Tegangan Kritis berdasarkan Analisa Faktor Tekuk ω

51 tegangan kritis terbesar sebesar 44,4 MPa diperoleh pada sampel berdiameter 6 cm dan panjang batang 50 cm dengan λ= 24,61. Tegangan kritis terkecil sebesar 13,3 MPa diperoleh pada sampel berdiameter 4 cm dan panjang batang 90 cm dengan λ = 71,28. Untuk melengkapi data dalam pembuatan garis kecenderungan trend line tegangan kritis terhadap kelangsingan, dimasukkan juga data hasil pengujian tekan Bab 3.; yaitu dua belas sampel uji tekan dipergunakan dengan enam sampel tingginya sama dengan ukuran diameter luar dan enam sampel tingginya dua kali diameter luar. Sampel uji tekan ini mempunyai angka kelangsingan yang berkisar 3,22 sampai 71, 2. Garis kecenderungan yang diperoleh y = -7,9 . Lnx + 600 menunjukkan adanya kecenderungan menurunnya tegangan kritis dengan makin besarnya angka kelangsingan batang, dengan nilai R 2 = 0,633, yang berarti koefisien keragamannya 0,79.

4.5.2. Tegangan Kritis berdasarkan Analisa

Dalam menghitung tegangan kritis secara analitis, maka diperlukan data mengenai tegangan tekan dan modulus elastisitas bambu tali yang diperoleh dari penelitian sifat dasar. Adapun data yang dipergunakan meliputi : a Tegangan tekan proporsional. Nilai ini diperlukan untuk menghitung batas kelangsingan antara penggunaan Persamaan Euler dengan Persamaan Tetmayer. Nilai yang dipergunakan adalah tegangan maksimum ijin, yaitu 12,7 MPa. Tabel 3.6.. b Tegangan tekan karakteristik. Nilai ini dipergunakan untuk menghitung tegangan kritis berdasarkan Persamaan Tetmayer. Mengingat nilai tegangan kritis ini masih belum memperhitungkan faktor keamanan, maka nilai tegangan tekan yang digunakan bukan nilai tegangan tekan ijin, tetapi nilai tegangan tekan karakteristik yang dihitung dengan Persamaan 3.7. Berdasarkan persamaan tersebut, maka diperoleh nilai σ tk karateristik = 37,97 – 2,464 x 3,71 = 28,7 MPa. c Modulus elastistitas MOE. Nilai modulus elastis digunakan untuk menghitung batas kelangsingan dan tegangan kritis. Nilai MOE yang dipakai adalah nilai keseluruhan yaitu 8.368 Mpa. Lihat Tabel 3.8 Untuk menghitung tegangan kritis, langkah pertama adalah menghitung batas kelangsingan dengan Persamaan 4.9. 52 p batas E σ π λ . = = π 7 , 12 8368 = 80 Setelah diperoleh nilai batas kelangsingan, maka tegangan kritis dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Euler pada λ ≥ λ batas , sedangkan pada daerah λ λ batas digunakan Persamaan Tetmayer. Pada titik potong yaitu pada λ = 80 dengan kedua persamaan diperoleh nilai tegangan kritis = 12,7 MPa. 5 10 15 20 25 30 50 100 150 200 250 Lr Te g M P a PA MPa Teg Tekuk Ijin MPa Gambar 4.5. Hubungan tegangan kritis terhadap kelangsingan analitis

4.5.3. Faktor Tekuk ω

Penentuan faktor tekuk dapat dihitung dengan dua cara, yaitu: a secara analitis mengacu pada perhitungan faktor tekuk pada konstruksi kayu yang hasilnya dapat dilihat pada kolom 2 ω analitis Tabel 4.1. b dengan mengacu pada hasil penelitian empiris terhadap perilaku tekuk bambu kolom 3 pada Tabel 4.1. Dengan menggunakan nilai kuat tekan ijin bambu 12,7 MPa, maka besarnya tegangan tekuk ijin berdasarkan perhitungan analitis dan berdasarkan perhitungan empiris dapat dilihat Gambar 4.6. Dari grafik tersebut terlihat bahwa hasil penelitian empiris cukup aman untuk digunakan, karena pada semua daerah tegangan tekuk ijin lebih kecil dari PA. 53 Tabel 4.1. Faktor tekuk pada berbagai angka kelangsingan Lr ω analitis ω empiris Lr ω analitis ω empiris Lr ω analitis ω empiris 5 1,13 1,06 55 1,77 1,76 105 4,30 2,15 10 1,18 1,20 60 1,88 1,81 110 4,79 2,19 15 1,22 1,30 65 1,99 1,85 115 5,31 2,22 20 1,27 1,38 70 2,13 1,89 120 5,86 2,26 25 1,32 1,45 75 2,28 1,93 125 6,44 2,29 30 1,38 1,51 80 2,46 1,97 130 7,06 2,32 35 1,44 1,57 85 2,78 2,01 135 7,72 2,35 40 1,51 1,62 90 3,12 2,05 140 8,41 2,39 45 1,59 1,67 95 3,47 2,08 145 9,13 2,42 50 1,68 1,72 100 3,85 2,12 150 9,90 2,45 10 20 30 40 50 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 Lr Te g t e k uk M P a Ptkn analitis MPa Ptkn empiris MPa Gambar 4.6. Hubungan tegangan tekuk ijin terhadap kelangsingan. Selanjutnya dalam perhitungan kekuatan, akan digunakan faktor tekuk berdasarkan hasil penelitian empiris.

4.5.4. Gaya Tekan Kritis P