tangan dan bergandengan lagi. Apabila tikus terkena tepuk dari kucing, maka tikus tersebut tidak diperbolehkan untuk meneruskan permainan kembali dan harus berdiri
diluar barisan. Permainan tersebut dilakukan secara bergantian tiap regu sampai seluruh regu berkesempatan untuk menjadi kucing. Penilaian dari permainan ini
yaitu setiap kucing menepuk tikus maka mendapat nilai 1 sedangkan tikus yang terkena tepuk kucing mendapat angka kurang 1. regu yang mendapat anak terbanyak
maka dinyatakan menang. Giovani Shafa Nandita siswi kelas VII A menuturkan sebagai berikut :
“Kami pernah bermain kereta bola, kak. Bentuknya tanding antar regu. Tiap regu berbaris lurus ke belakang. Nanti tiap regu diberikan 5 bola yang
ditempelkan di setiap jeda antar punggung anak yang di depan dan perut anak yang dibelakang. Kami berjalan dari start ke finis, dengan ketentuan
tidak ada satupun bola yang terjatuh. Siapa yang terlebih dahulu mencapai finish,
maka regu itu yang menang.” wawancara pada 8 Maret 2013 dengan Giovani Shafa Nandita.
Bangsa Indonesia dikenal memiliki jiwa kerja sama dan gotong royong yang kental. Melalui permainan lokal dalam Pramuka, anak-anak akan terbiasa dengan
sikap saling gotong royong dan menjunjung tinggi sportivitas, selain itu, anak-anak dijaarkan untuk mengenal berbagai kekayaan negara Indonesia, baik kekayaan alam
maupun budaya.
c. Keyakinan Terhadap Pancasila
Keyakinan terhadap Pancasila yaitu yakin akan kebenaran Pancasila sebagai satu-satunya falsafah dan ideologi bangsa dan negara yang telah terbukti
kesaktiannya dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, guna tercapainya tujuan nasional.
Pancasila merupakan jiwa, kepribadian pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila
merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu. Pancasila merupakan ideologi dari negara Indonesia. Dengan adanya
persatuan dan kestuan tersebut jelas mendorong usahadalam menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan. Ini membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila
sebagai suatu yang harus diyakini karena cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam kegiatan Pramuka terinternalisasi nilai-nilai Pancasila sebagai
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang artinya bangsa Idnonesia menghargai nilai-nilai kemanusiaan atas dasar persamaan derajat, hak serta kewajiban. Hal ini
dapat dilihat dari penggunaan ketentuan seragam Pramuka yang sama pada seluruh anggota Pramuka tanpa membeda-bedakan harkat dan martabat kemanusiaan.
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan, yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi moral,
kuat mental, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tinggi kecerdasan dan mutu keterampilan; kuat dan sehat fisiknya; menjadi warga negara
Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada NKRI, sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu
menyelenggarakan pembangunan bangsa dan negara. Tujuan tersebut merupakan cita-cita gerakan Pramuka, karena itu kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur
dalam gerakan Pramuka harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Mardiyah, anak-anak dituntut untuk hafal Pancasila dalam kegiatan Pramuka.
“Memang pada awalnya mengharuskan anak-anak untuk hafal Pancasila, kak. Hal ini sebagai persyaratan untuk dilantik menjadi siaga bantu.
Sedangkan untuk siaga tata, anak-anak harus sudah tahu berapa hari raya nasional dan menyebutkan nama-nama pahlawan nasional. Untuk aplikasi
nilai-nilai Pancasila biasanya dilakukan melalui kegiatan-kegiatan Pramuka seperti upacara pembukaan dan penutupan latihan rutin.” wawancara pada
tanggal 8 Maret 2013 dengan ibu Mardiyah.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa anak-anak tingkat Penggalang sudah diberikan materi tentang Pancasila dan sejarah lahirnya
Pancasila oleh Pembina Pramuka. Mengingat Pancasila merupakan sumber hukum dan sekaligus sebagai kerangka acuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena
Pancasila sebagai dasar negara telah dapat mempersatukan rakyat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam agama, suku bangsa, bahasa, asal usul keturunan dan
tingkat ekonomi. Sejak dini, anak-anak diharuskan untuk menghafal Pancasila untuk selanjutnya dididik agar dapat menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk dalam proses sejarah
perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan
persatuan Indonesia.
Berdasarkan obervasi bentuk sikap persatuan dan kesatuan yang merupakan juga dapat dilihat dalam kegiatan PERSAMI Perkemahan Sabtu Minggu pada
tanggal 9-10 Maret 2013 di SMPN 30 Semarang. Dalam kegiatan pendidikan kepramukaan, terdapat acara api unggun yang dilaksanakan sebagai acara hiburan
dengan suasana yang riang gembira pada malam hari dan merupakan simbol persatuan dan kesatuan dalam Pramuka.
Gambar 2. Anak-anak menampilkan kreasi seni dan yel-yel sebagai bentuk penanaman nilai kerjasama, pada waktu kegiatan PERSAMI perkemahan sabtu
minggu Pada saat apacara api unggun dan pentas seni, anak-anak tiap regu
diwajibkan untuk menampilkan kreativitas seni berupa musik, tari, permainan, gerak lagu dan yel-yel. Kekompakan dalam regu sangat diperlukan agar penampilan
mereka menarik dan menggembirakan. Permainan dan nyanyian yang terdapat dalam
kegiatan tersebut bertujuan untuk mengorbankan semangat persatuan dan kesatuan bangsa serta semangat membangun.
Bapak Wahyu menuturkan sebagai berikut : “Kegiatan api unggun dapat juga dapat mempererat tali persaudaraan antara
Pramuka. Disitu terdapat nilai persatuan dan kesatuan yang merupakan aktualisasi dari nilai dasar Pancasila. Anak-anak menempatkan diri
melingkar mengelilingi api unggun. Mereka diajak untuk saling bergandengan tangan dan merasakan kebersamaan antar teman” wawancara
pada tanggal 9 Maret 2013 dengan Bapak Wahyu.
Kegiatan api unggun dilakukan di lapangan sekolah SMPN 30 Semarang. Tujuan dari acara tersebut dalam kegiatan kepramukaan yaitu dapat membangkitkan
semangat persatuan dan kesatuan. Teriakan anak-anak bagaikan api membara yang membakar semangat demi persatuan dan kesatuan Indonesia. Api unggun dibuat
berbentuk piramid, yaitu kayu disusun dari bawah berbentuk piramid makin tinggi semakin kecil. Sesudah api unggun selesai tidak boleh terlihat bekasnya. Adanya
sisa kayu bakar atau abu harus dipindahkan, serta tempat pelaksanaan api unggun harus bersih kembali. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan Pramuka sangat
memperhatikan kelestarian lingkungan. Nilai pendidikan kebangsaan api unggun dalam Pramuka yaitu mempererat tali persaudaraan, memupuk kerja sama gotong
royong, menambah rasa keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri, membuat suasana kegembiraan dan kebebasan, mengembangkan bakat, memupuk disiplin
bagi para anggota Pramuka. Keteladanan para Pramuka juga memiliki kontribusi yang besar dalam
menanamkan nilai-nilai keyakinan terhadap kesaktian Pancasila. Keteladanan pembina Pramuka dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi panutan anak-anak.
Terutama anak-anak sekolah dasar sedang dalam tahap psikologi yaitu imitasi sikap meniru apa yang ada dalam lingkungannya.
Ibu Mardiyah menuturkan sebagai berikut : “Hal yang paling utama dalam menanamkan materi keyakinan kepada
Pancasila yaitu dengan cara keteladanan. Kami berupaya menjadi teladan yang baik bagi siswa. Selain itu, dengan memberikan nasehat-nasehat yang
baik dan contoh-contoh sikap mengutamakan musyawarah mufakat, maka siswa akan dengan sendirinya mengikuti apa yang mereka lihat” wawancara
pada tanggal 9 Maret 2013.
Berdasarkan observasi, Penggalang Pramuka di SMPN 30 Semarang memiliki sikap dan perilaku yang layak diteladani. Hal tersebut dapat dilihat ketika pembina
selalu mengucap salam jika bertemu dengan orang lain, berpakaian rapi, selalu beribadah serta berperilaku sesuai dengan agama dan kepercayaannya, bertutur kata
sopan, bersikap rela berkorban tanpa pamrih, menolong antar sesama yang membutuhkan, menjaga kebersihan lingkungan, serta bertanggung jawab terhadap
tugas dan kewajibannya dan lain-lain merupakan bentuk-bentuk pengalaman Tri Satya dalam Pramuka. Pengamalan dan penghayatan yang berkaitan dengan salat
tepat waktu bagi yang beragama Islam, menjalankan perintah agama masing- masing merupakan bentuk pengalaman Dasa Dharma Pramuka yang pertama yaitu
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sikap-sikap tersebut secara langsung menjadi panutan anak-anak dalam bersikap dan berperilaku.
d. Kerelaan Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara