Perumusan Masalah Tujuan Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian Organik

2.1.1. Definisi Pertanian Organik

Definisi pertanian organik yang dikenal pada saat ini dikeluarkan oleh IFOAM dan Departemen Pertanian Amerika Serikat. Menurut IFOAM FAO, 1998 dalam Dinarti, 2005, tujuan dan prinsip dari pertanian organik serta prosesnya berdasarkan sejumlah prinsip penting dan ide-ide, yaitu : a Memproduksi makanan dengan gizi berkualitas tinggi; b Mengedepankan siklus biologis di dalam sistem pertanian, meliputi mikro organisme, flora dan fauna tanah, ternak dan tanaman; c Menginteraksikan suatu kehidupan yang konstruktif dengan sistem dan siklus yang alami; d Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang; e Memproduksi dan menggunakan air yang sehat dan menjaga air, sumber air dan kehidupannya; f Membantu konservasi tanah dan air; g Menggunakan sejauh mungkin, sumber daya lokal yang dapat diperbaharui yang dikelola dalam sistem pertanian bekerja sejauh yang bisa dilakukan, dalam sistem tertutup yang menyediakan bahan organik dan unsur hara bagi tanaman; h Bekerja yang mungkin menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang yang berasal dari dalam maupun luar sistem pertanian; i Meminimalkan semua bentuk polutan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian yang dilakukan; j Mempertahankan keragaman genetik di dalam sistem pertanian dan di sekitarnya, termasuk melindungi tanaman dan habitat liarnya; k Memberikan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja memperhatikan pengaruh sosial dan ekologis dari sistem yang diterapkan; l Menghasilkan produk non-pangan dari bahan-bahan yang dapat di daur ulang yang sepenuhnya dapat dihancurkan secara alami; m Memperkuat fungsi asosiasi pertanian organik; n Memajukan keseluruhan rantai pertanian yang bertanggung jawab secara sosial maupun ekologis. Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1980 juga mengeluarkan definisi tentang pertanian organik sebagai suatu sistem produksi yang menghindarkan atau sebagian besar tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak tanpa zat additive. Menurut BSN 2010, sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro- ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaankondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.

2.1.2. Budidaya Padi Organik

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional non organik. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar Andoko, 2010. Menurut PPHP Deptan 2005 beberapa berbedaan antara budidaya pertanian organik dan non organik adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan dalam budidaya padi secara organik : 1 Pemilihan verietas Tidak semua varietas padi cocok digunakan unuk budidaya organik. Benih non- hibrida lebih cocok digunakan untuk tanaman organik karena dapat mempertahankan keanekaragaman hayati dan secara teknis memungkinkan untuk ditanam secara organik karena dapat berproduksi optimal pada kondisi yang alami. Benih hibrida biasanya dipakai untuk budidaya non organik karena sangat tergantung kepada penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Tabel 2. Perbedaan Sistem Budidaya Pertanian Organik dengan Pertanian Non Organik Proses Pertanian non organik Pertanian organik Persiapan benih Berasal dari rekayasa genetika Berasal dari pertumbuhan yang alami Pengolahan tanah Maksimalisasi pengolahan tanah melalui mekanisasi pertanian yang berakibat pemadatan tanah dan matinya beberapa organisme Minimalisasi pengolahan dan mekanisasi pertanian yang memacu pertumbuhan organisme dan menjaga aerasi tanah Persiapan bibit Bibit diperlakukan dengan bahan kimia sintesis Bibit diperlakukan dengan alami Penanaman Monokultur, rotasi tanaman hanya dari satu jenis tanaman dan tidak ada kombinasi tanaman Multikutur, rotasi bertahap, kombinasi tanaman dalam satu luasan lahan. Penanaman habitat predator dan pengendalian hama. Tanaman pupuk hijau, pestisida hayati dan obat-obat alami Pengairan Dapat menggunakan air dari mana saja Menggunakan air yang bebas bahan kimia sistetis Pemupukan dan pengendalian hama serta gulma Dominasi penggunaan pupuk kimia dan pestisida Penggunaan pupuk organik, pengendalian hama berdasarkan keseimbangan hayati Panen dan Pasca Panen Produk mengandung residu bahan kimia dan menggunakan bahan kimia sintesis Tidak diperlakukan bahan kimia dan sehat untuk konsumen PPHP, 2005 2 Pembenihan Beberapa hal yang dilakukan pada tahap pembenihan yaitu: a seleksi benih yang diperlukan agar hasil panen dapat maksimal. Ciri-ciri benih yang bermutu adalah jenisnya murni, bernas, kering, sehat bebas dari penyakit dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki serta memiliki daya kecambah yang tinggi mencapai 90; b kebutuhan benih, menurut Purwono dan Purnawati 2009 kebutuhan benih untuk padi sawah berkisar antara 20-25 kghektar; c penyiapan tempat pembenihan, bagian sawah yang akan digunakan untuk perbenihan dicangkul sedalam kira-kira 30 cm dan selanjutnya dihaluskan sampai lumer,