Pembuatan Karet Siklo Penelitian Pendahuluan 1.

31 diperkirakan masih dapat meningkat selama penyimpanan. Untuk menghindari penggumpalan maka lateks segera diproses. Nilai WKM dipengaruhi oleh waktu, suhu penyimpanan, dan kondisi cuaca. Pada saat pengambilan sampel, kondisi cuaca yang sering hujan mengakibatkan lateks banyak mengandung padatan sehingga dapat mengurangi nilai WKM. Senyawa karbohidrat yang terdapat di dalam lateks akan terurai menjadi asam lemak eteris seperti asam format, asam asetat dan asam propionat. Asam-asam ini mengakibatkan lateks menjadi tidak stabil dan dapat menggumpalkan lateks. Asam lemak eteris terbentuk akibat kerja dari mikroorganisme yang terdapat di dalam lateks yang berasal dari luar karena pemakaian peralatan panen yang kurang bersih. Bilangan asam lemak eteris ALE mengindikasikan umur lateks pekat dan mutu dari lateks pekat tersebut, semakin besar nilai yang ditunjukkan maka semakin rendah mutu dari lateks pekat tersebut. Hasil bilangan ALE yang diperoleh dari pengujian yaitu 0,123 gram KOH per 100 gram total padatan. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan amonia yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga tidak menghasilkan kandungan asam lemak yang tinggi. Kandungan protein dalam lateks dapat ditentukan dengan menghitung kadar nitrogennya. Hasil pengolahan lateks pekat DPNR dari lateks kebun dengan kombinasi penambahan enzim papain 0,06 bsk dan pemekatan menghasilkan kadar nitrogen 0,03 . Nilai kadar nitrogen ini sudah sesuai dengan standar karet alam berprotein rendah menurut SNI 06-1447-1989, yang menetapkan kadar nitrogennya lateks pekat maksimal 0,03 persen.

2. Pembuatan Karet Siklo

Karet siklo adalah turunan dari karet alam yang telah berubah menjadi resin atau bahan termoplastik yang keras tapi rapuh, yang dihasilkan dari pemanasan karet alam dengan adanya katalis asam. Pada 32 penelitian ini karet siklo yang digunakan bukanlah karet siklo serbuk tetapi karet siklo yang telah dicampur dengan karet alam sehingga terbentuk masterbat siklo. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan karet siklo adalah lateks pekat dengan kadar protein rendah atau lateks pekat DPNR. Kandungan protein dalam lateks dapat menghambat reaksi siklisasi sehingga perlu dilakukan penurunan kadar protein terlebih dahulu melalui penambahan enzim papain dan pemekatan. Pemekatan akan menghilangkan sebagian protein dari permukaan karet yang terpisah dan keluar bersama serum yang merupakan hasil samping pemusingan lateks kebun. Enzim papain akan menghidrolisis protein sehingga menurunkan kadar nitrogennya. Semakin rendah kadar protein yang terkandung di dalam lateks maka akan memudahkan terjadinya reaksi siklisasi. Menurut Alfa 2002 kandungan protein dalam lateks mempengaruhi kinerja siklisasi. Reaksi siklisasi lateks pekat biasa yang kadar proteinnya masih tinggi berlangsung lebih lambat jika dibandingkan dengan reaksi siklisasi lateks pekat DPNR. Pembuatan karet siklo dilakukan dengan cara memanaskan lateks pekat DPNR yang telah dicampur dengan katalis asam sulfat pekat pada suhu 100 ºC selama ± 2 – 2,5 jam. Sebelum dipanaskan lateks pekat DPNR ditambahkan dengan surfaktan emulgen sebanyak 1 bsk untuk mencegah terjadinya penggumpalan lateks selama proses siklisasi berlangsung. Jumlah emulgen yang ditambahkan adalah 55,8 ml. Tabel 9. Jumlah penambahan emulgen dan asam sulfat pada lateks pekat DPNR serta kondisi pencampuran Bahan Kadar Jumlah Keterangan Lateks pekat DPNR KKK = 62 2700 ml Emulgen 1 bsk 55,8 ml Asam 1,4 jumlah karet 2343,6 g Suhu awal - - 98 – 110 ºC Suhu pemanasan - - 95 – 100 ºC Perubahan - - Lateks mengembang, warna menjadi ungu 33 Pencampuran antara lateks dengan asam sulfat mengakibatkan timbulnya banyak panas karena bersifat sangat eksotermis khususnya pada awal reaksi sehingga diperlukan pendinginan untuk mencegah panas yang terlalu tinggi. Pencampuran selama berlangsungnya reaksi siklisasi perlu didinginkan untuk mencegah terjadinya penggumpalan atau bahkan pengarangan. Jumlah asam sulfat yang ditambahkan ke dalam lateks pekat DPNR sebanyak 1,4 bagian karet atau 2243,6 gram. Asam sulfat dituang sedikit demi sedikit secara kontinu dan harus diaduk supaya campuran homogen. Campuran akan berwarna ungu ketika reaksi siklisasi dimulai. Kecepatan siklisasi dipengaruhi oleh temperatur dan konsentrasi asam sulfat serta lamanya reaksi. Menurut Naunton 1961 asam sulfat sangat efektif untuk siklisasi karet dari lateks dengan konsentrasi asam yang terdapat dalam serum sekurang-kurangnya sekitar 70 persen bb. Dalam metode pembuatan karet siklo yang sedang dikembangkan Alfa 2002, dosis asam sulfat yang digunakan adalah 1,4 kali KKK lateks pekat DPNR. Jumlah dosis asam sulfat ini mendekati 70 persen bb konsentrasi asam yang terdapat dalam serum. Selama siklikasi dengan penambahan asam sulfat dan pemanasan selama 2 jam telah terjadi pemutusan ikatan rangkap pada lateks sehingga terbentuk karet siklo. Selama pemasakan suhu dijaga agar tidak melebihi 100 ºC karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pengerasan atau pengarangan pada lateks sehingga menggagalkan proses siklisasi. Ikatan rangkap yang terputus selanjutnya akan membentuk ikatan siklik dengan molekul karet lainnya. Ikatan siklik inilah yang menjadikan karet siklo mempunyai sifat-sifat yang dapat digunakan sebagai peningkat daya rekat diantaranya adalah memiliki sifat adhesi yang baik, termasuk terhadap logam dan permukaan licin lainnya, bersifat non polar dan mempunyai daya rekat yang baik terhadap logam, kayu, karet, kulit, tekstil dan kertas. Karet siklo yang telah terbentuk selanjutnya dicuci menggunakan air panas sebanyak 5 kali jumlah lateks pekat DPNR. Karet siklo yang telah terbentuk dibagi menjadi dua bagian untuk memudahkan pencucian. 34 Pencucian ini dilakukan sebanyak 4 kali yang bertujuan untuk melepaskan kandungan surfaktan dalam lateks dan menurunkan kadar keasaman pada karet siklo yang terbentuk. Dalam setiap pencucian serum yang terbentuk dipisahkan dari dispersi karet siklo. Pencucian dibagi ke dalam dua wadah untuk memudahkan pencucian. Tabel 10. Kadar asam dalam dispersi karet siklo Kondisi Kadar asam gml Jumlah serum terbuang ml Warna Wadah A Wadah B Wadah A Wadah B Sebelum pencucian 0,1339 0,1339 - - Hijau tua pekat Pencucian I 0,0578 0,0586 4000 3500 Hijau tua pekat Pencucian II 0,0257 0,0273 6100 6100 Hijau tua Pencucian III 0,0118 0,0134 6420 6150 Hijau Pencucian IV 0,0054 0,0065 6800 6900 Keruh Tabel 10. menunjukkan bahwa semakin banyak dilakukan pencucian maka kadar asam yang tersisa dalam dispersi karet siklo semakin menurun, baik pada wadah A maupun wadah B. Hal ini dikarenakan kandungan asam dan juga kandungan surfaktan ikut terbawa pada saat pencucian. Kadar asam juga dapat ditunjukkan secara visual melalui perubahan warna serum yang terpisah dalam dispersi karet siklo. Pada pencucian pertama warna serum hijau tua yang menunjukkan bahwa kandungan surfaktan dan kadar asam masih tinggi. Pada pencucian- pencucian berikutnya warna serum akan semakin memudar seiring dengan turunnya kandungan surfaktan dan kadar asam dalam serum. Surfaktan dan asam sulfat sisa ini ikut terbuang dalam serum pada saat pencucian. Hal ini diperkuat dengan jumlah sisa asam dalam serum yang semakin menurun dengan semakin banyaknya jumlah pencucian. Karet siklo yang telah dicuci tersebut kemudian dinetralkan dengan penambahan amonia hingga pH menjadi 7. Biasanya pH karet siklo sebelum dinetralkan berkisar 1-2. Setelah dinetralkan maka dilakukan pencucian sekali lagi dan kemudian dipanaskan menggunakan pemanas listrik. Pencucian dilakukan untuk melepaskan ammonium sulfat yang terbentuk setelah penambahan amonia ke dalam karet siklo. Pemanasan ini 35 dilakukan untuk memudahkan pemisahan serum dan garam yang terbentuk setelah penetralan. Kemudian dispersi karet siklo ini ditiriskan pada penyaring untuk memisahkan serumnya. Masterbat siklo dibuat dengan cara mencampurkan dispersi karet siklo dan lateks pekat dengan perbandingan 50 : 50. Nilai kadar karet kering KKK lateks pekat yang ditambahkan adalah 60 . Pencampuran dilakukan di dalam wadah tupperware sambil diaduk supaya campuran menjadi homogen. Campuran yang telah homogen kemudian digumpalkan menggunakan asam format 5 . Gumpalan yang terbentuk digiling menggunakan penggilingan krep lalu dikeringkan pada oven yang dioperasikan pada suhu 70 – 80 ºC.

B. Penelitian Utama 1.