Curah Hujan Kondisi Hidrogeologi Penggunaan Lahan

Indeks Kecerahan memberikan informasi bahwa permukaan cerah dipantulkan dari permukaan yang kering. Artinya, semakin gelap tanah maka ketersediaan bahan organik lebih tinggi, kelembaban tinggi dan ketersediaan air cukup. Nilai spektral dari trnformasi Indeks Kecerahan Brightess index dalam hubunganya kekeringan di Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Klasifikasi dan Pengharkatan Indeks Kecerahan No Nilai Brightness Index Keterangan Harkat 1 206.641 Sangat cerah 5 2 177.663 – 206.641 Cerah 4 3 147.368 – 177.663 Agak cerah 3 4 113.122 – 147.368 Gelap 2 5 Nilai terendah sd 113.122 Sangat gelap 1 Sumber: Perhitungan data, 2012.

2.5.3 Curah Hujan

Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan menjadi sangat penting dalam penelitian ini karena merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kondisi permukaan dalam sudut pandang sumberdaya air. Hujan merupakan suatu masukan input yang akan diproses oleh permukaan lahan untuk menghasilkan suatu keluaran Raharjo, 2010. Pengharkatan nilai curah hujan didasarkan dari jumlah curah hujanya. Daerah dengan jumlah curah hujan paling kecil dapat dikatakan bahwa daerah itu akan lebih berpengaruh terhadap kejadian kekeringan. Oleh karena itu, untuk daerah yang mempunyai nilai curah hujan rendah akan diberi nilai skor yang lebih tinggi daripada daerah dengan curah hujan tinggi. Adapun pengharkatan tertera pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Klasifikasi curah hujan terhadap kekeringan No Curah hujan rata-rata Harkat 1 1500 4 2 1500-200 3 3 2001-2500 2 Sumber : Fersely, 2007

2.5.4 Kondisi Hidrogeologi

Hidrogeologi digunakan dalam penelitian ini karena dapat menggambarkan kondisi air bawah tanah. Tipe dan jenis akuifer menentukan dalam kemungkinan terjadinya kekeringan. Kondisi air tanah yang relatif sedikit akan semakin berkurang dengan adanya musim kemarau. Suplai air tanah berkurang dan menjadikan ketersediaan air menjadi kecil Raharjo, 2010. Pengharkatan jenis akuifer dilakukan dengan melihat tingkat pengaruh jenis akuifer terhadap potensi kekeringan. Pengharkatan kondisi hidrogeologi disajikan pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Klasifikasi kondisi hidrogeologi terhadap kekeringan No Tipe Akuifer Harkat 1 Air tanah langka 4 2 Produktivitas kecil 3 3 Produktivitas sedang 2 4 Produktivitas tinggi 1 Sumber: Tjahjono 2008, dengan meodifikasi.

2.5.5 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan berperan dalam menampung air ataupun melimpaskanya. Daerah yang ditumbuhi banyak pepohonan akan membantu dalam penyerapan air sehingga air akan mudah ditampung dan limpasan air akan kecil sekali terjadi. Hal ini disebabkan besarnya kapasitas serapan air oleh pepohonan dan lambatnya air limpasan mengalir akibat tertahan oleh akar dan batang pohon. Kaitanya dalam kekeringan, nilai skor rendah diberikan pada daerah dengan tutupan lahan didominasi oleh pepohonan, sedangkan nilai skor tinggi untuk daerah dengan penutup lahan minim pepohonan atau tanpa pepohonan. Pemberian nilai nol pada tubuh air dikarenakan tubuh air dianggap tidak pernah mengalami kekeringan. Klasifikasi masing-masing penggunaan lahan yang berkaitan dengan potensi kekeringan dapat dilihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Klasifikasi penggunaan lahan terhadap kekeringan No Penggunaan lahan Harkat 1 Tanah terbuka, lahan terbangunpemukiman 4 2 Pertanian lahan kering, tegalan, sawah 3 3 Semak 2 4 Hutan, kebun campuran, perkebunan, tambak 1 5 Tubuh air Sumber: Fersely, 2007 Keterangan : Input Hasil antara Proses Output Gambar 2.3. Diagram Alir Penelitian Citra Landsat 7ETM+ path120 row 65 perekaman Citra landsat 7ETM+ Klaten terkoreksi bebas awan Peta NDVI Peta Indeks Kelembaban Peta Indeks Kecerahan Koreksi Radiometri highlight cloud Pemotongan area Tranformasi NDVI Tranformasi Wetness index Tranformasi Brightness index Klasifikasi Vectorize Koreksi Geometri Batas administrasi Kabupaten Klaten Cek Lapangan Diterima Tidak Diterima Peta Curah hujan Peta Hidrogeologi Peta Penggunaan lahan Skoring dan overlay Peta potensi tingkat Pembobotan Validasi Diterimatidak

2.6 Penelitian Relevan

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENDUGAAN POTENSI PERESAPAN AIR DAS WEDI KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

0 2 14

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Potensi Kekeringan Geomorfologi Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Purworejo.

0 3 13

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Potensi Kekeringan Geomorfologi Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Purworejo.

2 8 14

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAANPENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Estimasi Potensi Limpasan Permukaan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Daerah Aliran Sungai Serang.

0 6 16

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

0 5 20

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 7 16

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 9 27

TINGKAT KERENTANAN BANJIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana Di Kabupaten Pati Jawa Tengah.

0 1 13

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 2 7