Terutama anak-anak sekolah dasar sedang dalam tahap psikologi yaitu imitasi sikap meniru apa yang ada dalam lingkungannya.
Ibu Mardiyah menuturkan sebagai berikut : “Hal yang paling utama dalam menanamkan materi keyakinan kepada
Pancasila yaitu dengan cara keteladanan. Kami berupaya menjadi teladan yang baik bagi siswa. Selain itu, dengan memberikan nasehat-nasehat yang
baik dan contoh-contoh sikap mengutamakan musyawarah mufakat, maka siswa akan dengan sendirinya mengikuti apa yang mereka lihat” wawancara
pada tanggal 9 Maret 2013.
Berdasarkan observasi, Penggalang Pramuka di SMPN 30 Semarang memiliki sikap dan perilaku yang layak diteladani. Hal tersebut dapat dilihat ketika pembina
selalu mengucap salam jika bertemu dengan orang lain, berpakaian rapi, selalu beribadah serta berperilaku sesuai dengan agama dan kepercayaannya, bertutur kata
sopan, bersikap rela berkorban tanpa pamrih, menolong antar sesama yang membutuhkan, menjaga kebersihan lingkungan, serta bertanggung jawab terhadap
tugas dan kewajibannya dan lain-lain merupakan bentuk-bentuk pengalaman Tri Satya dalam Pramuka. Pengamalan dan penghayatan yang berkaitan dengan salat
tepat waktu bagi yang beragama Islam, menjalankan perintah agama masing- masing merupakan bentuk pengalaman Dasa Dharma Pramuka yang pertama yaitu
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sikap-sikap tersebut secara langsung menjadi panutan anak-anak dalam bersikap dan berperilaku.
d. Kerelaan Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara
Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara yaitu rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta baik benda maupun dana untuk kepentingan umum,
sehingga pada saatnya siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara.
Apabila cinta tanah air tumbuh dengan subur di dalam hati sanubari anggota gerakan Pramuka, maka akan timbul sikap dan tekad untuk rela berkorban demi
bangsa dan negara. Mereka akan rela mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, harta dan segala miliknya, bahkan mengorbankan jiwa raganya sekalipun. Kegiatan
kepramukaan di SMPN 30 Semarang juga berupaya untuk menanamkan sikap hidup sederhana kepada seluruh anggota Pramuka sebagai langkah awal kerelaan
berkorban kepada bangsa dan negara. Berdasrkan observasi. Setiap pelaksanan kegiatan Pramuka latihan rutin di
SMPN 30 Semarang terdapat kas bumbung kegiatan, yaitu penggalangan uang suka rela dari para anggota Pramuka. Tempat uang saku rela tersebut tergolong unik, yaitu
bukan bukan di dalam kotak amal seperti biasa namun dimasukkan kedalam bumbung potongan bambu berdiameter sekitar kurang lebih 10 cm. Setiap kelas
diberikan 2 potongan bambu sebagai tempat uang, yaitu untuk regu putra dan regu putri. Setelah uang tersebut terkumpul, perwakilan anggota dari kelas dan Pembina
menghitung bersama-sama dan melakukan pencatatan di daftar pemasukan kas bumbung sukrela tiap kelas. Uang hasil amal tersebut nantinya dikelola untuk
digunakan untuk bakti sosial setiap tahuannya yaitu ketika bertepatan dengan hari lahir Pramuka tanggal 14 Agustus. Kegiatan bakti masyarakat ke panti asuhan dan
panti jompo merupakan program tahunan kegiatan Pramuka di SMPN 30 Semarang seperti yang dituturkan oleh Muh Ali Akbar 13 tahun sebagai berikut :
“Setiap kegiatan Pramuka selalu ada amal sukarela, kak. Saya biasanya yang memutarkan bambu tempat itu ke teman-teman yang menyumbang
seikhlasnya. Saya mengaja menyisihkan uang jajan untuk amal sukarela itu. Soalnya, yang terkumpul nanti mau dikasihkan ke panti jompo. Kakak
pembina selalu mengjarkan agar kami saling membantu sesama” wawancara pada tanggal 8 Maret 2013.
Ibu Mardiyah juga menuturkan hal yang senada : “Anak-anak diajarkan untuk hidup sederhana sejak dini, kak. Setiap latihan
rutin diadakan kas bumbung sosial yaitu semacam kotak amal kegiatan dimana anak-anak memberikan sebagian uang jajannya untuk diberikan
kepada sesama yang membutuhkan. Penggunaan kas bumbung tersebut digunakan untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan bertepatan dengan
peringatan Hari Pramuka” wawancara pada tanggal 8 Maret 2013.
Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa adik-adik Pramuka juga diajak untuk ikut serta dalam kepedulian terhadap sesama. Mereka diajarkan merelakan
sebagian yang dimilikinya untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan seperti itu, maka mereka akan memahami secara perlahan akan pentingnya
sikap peduli sehingga karakter bangsa dalam bentuk sikap rela berkorban itu lambat laun akan tumbuh dalam diri anak-anak.
Berdasarkan observasi pada tanggal 8 Maret 2013, bentuk rela berkorban terhadap teman juga terlihat ketika kegiatan latihan rutin terdapat salah satu anggota
Pramuka putri yang terjatuh dan mengalami luka di kakinya. Dengan segera, temannya mencarikan
obat “Betadine” dan kapas yang berada di tempat P3K di ruang UKS. Hal tersebut merupakan bentuk sikap rela berkorban dan kepedulian
terhadap sesama. Adik-adik Pramuka selalu diberikan nasehat kepada pembina bahwa sesama teman merupakan saudara. Sehingga apabila teman mengalami suatu
musibah maka yang lain harus segera membantunya. Pembina selalu memotivasi anak-anak bertutur kata dan bertindak yang sekiranya menyinggung teman yang lain,
maka Pembina menegur dan mengingatkan serta menyuruhkan untuk meminta maaf.
Ibrahim Propa Surya 12 tahun menuturkan mengenai sikap rela berkorban yang ditanamkan dalam pendidikan kepramukaan.
“Kegiatan yang menanamkan sikap rela berkorban misalnya ketika latihan rutin, pembina mengajarkan tali temali kepada anak-anak. Setelah anak-anak
dan dibuat sebuah permainan, yaitu pertolongan kepada orang yang mengalami kecelakaan. Masing-masing kelompok membuat tandu dari tali
dan tongkat untuk membawa seorang teman dari kelompoknya yang diibaratkan sebagai korban menuju tempat yang telah ditentukan Pembina.
Jadi kita diajarkan untuk menolong orang dengan segera ketika terjadi musibah ataupun bencana” wawancara pada tanggal 8 Maret 2013.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sikap rela berkorban dan gotong royong sangat ditekankan dalam setiap kegiatan Pramuka. Mereka diajarkan untuk
rela mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, harta dan segala miliknya untuk membantu sesama yang membutuhkan.
e. Kemampuan Awal Bela Negara