sewa peralatan sebesar Rp. 997.500hatahun atau 11 , pajak sebesar Rp. 714.000 atau 7,9 dan penyusutan paralatan sebesar Rp. 402.500hatahun atau 4,5. Berdasarkan total keseluruhan biaya biaya variabel dan biaya tetap, untuk pertanian organik dari kelompok yang bersertifikat rata-rata mempunyai biaya total sebesar Rp. 25.042.000hatahun, sedangkan untuk kelompok yang tidak bersertifikat sebesar Rp. 23.888.060hatahun, atau ada perbedaan biaya total sebesar Rp. 1.154.140hatahun. Tabel 11 memperlihatkan total biayahatahun yang dikeluarkan oleh kedua kelompok. Tabel 11. Total Biayahektartahun Komponen Biaya Jenis Kelompok Rata-rata Rpha tahun Bersertifikat Tidak Bersertifikat Jumlah Rphathn Persentase Jumlah Rphathn Persentase Biaya variabel 16.000.200 63,9 14.846.060 62,1 1.154.140 Biaya tetap 9.042.000 36,1 9.042.000 37,9 Jumlah 25.042.200 100 23.888.060 100 1.154.140 Sumber : Data primer diolah 2011

4.3.2. Penerimaan Usahatani

Rata-rata penerimaan usahatani untuk kedua kelompok memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena produktivitas perhektar untuk kelompok yang bersertifikat cenderung lebih tinggi dari kelompok yang tidak bersertifikat. Rata-rata produktivitas untuk kelompok yang bersertifikat adalah 6,005 tonha sedangkan untuk yang tidak bersertifikat adalah 5,231 tonha. Hal ini diperkirakan karena penggunaan pupuk yang lebih banyak dan juga penerapan bertani organik kelompok ini yang jauh lebih lama dari kelompok yang tidak bersertifikat. Mamaril 2005 dalam Syam 2008 mengungkapkan bahwa bahan organik yang digunakan secara terus menerus dan kurun waktu yang lama akan dapat meningkatkan bahan organik di dalam tanah. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada kesuburan tanah dan tanaman. Harga jual padi organik kelompok bersertifikat dan yang tidak bersertifikat terdapat perbedaan sebesar Rp. 200.000ton. Gabah kering panen dari kelompok bersertifikat organik dibeli oleh ICS dengan harga Rp. 3.700.000ton sedangkan untuk kelompok tidak bersertifikat harga yang mereka terima baik dari ICS maupun bandar lokal rata-rata adalah Rp. 3.500.000ton. Perbedaan ini dapat dipahami karena kelompok yang bersertifikat organik dianggap dapat memberikan jaminan keorganikan lebih baik daripada kelompok yang tidak bersertifikat organik, namun harga ini masih lebih rendah dari yang mereka harapkan yaitu minimal Rp.500.000ton. Walaupun harga yang mereka peroleh belum maksimal sesuai dengan harapan, namun harga tersebut masih lebih baik dari petani konvensional yang rata-rata harganya adalah Rp. 3.200.000ton. Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara hasil panen dengan harga jual. Penerimaan usahatani dihitung berdasarkan penerimaan pertahun, sehingga hasil usahatani setiap kali panen dikalikan dengan banyaknya panen yang dilakukan selama satu tahun. Semua kelompok melakukan pemanenan sebanyak dua kali dalam satu tahun, sehingga penerimaan setiap kali panen dikalikan dua. Berdasarkan penerimaan usahatani rata-rata, kelompok yang bersertifikat memperoleh penerimaan sebesar Rp. 44.437.000hatahun, sedangkan yang tidak bersertifikat sebesar 36.617.000hatahun, sehingga ada perbedaan penerimaan diantara dua kelompok sebesar Rp. 7.820.000hatahun. Total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan total biaya menghasilkan total pendapatan. Kelompok yang bersertifikat organik memperoleh pendapatan sebesar Rp. 19.394.800 hatahun, sedangkan kelompok yang tidak bersertifikat organik mempunyai pendapatan sebesar Rp. 12.728.940hatahun atau ada perbedaan pendapatan sebesar Rp. 6.665.860hatahun. Secara lengkap pendapatan usahatani untuk kedua kelompok adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 12. Tabel 12. PendapatanTahun Kelompok Bersertifikat Organik dan Tidak Bersertifikat Organik Uraian Bersertifikat Organik Tidak bersertifikat organik Perbedaan Produksi tontahun 12,01 10,462 1,548 Harga Rpton 3.700.000 3.500.000 200.000 Penerimaan Rptahun 44.437.000 36.617.000 7.820.000 Biaya Rptahun 25.042.200 23.888.060 -1.154.140 Pendapatan Rptahun 19.394.800 12.728.940 6.665.860 Sumber : Data primer diolah 2011

4.3.3. Analisis RC ratio

Analisis RC ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Kelompok yang bersertifikat organik memperoleh nilai RC ratio sebesar 1,77 yang berarti bahwa setiap 1 rupiah yang dikeluarkan akan mampu memberikan penerimaan sebesar 1,77 rupiah. Nilai RC lebih dari 1 menunjukkan bahwa usahatani kelompok tani yang bersertifikat organik menguntungkan untuk diusahakan. Nilai RC untuk kelompok tani tidak bersertifikat organik adalah 1,53 yang berarti usahatani ini juga menguntungkan. Apabila dibandingkan dengan nilai RC ratio kelompok yang bersertifikat, maka nilai ini lebih rendah sebesar 0,24 yang berarti tingkat kemampuan kelompok tidak bersertikat untuk mengembalikan penerimaan dari total biaya yang dikeluarkan 0,24 kali lebih kecil dari kelompok yang bersertifikat organik. Perhitungan nilai RC ratio adalah sebagaimana terdapat dalam Tabel 13. Tabel 13. Nilai RC Ratio Kelompok Bersertifikat Organik dan Tidak Bersertifikat Organik Uraian Bersertifikat Tidak bersertifikat Perbedaan Penerimaan Rptahun 44.437.000 36.617.000 7.820.000 Biaya Rp.tahun 25.042.200 23.888.060 -1.154.140 RC ratio 1,77 1,53 0,24 Sumber : Data primer diolah 2011

4.4. Analisis perbedaan pendapatan

Analisis perbedaan pendapatan dengan menggunakan uji t dua sampel independen dilakukan apabila asumsi data tersebar normal terpenuhi. Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini menggunakan hipotesis dua arah yaitu H :  1 -  2 =  dan H 1 :  1 -  2  dengan daerah kritis untuk menolak H jika |t h | t 2 atau p-value alfa dengan nilai alfa 0,05. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan SPSS, diperoleh hasil bahwa data pendapatan dari responden bersertifikat organik tidak tersebar secara normal yang ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,024 yang lebih kecil dari α = 0,05. Artinya kita dapat menolak H dan terima H 1 bahwa data pendapatan petani dari responden bersertifikat organik tidak tersebar secara normal. Untuk data pendapatan dari responden kelompok yang tidak bersertifikat organik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,200 yang lebih besar dari α = 0,05 yang berarti menerima H bahwa data tingkat pendapatan kelompok tidak bersertifikat organik tersebar normal. Data lengkap hasil uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov seperti terdapat dalam tabel 14. Tabel 14. Hasil Uji Kenormalan Data Tingkat Pendapatan Kelompok Bersertifikat Organik dan Tidak Bersertifikat Organik Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Sertifikat .150 40 .024 Belum Sertifikat .086 40 .200 a. Lilliefors Significance Correction . This is a lower bound of the true significance.