Kerapatan Kadar Air Pemanfaatan Buluh Bambu Tali Sebagai Komponen Pada Konstruksi Rangka Batang Ruang

29 Building Official pada tahun 2000 di California. Untuk mendapatkan nilai kekuatan rencana S, digunakan rumus : a C B S = B= m-K.SD.DOL ......................................................................................3.7. dengan : B = Tegangan karakteristik m = Tegangan rata-rata K = Faktor dari tabel 3 ASTM D2915 SD = Standar deviasi DOL = Faktor akibat pembebanan Duration of Loading 1 untuk beban tetap 1,25 untuk beban sementara 1,5 untuk beban angin dan gempa C a = Faktor keamanan Tabel 3.1 Nilai K yang akan digunakan dalam perhitungan dipilih untuk tingkat kepercayaan 75 dengan nilai persentil 5, sedangkan faktor keamanan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Faktor keamanan untuk masing-masing besaran mekanik Besaran Faktor Keamanan Modulus Elastisitas 1,00 Kuat Tarik 2,25 Kuat tekan 2,25 Kuat lentur 2,25 Kuat geser 2,25 Sumber : International Conference of Building Official 2000 3.5. Hasil dan Pembahasan 3.5.1. Sifat Fisik Bambu Tali

1. Kerapatan

Pengujian kerapatan bambu tali yang berumur 3 tahun yang berasal dari daerah Depok dilakukan terhadap volume kering udara dan berat kering tanur. Hasil pengujian kerapatan terhadap sampel bagian pangkal dan bagian tengah dapat dilihat pada Tabel 30 3.2. dan hasil tersebut memperlihatkan kerapatan bambu bagian tengah lebih besar sekitar 15 dari kerapatan bambu bagian pangkal. Tabel 3.2. Kerapatan bambu tali Sampel Ρ rataan gcm 3 ρ max gcm 3 ρ min gcm 3 SD CV n Tengah 0,77 0,86 0,69 0,06 8,01 5 Pangkal 0,66 0,78 0,60 0,07 11,02 5 Gabungan 0,71 0,86 0,60 0,08 11,69 10 Catatan : SD =standar deviasi, CV=koefisien variasi, n= jumlah sampel Nilai kerapatan yang diperoleh lebih besar dari nilai kerapatan hasil penelitian Syafi’i 1984 dalam Surjokusumo dan Nugroho 1994 yang mendapatkan nilai kerapatan sebesar 0,65 gcm 3 . Demikian juga dibandingkan dengan hasil penelitian Nuryatin 2000 yang memperoleh nilai kerapatan bagian pangkal dan bagian ujung berturut-turut sebesar 0,365 gcm 3 dan 0,496 gcm 3 . Baik penelitian Syafi’i maupun Nuryatin menggunakan sampel bambu tali yang berasal dari Dramaga, Bogor. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa kerapatan bagian pangkal lebih kecil dari kerapatan bagian atas. Untuk perhitungan struktur digunakan nilai kerapatan sampel gabungan yaitu 710 kgm 3 setara dengan 0,71 gcm 3

2. Kadar Air

Pengujian kadar air dilakukan untuk melihat banyaknya air yang terkandung pada bambu dalam keadaan kering udara. Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa kadar air kering udara pada bambu bagian tengah sedikit lebih besar dari kadar air kering udara pada bambu bagian pangkal, seperti ditampilkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Kadar air kering udara pada bambu tali Sampel KA rataan KA max KA min SD CV n Tengah 12,15 13,52 10,90 0,87 7,13 6 Pangkal 12,20 12,69 11,42 0,61 5,00 6 Catatan : SD =standar deviasi, CV=koefisien variasi, n= jumlah sampel Hasil ini tidak jauh berbeda dengan dugaan Janssen 1981 yang memperkirakan bahwa pada kelembaban relatif RH 90 kadar air kering udara bambu sekitar 12,7. Demikian juga jika dibandingkan dengan penelitian Nuryatin 31 2000 yang mendapatkan kadar air bagian pangkal dan ujung berturut-turut 13,93 dan 12,02. Sementara Dransfield dan Widjaja 1995 menyatakan kadar air kering udara bambu tali 15,19 .

3. Penyusutan