Untuk kepentingan proses belajar-mengajar seperti dimaksud di atas, model indoktriner dirasa tidak sesuai lagi. Metode pendidikan lebih
menekankan pada pembelajaran learning, bukan pengajaran teaching dan berlangsung dalam suasana demokratis, tidak ada pemaksaan,
diberikan kesempatan untuk berpikir kritis dan bebas untuk menanggapi. Guru sebagai fasilitator serta motivator peserta didik.
d. Metode pelaksanaan pendidikan nilai
Pendidikan nilai dilaksanakan menggunakan beberapa metode sebagai cara menacapai keberhasilan. Dan beberapa metode yang dapat
diterapkan dalam hal ini sebagai berikut : a.
Metode Lesson Study Pendidikan merupakan hal yang sangat penting diketahui dan
dimilki setiap orang. oleh karena itu berbagai upaya harus dilakukan agar nilai-nilai pendidikan bisa dicerna dan di aplikasikan dengan baik oleh
setiap orang. agar pendidikan nilai dapat diterapkan dengan mudah, maka penerapan metode yang efektif dan efesien merupakan sebuah keharusan.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan nilai adalah metode lesson study, yang berarti bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru atau sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain. Kerjasama ini dilakukan untuk merancang kegiatan
megajar yang menyenangkan, sehingga kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan mutu belajar peserta didik. Selain itu kerjasama ini juga
bertujuan demi kepentingan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama dapat dilakukan dalam bentuk
diskusi oleh pengamat dan guru yang bertujuan menyempurnakan proses pembelajaran.
Dalam menjalankan metode ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh guru sehingga jawaban-jawaban tersebut kelak dapat
mempengaruhi guru dalam membentuk karakter peserta didik. Beberapa pertanyaan itu adalah sebagai berikut :
1. Pertanyaan instrospektif . 2. Pertanyaan keterbukaan.
3. Pertanyaan toleran. Suroso, 2007: hal 18-19 b.
Metode Livein Metode ini merupakan metode yang diterapkan secara langsung
pada peserta didik. Artinya, untuk menumbuh kembangkan nilai pada diri peserta didik, dia harus dihadapkan dengan situasi nyata yang dapat
merangsang terbentuknya karakter tertentu pada dirinya. Penerapan metode ini dilatar belakngi oleh alasan yang
menyatakan bahwa nilai pada peserta didik tidak hanya dapat dibangun dari proses pembelajaran disekolah. Selain itu, peserta didik juga perlu
terjun kelapangan untuk merasakan kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial. Suroso, 2007 : hal 18-19
Dalam konteks melaksanakan pendidikan nilai, maka seharusnya pendidik menentukan lebih dulu visi, misi dan sasarannya yang
mengandung muatan yang holistik. Karena peserta didik sebagai subyek didik bukan hanya sekedar mengetahui nilai dan sumber nilai, melainkan
perlu dibimbing ke arah nilai-nilai luhur yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan pribadinya, di dalam keluarga, masyarakat, negara dan
percaturan dunia. Ia juga harus menyadari nilai orang lain, nilai masyarakat, nilai agama orang lain, bangsa lain serta mampu hidup arif
dan bijak dalam perbedaan nilai tersebut sehingga tercipta kerukunan hidup dan perdamaian sejati.
Dengan demikian pendidikan nilai yang juga identik dan memiliki esensi makna yang sama dengan pendidikan moral, pendidikan
akhlak, pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter dan sejenisnya –
merupakan keniscayaan yang tidak dapat ditawar dalam sistem pendidikan nasional Indonesia pada setiap jenjang, satuan, dan jalur
pendidikan baik formal, informal maupun nonformal. Namun perlu kita ketahui pelaksanaan pendidikan nilai tidak
terlepas dari evaluasi pelaksanaan pendidikan nilai yang dapat dartiakn sebagai proses untuk menentukan apakah tujuan pendidikan nilai dan
prosas dalam pengembang ilmu telah sesuai dengan yang diharapkan. Jadi pendidikan nilai kebangsaan yaitu bentuk kegiatan
pengembangan ekspresi nilai-nilai yang ada melalui proses sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas
kognitif dan afektif peserta didik yang berwawasan kebangsaan.
2. Nilai Kebangsaan