1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang memiliki kekayaan hayati tinggi, Indonesia merupakan salah satu habitat bagi mikroorganisme termofilik penghasil enzim
kitosanase. Mikroorganisme termofilik banyak ditemukan di daerah-daerah ekstrim seperti kawasan sumber air panas, daerah geothermal, dan sebagainya.
Kawasan-kawasan tersebut merupakan wilayah Indonesia yang belum banyak digali potensinya.
Isolasi oleh Suhartono 2002 dilakukan dengan mengambil sampel yang berasal dari 4 lokasi yang berbeda di Sulawesi Utara terutama dalam hal
keasamannya. Tompaso mewakili daerah agak asam pH 4-7, Lahendong mewakili daerah asam pH 1-4, Karimenga mewakili daerah netral pH 7,
dan Likupang mewakili daerah agak basa pH 8. Bakteri termofilik berhasil dikulturkan dari sampel asal Tompaso dan Lahendong. Tompaso merupakan
daerah sumber air panas, sedangkan Lahendong merupakan daerah geothermal. Di antara 484 isolat bakteri termofilik asal Tompaso, hanya 41
koloni saja sekitar 10 yang menunjukkan aktivitas kitinolitik. Di antara isolat bakteri kitinolitik tersebut, isolat Bacillus licheniformis MB-2
merupakan isolat dengan indeks kitinolitik yang tinggi lebih dari 1.5, yaitu 2.25 Welan, 2001. Isolat Bacillus licheniformis MB-2 selanjutnya digunakan
untuk memproduksi enzim kitosanase ekstraseluler. Enzim kitosanase adalah enzim yang dapat menghidrolisis kitosan, yaitu
suatu polisakarida rantai lurus yang tersusun atas residu D-glukosamin berikatan
β-1,4. Reaksi ini akan menghasilkan oligomer kitosan kitooligosakarida. Perkembangan aplikasi komersial kitosan meningkat
secara cepat dalam tahun-tahun belakangan ini. Kitosan berguna sebagai wound healing
, surgical suture, contact lenses, penurun kolesterol, fiber dan penurun berat badan, preservative, kosmetik, penghilangan ion metal pada
limbah cair, pemurnian air, dan sebagainya. Kitosan memiliki berat molekul yang relatif besar, yaitu 0.1-0.5 x 10
6
Dalton sehingga aplikasinya terbatas.
2 Pengembangan aplikasi oligomer kitosan pada saat ini dikarenakan sifatnya
yang dapat larut dalam air dan memiliki sifat fisiologis yang lebih baik dibandingkan kitosan sehingga aplikasinya lebih luas Goosen, 1997.
Manfaat yang diperoleh dari oligomer kitosan antara lain mengikat kelebihan lemak dan menghambat penyerapan lemak, menurunkan LDL dan
meningkatkan HDL, anti kanker, anti bakteri, menurunkan gula darah, mengontrol tekanan darah, mencegah konstipasi, meningkatkan penyerapan
kalsium, prebiotic health food, dan sebagainya. Wahyuni 2006 melaporkan bahwa enzim kitosanase dari Bacillus licheniformis MB-2 dapat digunakan
untuk memproduksi oligomer kitosan yang memiliki aktivitas terhadap sel limfosit dan sel kanker. Aktivitas anti mikroba oligomer kitosan telah
dilaporkan oleh Meidina 2005 yang dihasilkan dengan mengunakan enzim kitosanase dari Bacillus licheniformis MB-2.
Mikroorganisme termofilik berpotensi sebagai penghasil enzim termostabil. Pada beberapa dekade, enzim termostabil telah lama diminati oleh
kalangan industri. Kebutuhan akan enzim termostabil didorong karena enzim tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi antara lain reaksi akan
berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengurangi kontaminasi bakteri mesofilik dan laju reaksi lebih cepat sehingga mengurangi biaya produksi
Suhartono, 1989.
B. Tujuan Penelitian