Bambu dan Bambu Tali Gigantochloa apus Kurz

keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun. Selain itu tekanan kempa dan suhu optimum yang digunakan juga akan mempengaruhi kualitas papan partikel.

B. Bambu dan Bambu Tali Gigantochloa apus Kurz

Bambu termasuk hasil hutan bukan kayu mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan di Indonesia, karena bambu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk produk yang dihasilkan serta dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan sumber devisa negara melalui kegiatan ekspor impor. Tanaman bambu tidak tergantung musim yang biasanya mengelompok dalam satu rumpun. Bentuk bambu silinder dengan garis tengah 2 – 30 cm dan panjang dapat mencapai 3 – 35 m. Panjang, diameter batang, dan ketebalan dinding batang tergantung jenis dan umurnya. Bambu dapat tumbuh pada tanah vulkanis, tanah tidak terlalu kering atau berbatu dari dataran rendah sampai pada ketinggian 2000 mdpl. Lama pertumbuhannya beberapa bulan setelah musim tumbuh pertama. Setelah pertumbuhan maksimal, maka terjadi proses pematangan sekitar 3 – 5 tahun dan untuk membentuk rumpun diperlukan 6 – 12 tahun Surjokusumo, 1993. Sifat bambu secara umum antara lain batang lurus, silindris dengan bentuk meruncing ke ujung, berbuku, kuat, elastis, tidak mudah patah, ringan, mudah dibelah atau disayat dan dibentuk sesuai ukuran yang diinginkan dengan menggunakan alat yang sederhana, kekuatan tarik tinggi serta kulit luar yang sukar ditembus oleh cairan. Tanaman bambu dapat dijumpai dimana – mana dan harganya relatif rendah dibandingkan dengan harga kayu atau bahan konstruksi lainnya. Oleh sebab itu bambu banyak digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, meubel, anyaman, perabot rumah tangga, saluran air, jembatan dan sebagainya. Hanya saja bambu rentan terhadap serangan mikroorganisme perusak. Karena potensi hutan bambu Indonesia sangat besar, yang diperkirakan seluas 5 juta ha, maka kegunaan dan peranan bambu sangat besar pula yang menjadi bahan baku pengganti dari kayu Sulthoni, 1994 dalam Nuriyatin, 2000. Potensi bambu di Indonesia diperkirakan kurang lebih 10 dari 1200 jenis bambu dunia. Sekitar 70 jenis bambu terdapat di Indonesia yang tersebar luas baik dari budidaya maupun dari tanaman liar Widjaja, 1990 dalam Nuriyatin, 2000. Sedangkan bambu yang telah diketahui kegunaannya sebanyak 35 jenis diantaranya 10 jenis termasuk bambu asing Alrasyid, 1990 dalam Nuriyatin, 2000. Potensi bambu di Kabupaten Tasikmalaya cukup tinggi dengan luas 7.464,89 ha. dan perkiraan populasi mencapai 3 ribu batang http:www.pikiran- rakyat.comcetak . Jenis yang paling banyak dijumpai berturut-turut adalah bambu tali Gigantochloa apus, bambu hitam Gigantochloa verticillata, bambu surat Gigantochloa pseudoarundinaceae, dan bambu temen Gigantochloa atter. Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 ST03 http:www.dephut.go.id menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 4,73 juta rumah tangga dapat mengelola tanaman bambu dengan populasi mencapai 37,93 juta rumpun atau rata-rata pengelolaannya per rumah tangganya sebesar 8,03 rumpun. Dari total sebanyak 37,93 juta rumpun tanaman bambu, sekitar 27,88 juta rumpun atau 73,52 persen diantaranya adalah merupakan tanaman bambu yang siap tebang. Apabila diamati lebih lanjut, seperti halnya tanaman akasia, tanaman bambu lebih banyak di tanam di Jawa yaitu mencapai 29,14 juta rumpun atau sekitar 76,83 dari total populasi bambu Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 8,79 juta rumpun 23,17 berada di luar Jawa. Tanaman bambu di Jawa terkonsentrasi di tiga propinsi berturut-turut adalah di Jawa Barat 28,09 , Jawa Tengah 21,59 , dan Jawa Timur 19,38 , sementara di Luar Jawa di propinsi Sulawesi Selatan 3,69 . Bambu tali Gigantochloa apus Kurz merupakan salah satu spesies yang digunakan sebagai material bangunan Misdarti, 2002. Bambu ini juga merupakan tanaman serba guna mulai dari penggunaannya sebagai tanaman hias, bahan baku kertas, peralatan pertanian dan rumah tangga, serta beberapa alat musik. Bambu tali biasanya digunakan untuk bahan anyaman dinding, langit – langit, reng, lis. Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat dengan buluh yang mencapai tinggi 10 – 20 m, warna hijau terang sampai kekuning – kuningan. Percabangan yang tidak sama besar dengan cabang primer yang tumbuh dengan baik kemudian diikuti oleh cabang berikutnya. Pada buku – bukunya terdapat tonjolan yang berwarna agak kuning dengan miang coklat kehitam – hitaman yang melekat. Pelapah tidak mudah lepas dari bukunya meskipun umurnya sudah tua. Bambu ini diduga berasal dari Burma dan sekarang tersebar luas di seluruh Indonesia. Umumnya jenis ini dapat tumbuh baik dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl LIPI, 1980. Menurut Ardianto 1995 bahwa bambu tali memiliki barat jenis antara 0,47 – 0,69 dengan rata – rata 0,60, MOE sebesar 108557,74 kgcm 2 , MOR 1330,44 kgcm 2 , tekan sejajar serat 455,57 kgcm 2 , dan tarik sejajar serat 2059 kgcm 2 . Penyusutan volume dari keadaan basah sampai kekering udara 9,59 – 16,28 dan penyusutan volume dari kering udara sampai kering tanur 2,56 – 6,59 . Komponen kimia bambu tali meliputi : kadar holoselulosa 52,1 – 54,7 ; kadar pentosan 19,1 – 19,3 ; kadar lignin 24,8 – 25,8 ; kadar abu 2,7 – 2,9 ; kadar silika 1,8 – 5,2 ; kelarutan dalam air dingin 5,2 , kelarutan dalam air panas 5,4 – 6,4 ; kelarutan dalam air alkohol benzene 1,4 – 3,2 ; NaOH 1 sebesar 21,2 – 25,1 Dransfield S, Widjaja E. A, 1995.

C. Perekat dan Perekat Likuida