Berat Jenis BJ Kadar Padatan Waktu Gelatinasi

Keasaman perekat likuida pada penelitian ini sebesar 8,04. Nilai ini masih diatas pH netral 7, sehingga perekat yang bersifat basa akan lebih mudah diaplikasikan dan perekat tidak mudah rusak, karena keasaman dengan nilai dibawah 7 akan mengurangi waktu simpan dan perekat yang dihasilkan mudah rusak. Peningkatan pH ini sangat diperlukan karena pH yang asam akan merusak kayu Ruhendi dkk, 2000 dalam Widiyanto, 2002. Menurut Maloney 1993 bahwa dengan semakin tinggi pH maka akan semakin lama waktu penyimpanan. Menurut SNI 06-4567-1998, pH perekat berkisar antara 10,0 – 13,0. Akan tetapi penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Masri 2005, yang menyatakan bahwa pH 8 memiliki taraf yang optimal sebagai perekat likuida.

3. Kekentalan Viskositas

Kekentalan yang dimiliki oleh perekat likuida merupakan salah satu faktor yang penting, karena menunjukan kemampuan perekat dapat mengalir pada permukaan yang direkat sehingga dapat menyebar merata pada permukaan sirekat. Dengan semakin tinggi kekentalan maka kemampuan untuk membasahi permukaan sirekat dan dapat berpenetrasi kedalam sirekat menjadi sulit dan dengan semakin kecil nilai viskositas maka perekat memiliki kemampuan untuk membasahi permukaan sirekat dan dapat berpenetrasi kedalam sirekat sehingga dapat meningkatkan kualitas dari perekat tersebut. Akan tetapi jika semakin encer maka kualitas perekat tersebut akan semakin rendah. Untuk itu perlu adanya nilai viskositas optimal agar kualitas perekat tetap baik Ruhendi dkk, 2000 dalam Widiyanto, 2002. Dari penelitian Setiawan 2004 menyatakan bahwa semakin tinggi formalin yang diberikan maka akan semakin encer. Nilai viskositas dari perekat likuida bambu adalah 150 cps. Nilai yang dihasilkan ini sesuai dengan standar SNI 06-4567-1998, yaitu sebesar 130 – 300 cps sehingga nilai ini sudah optimal untuk kualitas perekat likuida.

4. Berat Jenis BJ

Berat jenis perekat berkaitan dengan banyaknya komponen – komponen yang terkandung didalam perekat. Semakin banyak komponen perekat maka berat jenisnya semakin tinggi pula. Berat jenis merupakan perbandingan antara contoh kayu contoh uji terhadap berat air dari volume yang sama Tsoumis, 1991. Berat ditentukan setelah kayu contoh uji kering tanur dan volume ditetapkan baik volume kering tanur atau volume kayu contoh uji basah. Nilai berat jenis perekat likuida bambu adalah 1,109. Nilai mendekati nilai standar SNI 06-4567-1998 yaitu 1,165-1,200. Dengan demikian berarti dengan volume yang sama, komponen perekat likuida bambu lebih rendah dari perekat phenol formaldehid.

5. Kadar Padatan

Peningkatan kadar padatan pada proses perekatan akan meningkatkan molekul – molekul perekat sampai batas tertentu akan menghasilkan keteguhan rekat yang tinggi pula Ruhendi dkk, 2000 dalam Widiyanto, 2002. Apabila perekat yang dihasilkan memiliki kadar perekat yang lebih tinggi dari standar minimal perekat PF maka keteguhan rekat yang dihasilkan juga lebih baik. Dalam penelitian ini kadar padatan perekat likuida sebesar 34,31 . Jika dibandingkan dengan standar SNI 06-4567-1998 yaitu 40 – 45 , ternyata tidak memenuhi standar yang ada. Hal ini disebabkan karena perekat likuida yang telah jadi dicairkan kembali dengan menambahkan air dengan perbandingan 1 : 1 dalam berat agar dalam proses penyemprotan perekat likuida pada partikel bambu lebih mudah. Dengan adanya penambahan air tersebut maka kadar padatan yang ada pada perekat likuida tersebut lebih rendah dari standar yang ada. Selain itu pada proses pemasakan dengan suhu yang tinggi dan menggunakan bahan kimia maka padatan terjadi proses penguapan bahan likuida. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa jumlah komponen likuida bambu yang reaktif berkaitan dengan proses perekatan lebih rendah dari phenol formaldehid.

6. Waktu Gelatinasi

Waktu gelatinasi menunjukan lamanya perekat yang dibutuhkkan untuk mengental atau menjadi gel sehingga tidak dapat ditambahkan lagi dengan bahan lain dan siap untuk direkatkan Solomon,1967 dalam Ruhendi dkk, 2000 dalam Widiyanto, 2002. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh waktu gelatinasi 60 menit. Sedangkan menurut standar SNI 06-4567-1998, waktu gelatinasinya 30 menit. Perekat likuida yang dihasilkan mempunyai waktu gelatinasi yang lebih lama dari standar yang ada. Hal ini menunjukan bahwa dengan lamanya waktu gelatinasi maka semakin lama pula waktu simpannya storage life sehingga perekat tidak mudah rusak.

B. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Likuida Bambu