Kebisingan dan Risiko pada Pendengaran Manusia

22 manajemen puncak dari perusahaan dan program atau ketentuan tertulis yang menetapkan tujuan kegiatan, tanggungjawab perusahaan dan beberapa ketentuan lainnya. Perusahaan juga berkewajiban untuk mensosialisasikan program tersebut pada para karyawan Departemen Kesehatan RI 1995. Keputusan perusahaan untuk menggunakan alat pelindung telinga merupakan satu bentuk kepedulian perusahaan pada kesehatan dan keselamatan kerja karyawan untuk meminimalkan dampak kebisingan. Berdasarkan tipenya, alat pelindung telinga terbagi atas tipe sumbat telinga ear plug dan sungkup telinga ear muff. Sumbat telinga adalah segumpal bahan lembut yang dirancang tepat dengan bentuk liang telinga sehingga dapat menyumbat telinga tanpa kebocoran, sedangkan sungkup telinga adalah sepasang sungkup cup yang dihubungkan oleh suatu bando headband sehingga dapat menutupi seluruh telinga dan mencegah masukknya bunyi bising Departemen Kesehatan RI 1995.

2.4.2. Kebisingan dan Risiko pada Pendengaran Manusia

Pada dasarnya, pengaruh bising pada jasmani para pekerja dapat dibagi menjadi dua golongan Soemanegara 1975 diantaranya sebagai berikut: 1 Tidak mempengaruhi indera pendengaran tetapi memberikan pengaruh berupa keluhan-keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit not ill defined; 2 Berpengaruh nyata pada indera pendengaran, baik bersifat sementara danatau permanen, yang selanjutnya terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya sebagai berikut: a. Acoustic trauma terjadi pada adanya proses luka perlukaan insidentil yang merusak sebagian danatau seluruh alat-alat pendengaran yang disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan- ledakan atau suara dasyat lainnya; b. Occupational deafness yaitu hilangnya sebagian danatau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada salah satu satu danatau kedua telinga yang disebabkan oleh bising atau suara gaduh yang terus menerus di lingkungan kerja. Medical Advisory Committee di Wisconsin, USA menentukan bahwa kehilangan pendengaran yang disebabkan karena berada pada daerah bising dapat 23 dianggap permanen apabila seseorang masih kurang daya pendengarannya setelah 6 bulan dipindahkan dari suasan bising ke suasana sepi Santosa 1992. Ganggguan pendengaran yang mungkin terjadi bergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi kebisingan. Menurut Widyapura 1991, tingkat kebisingan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut: 1 Sumber bising. Kuat lemahnya bunyi tidak selalu menentukan apakah bunyi tersebut merupakan bising atau tidak, tetapi hal ini lebih banyak ditentukan oleh perasaan dan persepsi seseorang. Dengan demikian bunyi yang sama dapat merupakan bising bagi seseorang tetapi belum tentu merupakan bising bagi orang lain. 2 Jarak dengan sumber bising. Semakin jauh sumber bunyi semakin kecil tingkat kebisingannya. 3 Suhu udara. Jika suhu udara tinggi maka kecepatan rambat bunyi yang sampai ke telinga akan melambat sehingga bunyi terdengar lemah. 4 Arah dan kecepatan angin. Bunyi akan diterima lebih lama dan lebih keras oleh orang yang berada pada down stream searah dengan angin dibandingkan dengan bunyi yang diterima oleh orang yang berada pada arah yang berlawanan dengan arah mata angin, karena getaran bunyi dari sumber bunyi dihambat oleh angin. 5 Kelembaban udara. Semakin lembab udara, suara yang didengar semakin jelas, tetapi pengaruhnya terhadap kebisingan di dalam ruangan tidak besar. 6 Penghalangbarier. Dinding-dinding dapat merupakan penghalang bagi transmisi suara dalam ruangan. Dengan adanya penghalang maka transmisi suara akan dihambat atau diserap sehingga suara yang dihasilkan akan berkurang. Jarak antara penghalang dan sumber menentukan besar kecilnya suara yang dihasilkan. Letak penghalang yang baik adalah di dekat sumber dan yang paling buruk adalah di tengah-tengah antara sumber dan pendengaran. Pendapat serupa dikemukakan oleh Samudro dan Prasetyo 2001 menyatakan, dalam pengendalian kebisingan diperlukan pemahaman terhadap karakteristik sumber-sumber getaran dan kebisingan yang ditimbulkan. Kebisingan suara masih harus dilakukan pembobotan lagi mengingat telinga manusia tidak memberikan reaksi yang sama pada semua frekuensi. Telinga manusia kurang memberikan reaksi pada frekuensi rendah dan frekuensi 24 tinggi dibandingkan dengan frekuensi suara yang biasa digunakan untuk berbicara. Untuk itu perlu dilakukan pembobotan yaitu dengan slaka “A-weighted sound level” dan hasilnya disebut sebagai desibel dB A. Adapun faktor penentu kualitas bunyi diantaranya adalah: 1 Frekuensi, yang dinyatakan dalam satuan getaran perdetik atau disebut Hertz yaitu jumlah dari gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya; 2 Intensitas, yaitu arus energi persatuan luas, biasanya dinyatakan dalam suatu logaritma yang disebut desibel dB dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar sebesar 0,0002 dynecm² yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hertz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Pemajanan terhadap bising yang berlebihan dapat menimbulkan keadaan stress, dan lebih lanjut lagi menyebabkan gangguan fisik dan psikologis. Pemajanan yang terus menerus terhadap suara yang sangat bising dapat merusak sel-sel rambut getar yang terletak di bagian cochlea rumah siput telinga bagian dalam. Bagian yang berbentuk saluran melingkar dan berisi cairan ini berfungsi untuk merubah enersi suara menjadi rangsangan saraf-saraf pendengaran dan disalurkan ke bagian tertentu dari otak untuk kemudian didengar dan diinterpretasikan. Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB, dapat menyebabkan kegelisahan nervousness, kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah Doelle 1993. Selanjutnya dikatakannya pula bahwa bising yang sangat keras, di atas 85 dB dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya, bila berlebihan dan berkepanjangan dapat menimbulkan masalah seperti kelainan jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut. Grandjean 1988 menyatakan bahwa tekanan fisiologis yang ditimbulkan oleh pengaruh bising dalam ruang kerja meliputi: a. Meningkatnya tekanan darah b. Mempercepat detak jantung c. Penyempitan pembuluh darah pada kulit d. Meningkatnya metabolisme e. Melambatnya fungsi organ pencerna makanan f. Ketegangan otot meningkat 25 Kebisingan mempunyai pengaruh pada kesehatan masyarakat pada umumnya, dan kesehatan manusia secara khusus kesehatan para pekerja. Suratmo 1988 menyatakan kebisingan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup masyarakat, prilaku hewan ternak, satwa liar danatau ekosistem alam. III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu