Analisis Persepsi Anggota terhadap Penerapan ICS

Persepsi responden yang paling seragam terbentuk dari penilaian responden terhadap personel organisasi dan ICS X6. Hal ini terlihat dari panjang vektor yang terbentuk paling pendek dibandingkan panjang vektor dari peubah lainnya. Hal ini berarti bahwa responden mempunyai penilaian yang hampir sama terhadap orang-orang yang duduk sebagai petugas inspektor internal, petugas pendamping maupun pengurus Gapoktan yang dinilai dari kinerja dan jumlah personel yang tersedia. Di lihat dari hubungan antar peubah, persepsi responden terhadap uraian struktur dan kegiatan kelompok X2 lebih erat hubungannya dengan persepsi terhadap pelatihan X7 artinya korelasi antara keduanya lebih tinggi dibandingkan dengan peubah lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sudut yang terbentuk antar keduanya yang sangat kecil dibanding dengan sudut yang lainnya. Makna yang terkandung dari hasil analisis ini adalah pemahaman anggota terhadap hak dan kewajiban mereka dalam organisasi dan kepuasan anggota terhadap struktur dan kegiatan yang dilakukan kelompok erat hubungannya dengan kepuasan mereka terhadap pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan. Sedangkan keeratan hubungan yang paling lemah adalah antara mengelola kemutahiran dan pendistribusian panduan ICS X1 dan standar organik internal X4, karena sudut yang terbentuk diantara kedua peubah tersebut sangat besar. Maknanya adalah pemahaman dan kepuasan anggota terhadap tatacara distribusi dokumen ICS tidak ada hubungan yang erat dengan pemahaman anggota terhadap standar organik internal yang meliputi pemahaman terhadap penggunaan benih, pupuk, pestisida, alsintan dan tatacara penanggulangan hama dan penyakit yang telah ditetapkan ICS. Hasil analisis biplot terhadap persepsi anggota kelompok tani yang tidak bersertifikat dapat dilihat dalam Gambar 5. Analisis ini mampu memberikan total keragaman sebesar 66,2. Sumbu utama pertama memberikan kontribusi sebesar 48,7 dari keragaman yang dapat diterangkan, dan sumbu utama kedua memberi kontribusi sebesar 17,5. Gambar 4. Hasil biplot untuk kelompok tani tidak bersertifikat organik Berdasarkan hasil analisis biplot ini, terlihat bahwa sebagian besar responden di kelompok tani tidak bersertifikat organik berjauhan dari garis vektor yang terbentuk. Hal ini berarti bahwa banyak dari responden pada kelompok tani tidak bersertifikat organik yang merasa belum puasbelum paham tentang peubah yang ditanyakan. Responden dari kelompok tani Sribangkit 2 yaitu responden R21 sampai R40, cenderung mempunyai persepsi yang sama karena terlihat saling berdekatan satu sama lain, sedangkan responden dari kelompok tani Srilangen 1 responden 1 sampai 20 mempunyai persepsi yang lebih bervariasi karena cendrung berjauhan satu sama lain. Dari vektor yang terbentuk, hanya peubah pengawasan lahan dan prosedur persetujuan X5 dan peubah pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor X8 yang paling banyak didekati oleh responden, sehingga dapat dikatakan secara umum bahwa responden memiliki persepsi yang cukup baik terhadap kedua peubah ini dibandingkan peubah lainnya. Penilaian yang baik ini terutama berasal dari responden kelompok tani Sribangkit 2, sedangkan beberapa responden dari kelompok tani Srilangen 1 justru menjauh dari kedua peubah ini. Hal ini memberi gambaran bahwa responden kelompok Srilangen 1 yang belum puasbelum paham terhadap pengawasan lahan dan prosedur R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 Dimension 1 48.7 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 persetujuan X5 dan prosedur pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor X8 yang dilaksanakan ICS. Peubah-peubah yang banyak dijauhi oleh responden antara lain adalah pengelolaan, kemutahiran dan pendistribusian panduan ICS X1, uraian struktur dan kegiatan kelompok X2, manajemen risiko X3, standar organik internal X4, personel organisasi dan ICS X6, pelatihan X7, inspeksi dan sertifikasi eksternal X9. Banyaknya peubah yang dijauh responden membuktikan bahwa pemahaman dan kepuasan anggota kedua kelompok tani yang tidak bersertifikat ini masih kurang sehingga wajar jika belum dapat memperoleh sertifikat organik. Untuk itu, agar Gapoktan Simpatik berhasil menjadikan kedua kelompok tani ini menjadi kelompok yang bersertifikat organik, maka tujuh variabel yang dijauhi tersebut harus mendapat perhatian yang serius untuk dibina, sehingga pemahaman dan kepuasan anggota dapat ditingkatkan. Keragaman persepsi responden terhadap masing-masing peubah dapat dilihat dari panjang pendeknya vektor yang dihasilkan. Berdasarkan biplot pada kelompok tani tidak bersertifikat organik, terlihat bahwa garis vektor terpanjang terbentuk dari peubah manajemen risiko X3, sedangkan garis vektor terpendek terbentuk dari peubah inspeksi dan sertifikasi eksternal ICS X9. Maknanya adalah responden cenderung memiliki pemahaman yang berbeda terhadap manajemen risiko X3, padahal dalam sertifikasi organik pemahaman terhadap peubah ini sangat penting agar petani paham potensi-potensi bahaya yang dapat timbul yang akan mempengaruhi keorganikan produk yang dihasilkannya. Jika pemahaman anggota masih beragam, dikhawatirkan akan berbeda dalam penanggulanga risiko yang akan terjadi, sehingga pemahaman anggota terhadap manajemen risiko ini perlu diseragamkan dengan pelatihan dan bimbingan dari ICS. Sedangkan vektor terpendek yang terbentuk dari peubah inspeksi dan sertifikasi eksternal ICS X9 memberi gambaran bahwa sebagian besar responden punya pemahaman yang sama terhadap peubah ini. Di lihat dari hubungan antar peubah dalam biplot kelompok tidak bersertifikat organik ini, peubah uraian struktur dan kegiatan kelompok X2 lebih erat hubungannya dengan peubah manajemen risiko X3 yang ditunjukkan dengan sudut yang paling kecil dibandingkan dengan sudut lainnya yang terbentuk. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang cukup erat antara pemahaman dan kepuasan anggota terhadap uraian struktur dan kegiatan kelompok X2 dengan pemahaman anggota terhadap manajemen risiko X3. Sedangkan keeratan hubungan yang paling lemah adalah peubah standar organik internal X4 dan peubah pengawasan lahan dan prosedur persetujuan X5, karena sudut yang terbentuk sangat besar. Keeratan hubungan yang cukup lemah juga terlihat antara peubah standar organik internal X4 dengan peubah pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor X8, peubah manajemen risiko X3 dengan peubah pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor X8, peubah standar organik internal X4 dengan peubah pengawasan lahan dan prosedur persetujuan X5. Analisis biplot antara kelompok yang bersertifikat dan tidak bersertifikat memberikan gambaran bahwa persepsi responden yang bersertifikat berbeda dengan kelompok yang tidak bersertifikat. Pemahaman kelompok yang bersertifikat terhadap berbagai peubah jauh lebih baik dari kelompok yang tidak bersertifikat. Hal ini mungkin salah satu faktor yang menyebabkan kelompok yang bersertifikat dapat memperoleh sertifikat organik. Pemahaman yang baik terhadap pedoman penerapan ICS yang telah ditetapkan Gapoktan memang sangat diperlukan agar petani tahu, lalu memahami, dan mau menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik. Hasil analisis biplot terhadap kelompok yang bersertifikat maupun yang tidak bersertifikat menunjukkan bahwa ada ketidakpuasan dan ketidakpahaman dapat menjadi peluang yang menyebabkan mereka berpindah dari pertanian organik menjadi pertanian konvensional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iwan Setiawan 2009 terhadap petani padi organik di Jawa Barat, beberapa kabupaten mengalami pelambatan dan penurunan pengembangan pertanian organik yang salah satunya disebabkan oleh ketidakkonsistenan petani dalam bertani organik. Oleh karena itu, pengurus kelompok tani dan Gapoktan harus bersinergi untuk melihat berbagai hal yang banyak dikeluhkan petani agar tidak menjadi bumerang bagi pengembangan pertanian organik. Hasil penelitian tentang kepemimpinan kelompok Yunasaf, 2005 memperlihatkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara kepemimpin dan keefektifan kelompok, sehingga peran ketua dan jajarannya sangat penting untuk dapat merangkul anggotanya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengurus Gapoktan sebagai bagian yang lebih tinggi dari kelompok tani, perlu melakukan pendekatan dan merangkul ketua dan pengurus kelompok agar dapat bersatu dalam satu tujuan Gapoktan yang lebih luas yaitu kesejahteraan semua anggota. Pemahaman petani terhadap persyaratan yang masih kurang memerlukan sosialisasi dan bimbingan yang lebih yang lebih baik dan kontinyu. Peran pemerintah sangat diharapkan, karena berdasarkan penelitian yang ada, secara kelembagaan pengembangan padi organik belum mendapat dukungan dan komitmen yang penuh dan konsisten dari pelaku kebijakan, baik di pusat maupun di daerah kabupatenkota Setiawan, 2009. Apalagi saat ini, Gapoktan masih tergantung kepada traider yang menyebabkan Gapoktan kurang memiliki posisi tawar yang dapat diandalkan anggota untuk meningkatkan kesejahteraannya. Peran pemerintah dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan untuk membantu Gapoktan dalam menfasilitasi kelompok tani yang benar-benar berminat untuk disertifikasi sehingga Gapoktan dapat lebih mandiri dan leluasa dalam mengambil kebijakan untuk kepentingannya anggotanya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Beberapa hal dari penelitian ini yang dapat disimpulkan yaitu : 1. Kedua usahatani padi organik bersertifikat dan tidak bersetifikat merupakan usahatani yang layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai RC ratio lebih dari 1 yaitu 1,77 untuk kelompok tani bersertifikat dan 1,53 untuk kelompok yang tidak bersertifikat. Dilihat dari sisi tingkat pendapatan, kelompok tani bersertifikat organik mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dengan kelompok yang tidak bersertifikat organik. 2. Secara umum persepsi anggota kelompok tani bersertifikat terhadap panduan umum penerapan Internal Control System ICS lebih baik dari kelompok yang tidak bersertifikat organik. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar responden kelompok tani bersertifikat organik mendekati semua vektor yang terbentuk dari semua peubah yang diamati, artinya ada kepuasan dan tingkat pemahaman yang lebih baik dibandingkan kelompok tani yang tidak bersertifikat organik yang pada umumnya menjauhi semua vektor yang terbentuk. 3. Beberapa responden dari kelompok tani bersertifikat mempunyai tingkat kepuasan dan pemahaman yang masih kurang terhadap prosedur tentang pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor yang dilakukan IC, sedangkan responden dari kelompok tani tidak bersertifikat hampir sebagian besar belum puas dan belum paham terhadap penerapan ICS. Hal-hal yang dapat direkomendasikan untuk dapat dilakukan oleh Gapoktan maupun pemerintah sebagai instansi pembina, yaitu : 1. Kelompok tani yang belum bersertifikat organik maupun yang telah bersertifikat sebaiknya dibina secara kontinyu agar pemahaman dan kepuasan mereka terhadap penerapan ICS dapat lebih baik. Pembinaan ini penting agar kelompok tani yang telah bersertifikat dapat konsisten mempertahankan sertifikat yang telah diperolehnya, sedangkan kelompok yang belum bersertifikat diharapkan dapat memperoleh sertifikat organik. 2. Tatacata pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor pada kelompok yang bersertifikat perlu mendapat perhatian dari pengurus kelompok tani dan GapoktanICS agar ketidakpuasan dari kelompok ini dapat diminimalkan sehingga tidak akan menjadi pemicu keluarnya mereka dari program sertifikasi yang telah berjalan. 3. Gapoktan secara kontinyu perlu melakukan evaluasi terhadap penerapan ICS pada semua kelompok tani anggotanya, agar ketidakpuasan dan ketidakpahaman dapat diminimalkan.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan kajian analisis manfaatkeuntungan sertifikasi pada petani dengan membandingkan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah disertifikasi organik. 2. Mengingat penelitian yang telah dilakukan ini masih terbatas pada empat kelompok tani, maka untuk mengetahui gambaran umum persepsi semua anggota Gapoktan terhadap penerapan ICS perlu dilakukan penelitian serupa yang melibatkan semua anggota kelompok tani anggota Gapoktan Simpatik. 3. Perlu dilakukan penelitian serupa terhadap petugas ICS, pengurus Gapoktan dan Pengurus Kelompok tani. Hasil tersebut perlu dibandingkan dengan persepsi anggota kelompok tani untuk melihat ada tidaknya hubungan yang mempengaruhi persepsi diantara keduanya. 4. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap hal-hal yang mempengaruhi sikap petani terhadap penerapan sertifikasi organik.

VI. DAFTAR PUSTAKA

[AOI]. Aliansi Organik Indonesia. 2009. Statistik Pertanian Organik Indonesia 2009. AOI, Bogor. Andoko, A, 2010. Budidaya Padi secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik, 2010. Laporan bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 1 Juni 2010. Hal 7. http:www.bps.go.idindex.php [17 Juni 2010] [BSN] Badan Standardisasi Nasional, 2010. SNI 6729 : 2010 Sistem pangan organik. Jakarta [Deptan] Departemen Pertanian, 2009. Statistik Pertanian Agricultural Statistics 2009. Pusat Data dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian Dinarti, D, 2005. Pertanian Organik di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor . http:www.rudyct.comPPS702-ipb09145diny_dinarti.pdf [21 Juni 2010] Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen PPHP Departemen Pertanian, 2009. Vademikum Mutu dan Standardisasi Pertanian. Gapoktan Simpatik, 2011. Gambaran Umum ICS Gapoktan Simpatik. Tasikmalaya. Lechleitner, F, dan U Eisenlohr. 2004. Procedur Manual for Setting Up and Harmonizing an Internal Control System ICS, Penerjemah; Agung Prawoto, Fransissca dan Edhie editor Indro Surono 2005. Hernanto, F.1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Cetakan Kedua.IKAPI. Jakarta Nuryanti, D. 2003. Analisis Biplot untuk Identifikasi Tanaman Nenas ananas comomus L. MERR. Queen di Empat Desa di Kabupaten Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [OKPO], Otoritas Kompeten Pangan Organik, 2008. Pedoman Umum Penerapan Jaminan Mutu Budidaya Tanaman dan Produk Tanaman Organik. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Depertemen Pertanian. Pascal, L, 2007. Peraturan, Standar dan Sertifikasi untuk Ekspor Produk Pertanian terjemahan oleh Rivai Suparta dan Astari Mitra, 2007. FAO Project OSROINS604USA2007