10 Teknologi siklisasi pada lateks menghasilkan produk cyclotex berupa
serbuk putih. Bentuk fisiknya yang berupa tepung ini menyebabkan cyclotex juga relatif lebih mudah dicampur dengan karet pada saat penggilingan dan
masih dapat divulkanisasi. Hal ini menjadi keunggulan cyclotex untuk dimanfaatkan sebagi pengeras atau pengkaku barang jadi karet. Selain itu
karena sifatnya yang mudah didispersikan dalam air, maka cyclotex dapat dengan mudah dijadikan masterbat siklo, yaitu campuran karet siklo dan karet
alam, yang mana pencampurannya dilakukan dalam fase lateks Alfa dan Syamsu, 2004.
Mencermati kemudahan larut dalam pelarut organik, cyclotex lebih sukar larut karena hanya sebagian yang larut dan sebagian lainnya membentuk
jel. Besarnya molekul hidrokarbon siklik karet siklo diduga berpengaruh terhadap kemudahan larutnya. Sebagian cyclotex hanya membentuk jel dalam
pelarut karena molekulnya lebih besar. Namun keadaan tersebut memberikan keuntungan lain pada cyclotex karena jel yang telah dikeringkan akan
membentuk lapisan yang keras, sehingga dengan daya rekat karet siklo yang baik, cyclotex sangat sesuai digunakan sebagai bahan perekat untuk
merekatkan permukaan yang keras seperti logam dan kayu Alfa dan Syamsu, 2004.
D. Mekanisme Perekatan
1. Teori Perekatan
Peristiwa perekatan tidak terlepas dari adanya pengaruh gaya elektron pada bahan-bahan yang saling direkat. Gaya elektron ini dikenal dengan
Gaya Van der Waals, yaitu gaya yang timbul karena konfigurasi elektron dari suatu molekul memungkinkan molekul tersebut untuk memiliki momen
dipol secara instan meskipun molekul tersebut tidak memiliki momen listrik permanen. Momen dipol ini kemudian menyebabkan terbentuknya suatu
momen dipol pada molekul lain dan melahirkan gaya tarik menarik melalui interaksi antara kedua dipol tersebut Wake, 1976.
Wake 1976 menyatakan lebih lanjut bahwa pada saat perekatan terjadi interaksi antara bahan-bahan yang direkatkan. Kondisi perekatan
11 tercapai ketika perekat telah mengeras meskipun bahan yang direkatkan
berbeda jenis sehingga diperlukan beban untuk memisahkannya. Perekatan dapat terjadi karena mengerasnya cairan perekat yang masuk ke dalam
struktur bahan yang direkat. Karakteristik perekat peka tekanan adalah sifat kohesifnya yang lebih
dominan. Ketika perekat peka tekanan dipisahkan dari permukaan suatu benda maka tidak terdapat sisa bahan perekat pada permukaan benda
tersebut. Hal ini membuktikan bahwa perekat peka tekanan memiliki sifat kohesi yang lebih dominan dibandingkan dengan sifat adhesinya Wake,
1976
2. Teknik Perekatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perekatan antara lain jenis bahan yang kana direkat, pemilihan perekat, metode penyiapan, dan
pengaplikasian perekat. Jenis perekat yang digunakan harus sesuai dengan bahan yang akan direkat. Perekat yang tidak sesuai dengan bahan yang akan
direkat dapat menyebabkan kerusakan baik pada sambungan daerah rekatan maupun pada bahan yang direkat Shields, 1970.
Bahan-bahan yang akan direkatkan mempunyai cara penyiapan permukaan yang berbeda-beda tergantung pada bahan yang direkatkan,
kondisi perekatan, jenis perekat, kondisi perlakuan, dan biaya proses. Keberadaan kotoran di permukaan bahan dapat mengurangi kekuatan daya
rekat dari perekat. Kotoran tersebut dapat dihilangkan melalui prosedur penyiapan permukaan bahan agar diperoleh derajat kontak perekat-bahan
yang optimal Shields, 1970. Secara umum terdapat dua jenis perlakuan yaitu perlakuan kimiawi
dan perlakuan mekanis. Perlakuan kimiawi mengubah keadaan sifat fisik kimia untuk menambah perekatan spesifik seperti penghilangan lemak pada
permukaan bahan yang akan direkatkan. Penghilangan lemak dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan terkadang perlakuan asam.
Cara pengasaran menggunakan sikat, ampelas, atau gerinda dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi pada permukaan yang mungkin menghalangi
12 pembasahan permukaan oleh perekat. Perlakuan pengasaran pada
permukaan ini menyebabkan perekatan mekanis. Perekatan mekanis dilakukan ketika metode secara kimiawi tidak dapat digunakan Shields,
1970.
E. Pengomponan