Studi Tingkat Kebisingan Rancangan Penelitian

27

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan observasional dengan metode expost facto melalui pendekatan Cross Sectional. Pendekatan Cross Sectional digunakan untuk menggambarkan tingkat kebisingan yang langsung dihadapi oleh para karyawan yang bekerja di bagian proses produksi dan ada tidaknya gangguan pendengaran pada para karyawan yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan selama proses produksi. Adapun jumlah industri yang dijadikan obyek penelitian sebanyak 30 industri yang meliputi beberapa sektor antara lain 8 industri pangan, 6 industri baja, 5 industri kayufurniture, 3 industri kulit dan sepatu, 4 industri tekstil, dan 4 industri plastik. Penetapan 30 industri dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Responden yang digunakan sebagai sampel pada masing-masing industri tersebut adalah karyawan yang bekerja di bagian produksi. Total responden yang digunakan sebagai sampel adalah 300 orang. Penelitian dibagi menjadi tiga sub kajian untuk menjawab tujuan penelitian yang telah diuraikan. Ketiga sub kajian tersebut adalah: 1 Studi tingkat kebisingan indoor dan identifikasi tingkat pendengaran karyawan, 2 Identifikasi komponen utama yang berpengaruh terhadap pendengaran karyawan, dan 3 Studi keterkaitan tingkat kebisingan dengan penurunan pendengaran karyawan.

3.2.1. Studi Tingkat Kebisingan

Indoor Dan Identifikasi Tingkat Pendengaran Karyawan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dengan cara pengukuran. Pengukuran kebisingan pada lingkungan kerja dalam penelitian ini menggunakan noise loging dosimeter tipe M28 selama 8 jam dalam sehari Gambar 5a. Pengukuran penurunan ketajaman pendengaran pada penelitian ini menggunakan audiometer yang telah dilengkapi dengan prossesor sehingga dapat mencatat sendiri data gambaran audiogram Gambar 5b secara otomatis. Pemeriksaan dengan audiometer dilakukan dalam kamar khusus yaitu s ound proof room Gambar 6 dengan frekuensi 4000 Hz dan intensitas 0-100 dB A. Pada penelitian tahap ini variabel yang diamati adalah tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran karyawan. 28 a noise loging dosimeter tipe M28 b audiometer Gambar 5. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran Gambar 6. Pemeriksaan tingkat pendengaran karyawan 29 Tahapan-tahapan pemeriksaan menggunakan audiometer adalah: − Tenaga kerja yang akan diperiksa di persilahkan untuk duduk di dalam kamar khusus yang mempunyai jendela kaca sehingga dapat terlihat dari luar oleh pemeriksaan; − Sebelum responden diperiksa, terlebih dahulu diberikan petunjuk bahwa apabila mendengar sesuatu nada dihimbau untuk menekan tombol yang telah tersedia, dan melepaskan kembali tombol tersebut setelah nada tidak terdengar; − Meletakkan earphone warna merah pada telinga sebelah kiri responden dan kemudian menutup pintu kamar pemeriksaan. Tahap selanjutnya adalah mengatur audiometer pada 0 dB dan frekuensi 4000 Hz dan kemudian menambah tingkat kebisingan setiap kali sebesar 5 dB sampai ada tanda bahwa pekerja yang diperiksa mendengar sesuatu nada, serta pada saat yang bersamaan perhitungan dapat dimulai. Bila nada tidak terdengar lagi maka tingkat intensitas dinaikkan lagi 5 dB demikian seterusnya, sedangkan untuk telinga kanan respon dapat terlihat di layar monitor dengan tanda O berwarna merah dan respon telinga kiri dengan tanda X berwarna biru. Hasil gambaran dari pemeriksaan audiometer ini disebut audiogram; − Tingkat kemampuan mendengar dibagi dalam empat kategori antara lain kategori normal apabila hasil pemeriksaan audiometrik kurang dari 25 dB, tuli ringan apabila hasil pemeriksaan audiometrik berkisar antara 26-40 dB, tuli sedang apabila hasil pemeriksaan audiometrik berkisar antara 41-55 dB, dan tuli berat apabila hasil pemeriksaan audiometrik lebih dari 55 dB Supardi 2002. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran karyawan. Data frekuensi dibuat dendogram sehinga kebisingan di dalam masing-masing industri dapat digambarkan dibandingkan dengan baku mutu kebisingan. 30

3.2.2. Identifikasi Komponen Utama Yang Berpengaruh Terhadap Pendengaran Karyawan