III.
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Kota Tangerang, khususnya di Kecamatan Jatiuwung Gambar 4 dan dilaksanakan pada Bulan April sampai
dengan Mei 2006. Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 30 industri terdiri atas industri tekstil, pangan, kulit dan sepatu, baja,
kertas, kayufurniture, dan plastik. Pengelompokan tersebut dilakukan untuk memperoleh sampel yang mewakili keseluruhan industri yang ada di Kawasan
Industri Kota Tangerang.
Gambar 4. Lokasi industri yang digunakan sebagai sampel tanda panah
Lokasi Penelitian
27
3.2. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan observasional dengan metode expost facto melalui pendekatan Cross Sectional. Pendekatan Cross Sectional
digunakan untuk menggambarkan tingkat kebisingan yang langsung dihadapi oleh para karyawan yang bekerja di bagian proses produksi dan ada tidaknya
gangguan pendengaran pada para karyawan yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan selama proses produksi.
Adapun jumlah industri yang dijadikan obyek penelitian sebanyak 30 industri yang meliputi beberapa sektor antara lain 8 industri pangan, 6 industri
baja, 5 industri kayufurniture, 3 industri kulit dan sepatu, 4 industri tekstil, dan 4 industri plastik. Penetapan 30 industri dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling. Responden yang digunakan sebagai sampel pada masing-masing
industri tersebut adalah karyawan yang bekerja di bagian produksi. Total responden yang digunakan sebagai sampel adalah 300 orang.
Penelitian dibagi menjadi tiga sub kajian untuk menjawab tujuan penelitian yang telah diuraikan. Ketiga sub kajian tersebut adalah: 1 Studi
tingkat kebisingan indoor dan identifikasi tingkat pendengaran karyawan, 2
Identifikasi komponen utama yang berpengaruh terhadap pendengaran karyawan, dan 3 Studi keterkaitan tingkat kebisingan dengan penurunan
pendengaran karyawan.
3.2.1. Studi Tingkat Kebisingan
Indoor Dan Identifikasi Tingkat Pendengaran Karyawan
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dengan cara pengukuran. Pengukuran kebisingan pada lingkungan kerja dalam penelitian ini
menggunakan noise loging dosimeter tipe M28 selama 8 jam dalam sehari
Gambar 5a. Pengukuran penurunan ketajaman pendengaran pada penelitian ini menggunakan audiometer yang telah dilengkapi dengan prossesor sehingga
dapat mencatat sendiri data gambaran audiogram Gambar 5b secara otomatis. Pemeriksaan dengan audiometer dilakukan dalam kamar khusus yaitu s
ound proof room Gambar 6 dengan frekuensi 4000 Hz dan intensitas 0-100 dB A.
Pada penelitian tahap ini variabel yang diamati adalah tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran karyawan.
28
a noise loging dosimeter tipe M28
b audiometer Gambar 5.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran
Gambar 6. Pemeriksaan tingkat pendengaran karyawan
29 Tahapan-tahapan pemeriksaan menggunakan audiometer adalah:
− Tenaga kerja yang akan diperiksa di persilahkan untuk duduk di dalam kamar khusus yang mempunyai jendela kaca sehingga dapat terlihat dari luar oleh
pemeriksaan; − Sebelum responden diperiksa, terlebih dahulu diberikan petunjuk bahwa
apabila mendengar sesuatu nada dihimbau untuk menekan tombol yang telah tersedia, dan melepaskan kembali tombol tersebut setelah nada tidak
terdengar; − Meletakkan
earphone warna merah pada telinga sebelah kiri responden dan kemudian menutup pintu kamar pemeriksaan. Tahap selanjutnya adalah
mengatur audiometer pada 0 dB dan frekuensi 4000 Hz dan kemudian menambah tingkat kebisingan setiap kali sebesar 5 dB sampai ada tanda
bahwa pekerja yang diperiksa mendengar sesuatu nada, serta pada saat yang bersamaan perhitungan dapat dimulai. Bila nada tidak terdengar lagi
maka tingkat intensitas dinaikkan lagi 5 dB demikian seterusnya, sedangkan untuk telinga kanan respon dapat terlihat di layar monitor dengan tanda O
berwarna merah dan respon telinga kiri dengan tanda X berwarna biru. Hasil gambaran dari pemeriksaan audiometer ini disebut audiogram;
− Tingkat kemampuan mendengar dibagi dalam empat kategori antara lain kategori normal apabila hasil pemeriksaan audiometrik kurang dari 25 dB, tuli
ringan apabila hasil pemeriksaan audiometrik berkisar antara 26-40 dB, tuli sedang apabila hasil pemeriksaan audiometrik berkisar antara 41-55 dB, dan
tuli berat apabila hasil pemeriksaan audiometrik lebih dari 55 dB Supardi 2002.
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran karyawan. Data frekuensi dibuat dendogram
sehinga kebisingan di dalam masing-masing industri dapat digambarkan dibandingkan dengan baku mutu kebisingan.
30
3.2.2. Identifikasi Komponen Utama Yang Berpengaruh Terhadap Pendengaran Karyawan
Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner danatau wawancara
terhadap para karyawan di seluruh bagian proses produksi serta pengamatan dan pengukuran langsung. Parameter yang diamati adalah penggunaan alat
pelindung telinga, tingkat kebisingan di lingkungan kerja, kebisingan tempat tinggal karyawan, dan ketajaman pendengaran karyawan.
Data sekunder, diperoleh melalui studi pada beberapa dokumen yang meliputi buku laporan danatau catatan data umur, jenis kelamin, pendidikan,
masa kerja dan unit bagian kerja industri terpilih dan puskesmas rujukan di Kawasan Industri Kota Tangerang.
Analisis Data
Analisis data terhadap faktor-faktor yang berperan dalam penurunan kesehatan pendengaran dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap tingkat pendengaran karyawan, dilakukan analisis komponen utama menggunakan
program statistica dan minitab.
3.2.3. Studi Keterkaitan Tingkat Kebisingan Dengan Penurunan
Pendengaran Karyawan
Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini data yang diperlukan dan variabel yang diamati sama dengan tahap sebelumnya penelitian 3.2.2.
Analisis Data
Analisis data untuk melihat hubungan antara variabel eksternal dengan penurunan kesehatan pendengaran dilakukan dengan
Spearman Correlation menggunakan program minitab. Data ranking dibuat dengan cara skoring hasil
pengamatan pada tiap-tiap variabel Tabel 1. Penentuan skor berdasarkan batasan-batasan yang telah digunakan atau hasil penelitian sebelumnya
. Untuk
menentukan variabel eksternal yang berpengaruh besar terhadap tingkat penurunan pendengaran karyawan berdasarkan skor yang telah dibuat dilakukan
analisis regresi berganda menggunakan program minitab.
31
Tabel 1. Penentuan skor pada tiap variabel pengamatan SKOR
Variabel 1 2 3
4
Gangguan Pendengaran normal
tuli ringan tuli sedang tuli berat
Kebisingan ≤75 75
x ≤85 85
Masa Kerja 5
≥ 5 Umur
30 ≥ 30
Tempat Tinggal ≤75 75
x ≤85
Riwayat Penyakit tidak ada
sakit 1-2 sakit 3-5
Penggunaan Pelindung Telinga
selalu kadang tidak
pernah Sifat Kebisingan
kontinyu intermitten
impulsif
3.3. Definisi Operasional
Guna memudahkan pengambilan data, beberapa definisi operasional terkait dengan penelitian diantaranya sebagai berikut:
1 Kebisingan adalah semua suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang ber- sumber dari mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan pada saat sedang
bekerja. 2 Gangguan kesehatan karyawan dalam penelitian ini secara spesifik adalah
gangguan pendengaran. 3
Gangguan pendengaran adalah berkurangnya fungsi pendengaran seseorang
hearing loss. 4 Umur adalah usia responden pada saat diwawancarai dihitung mulai dari
tanggal lahir sampai saat wawancara. 5 Masa kerja adalah lamanya waktu bekerja di bagian tersebut mulai dari
pertama kali bekerja sampai saat wawancara. 6 Penggunaan alat pelindung telinga adalah frekuensi pemakaian alat
pelindung telinga selama bekerja. 7 Penyakit adalah gangguan kesehatan yang pernah diderita responden dan
diduga berhubungan dengan pendengaran, seperti otitis media, hypertensi,
trauma capitis, diabetes melitus, dan TB paru.
8 Tempat kerja adalah ruangan para karyawan selama melakukan proses produksi.
9 Tempat tinggal adalah rumah tinggal para karyawan dan situasi sekililing rumah yang berhubungan dengan kebisingan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Seiring dengan kemajuan suatu bangsa, maka tidak dapat dihindari kemajuan industrialisasi, sehingga menimbulkan dampak lingkungan berupa
bising yang berpengaruh terutama kepada karyawan. Mesin modern, disamping memberikan dampak positif berupa pencapaian target produksi, juga
memberikan dampak negatif berupa kebisingan, khususnya pada bagian proses produksi. Menurut Mardji 2005, kebisingan di berbagai industri yang
menggunakan peralatan modern pada proses produksi terjadi sebagai akibat dari proses mekanik, dan kebisingan yang terbentuk seringkali melebihi batas
ambang yang diijinkan. Berdasarkan hasil investigasi National Institute for
Occupational Safety and Health dalam Mardji 2005, tercatat beberapa industri dengan tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang yang ditetapkan, antara
lain mesin pemotong kertas 95-108 dB, perusahaan kimia pada area cleaning dan
polishing 88-113 dB, pabrik gelas 79-92 dB, bengkel manufaktur 115 dB. Kebisingan yang timbul pada proses produksi memiliki kecenderungan
mempengaruhi kesehatan para karyawan. Salah satu dampak negatif terhadap kesehatan karyawan yang
diakibatkan oleh kebisingan adalah penurunan tinggkat pendengaran. Dewasa ini, pengaruh kebisingan terhadap penurunan tingkat pendengaran para
karyawan merupakan salah satu topik yang memerlukan perhatian khusus bagi para ahli Eleftheriou 2000. Guna mengantisipasi pengaruh negatif kebisingan
terhadap para pekerja, pemberlakuan batas ambang kebisingan yang diperbolehkan ada selama prose produksi dalam bentuk regulasi, dan beberapa
negara telah mengeluarkan ketetapan tersebut guna meningkatkan perlindungan terhadap para karyawan. Menurut Eleftheriou 2000, Amerika Serikat telah
mengeluarkan kebijakan untuk meminimalkan efek kebisingan pada para karyawan pada berbagai industri sebesar 90 dB untuk 8 jam waktu kerja selama
satu hari. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat memperhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja, juga telah mengeluarkan kebijakan berkaitan dengan penetapan batas ambang kebisingan selama proses industri. Salah satu
regulasi yang secara langsung mengatur batas ambang tersebut adalah KepMen LH Nomor: 48MenLHXI1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk Kawasan
33 Perumahan dan Permukiman, dan KepMenLH Nomor: 51MenLhX1996 tentang
Baku Mutu Kebisingan Indoor. Berdasarkan KepMenLH Nomor:
48MenLHXI1996 tersebut memberikan batas ambang tingkat kebisingan di perumahan dan permukiman sebesar 55 dB, dan baku mutu kebisingan di
industri indoor adalah 85 dB KepMenLH Nomor: 51MenLHX1996.
Eleftheriou 2000 menyatakan, berbagai kajian telah dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi berkaitan dengan bagaimana pengaruh
kebisingan terhadap penurunan tingkat pendengaran para karyawan. Kendala yang dihadapi pada berbagai kajian tersebut adalah adanya kenyataan bahwa
sumber kebisingan tidak hanya ada di dalam indsutri selama proses produksi, tetapi juga terdapat di areal di luar lingkungan industri. Dugaan sementara yang
diajukan adalah bahwa penurunan tingkat pendengaran dihasilkan oleh kebisingan di luar areal kerja sebagai bentuk lamanya interaksi karyawan di luar
areal kerja lebih besar dibandingkan dengan interaksi karyawan dengan kebisingan di dalam areal kerja. Dugaan tersebut dapat diterima dengan asumsi
adanya pengendalian dampak kebisingan yang diberlakukan oleh perusahaan untuk melindungi kesehatan karyawan.
Kota Tangerang adalah salah satu kawasan industri di Indonesia. Berdasarkan karakteristik wilayahnya sebagai kawasan industri, di Kota
Tangerang telah berdiri berbagai jenis industri. Guna memudahkan pencapaian target produksi, perusahaan telah menetapkan kebijakan penggunaan berbagai
peralatan modern yang dikombinasikan dengan penggunaan tenaga kerjakaryawan. Telah diuraikan sebelumnya bahwa kebisingan selama proses
produksi, apabila tidak dikendalikan dengan baik akan berdampak negatif terhadap kesehatan karyawan, khususnya penurunan tingkat pendengaran.
Mengacu pendapat Suma’mur 1980, penurunan tingkat pendengaran tersebut dapat bersifat sementara danatau permanen.
Berdasarkan karakteristik Kota Tangerang sebagai kawasan industri, maka diduga penurunan tingkat pendengaran karyawan, khususnya yang bekerja
di ruang produksi, telah terjadi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kisaran tingkat kebisingan industri, variabel yang dominan yang
berpengaruh terhadap penurunan tingkat pendengaran karyawan, dan bentuk keterkaitan antara kebisingan dan penurunan tingkat pendengaran. Total industri
yang dijadikan obyek penelitian, dan jumlah responden pada masing-masing industri terpilih disajikan pada Tabel 2. Dasar pertimbangan penetapan 30
34 industri tersebut adalah penggunaan mesin modern yang berpotensi
menimbulkan kebisingan, dan adanya karyawan yang bekerja dalam ruang proses industri, sedangkan penetapan responden adalah keseluruhan karyawan
yang bekerja pada bagian proses produksi pada masing-masing industri terpilih.
Tabel 2. Jenis dan jumlah industri terpilih, dan jumlah reponden
karyawan Sektor Industri
Jumlah Jumlah Reponden Orang
Pangan 8 72
Baja 6 72
KayuFurniture 5 40
Kulit dan Sepatu 3
36 Tekstil 4
40 Plastik 4
40 Total 30
300
4.2. Studi Tingkat Kebisingan Indoor dan Identifikasi Tingkat Pendengaran