61 diameternya sedikit lebih besar dari diameter baut. Selanjutnya kayu pengisi direkatkan
pada bagian dalam bambu. Sambungan kedua Gambar 5.4.b. dirancang dengan mengembangkan sambungan
yang dibuat Duff dengan penambahan perekat antara kayu pengisi dengan bambu serta penggunaan kayu pengisi yang diberi lubang lebih besar dari diameter baut, sehingga baut
dapat berputar bebas. Selanjutnya, karena sambungan yang rancang harus dapat menahan beban baik tarik maupun tekan, maka penggunaan baut harus dilengkapi dengan mur.
5.5.4. Evaluasi
Untuk mengevaluasi kedua alternatif sambungan yang direncanakan, maka hal utama yang perlu diperhatikan adalah fungsi sambungan untuk meneruskan gaya-gaya yang
bekerja. 1. Gaya tekan
Baik pada sambungan pertama, maupun pada sambungan kedua, gaya tekan yang diterima dari baut akan diteruskan ke mur, yang selanjutnya meneruskan gaya tersebut
ke pasak kayu pengisi. Pada pasak kayu, gaya tekan akan diteruskan ke dinding bagian dalam batang bambu melalui perekat. Pada waktu gaya diteruskan dari mur ke pasak
pengisi, kemungkinan terjadi geser dalam pasak, mengingat kuat geser kayu dalam arah sejajar serat rendah. Oleh karena itu, jika pada sambungan kedua diberikan ring,
yang terbuat dari pelat, antara mur dengan kayu pengisi yang diameternya sama dengan diameter luar bambu yang ditirus, maka gaya tekan dari mur akan diteruskan oleh ring
langsung ke buluh bambu. 2. Gaya Tarik
Baik pada sambungan pertama, maupun pada sambungan kedua, gaya tarik yang diterima baut, melalui kepala baut akan diteruskan ke pasak kayu pengisi. Pada pasak
kayu, gaya tarik akan diteruskan ke dinding bagian dalam batang bambu melalui perekat. Seperti halnya pada gaya tekan, kemungkinan terjadi geser dalam pasak. Oleh
karena itu, jika antara kepala baut dengan pasak kayu diberikan ring yang terbuat dari pelat dengan diameter sama dengan diameter kayu pengisi, maka gaya tarik dari baut
akan diteruskan seluruhnya ke dinding bagian dalam bambu. Jika dibandingkan antara sambungan pertama dengan kedua, maka untuk menahan gaya tarik, sambungan kedua
62 lebih baik, karena dengan adanya bambu yang mengerucut disertai klem besi di bagian
luar akan lebih kuat dalam menerima gaya tarik. Berdasarkan
evaluasi, maka bentuk sambungan yang baik direncanakan
penyempurnaan sambungan kedua dengan penambahan dua buah ring pelat. Selain itu, untuk menghindari pecahnya bambu di antara bagian yang lurus dengan bagian yang ditirus
pada saat gaya tekan diteruskan ke buluh bambu, maka penggunaan klem besi diperpanjang, sehingga bentuk yang direncanakan menjadi seperti pada Gambar 5.5.
Distribusi gaya-gaya yang bekerja pada sambungan 1. Gaya Tekan
P dari titik sambung mula-mula bekerja pada baut, lalu ke mur. Dari mur gaya dialihkan kepada ring A. Selanjutnya dari ring A gaya diteruskan menjadi gaya tekan
terbagi rata pada buluh bambu seperti terlihat pada Gambar 5.6. Ring
Ring Klem
Mur
Perekat Baut
Bambu Kayu Pengisi
Gambar 5.5. Sambungan yang direncanakan
Baut Mur
Pasak Kayu Ring A
Ring B Epoxy
Klem besi Bambu
Gambar 5.6. Distribusi gaya tekan pada sambungan.
P
tekan
63 Besarnya gaya tekan P
tekan
yang dapat dipikul oleh sambungan dapat dihitung dengan persamaan 5.1.
uj tekan
tekan
A P
. σ
= ........................................................................................ 5.1.
dengan
=
tekan
σ Tegangan tekan ijin bambu
uj
A = Luas penampang bambu bagian ujung Dalam perhitungan besarnya gaya tekan yang dapat dipikul oleh komponen secara
keseluruhan persamaan 5.1. harus dibandingkan dengan besarnya gaya tekan yang dapat diterima oleh buluh bambu dengan menggunakan persamaan 4.13. Selanjutnya
besarnya gaya yang dapat dipikul dalam perhitungan diambil P yang terkecil di antara P dari persamaan 4.13 dengan P dari persamaan 5.1.
2. Gaya Tarik : P dari titik sambung mula-mula bekerja pada baut, lalu oleh ring B gaya diteruskan ke
pasak kayu menjadi gaya tekan. Selanjutnya melalui perekat epoxy gaya tersebut dipindahkan ke buluh bambu menjadi gaya geser seperti pada Gambar 5.7.
Besarnya gaya tarik yang dapat diterima oleh sambungan ditentukan oleh besarnya gaya tarik yang dapat diterima oleh baut, besar gaya geser yang dapat diterima oleh
bidang rekat antara kayu pengisi dan dinding sebelah dalam bambu, serta besarnya gaya yang dapat diterima oleh bambu bagian dalam. Penelitian yang dilakukan oleh
Suhartono 2002 dalam Morisco 2005 tentang kuat geser bidang rekat antara kayu
P
tarik
Baut Mur
Pasak Kayu Ring A
Ring B Epoxy
Klem besi Bambu
Gambar 5.7. Distribusi gaya tarik pada sambungan
64 pengisi dan dinding sebelah dalam bambu, menggunakan perekat epoksi, memperoleh
hasil kuat geser 3 MPa sementara kuat geser dinding bambu bagian dalam diperoleh nilai 2,5 MPa.
P = π.d.h.
τ
dengan P = Kekuatan tarik sambungan kg d = Diameter dalam buluh bambu cm
h = Panjang bidang geser cm
τ
= Tegangan geser ijin buluh bambu kgcm
2
5.6. Perancangan Detail 5.6.1. Perhitungan Struktur