Ekstraksi HASIL DAN PEMBAHASAN

sediaan obattidak stabil, selain itu bakteri dan jamur cepat tumbuh, dan bahan aktif yang terkandung didalamnya dapat terurai. Hasil penetapan senyawa larut air untuk simplisia dan ekstrak diperoleh 15,58 dan 64,81. Senyawa larut etanol 20,84 dan 64,15. Penetapan kadar sari larut dalam air dan etanol dilakukan untuk mengetahui banyaknya senyawa polar yang larut dalam air dan etanol.Penetapan kadar abu total dari serbuk simplisia dan EEKBPT berturut-turut adalah 3,23 dan 1,01,serta kadar abu tidak larut asam 1,54 dan 0,06. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam ditetapkan untuk melihat kandungan mineral ekstrak. Zat ini dapat berasal dari senyawa oksida-oksida anorganik. Kadar abu total yang tinggi menunjukkan adanya zat anorganik logam-logam Ca, Mg, Fe, Cd dan Pb yang sebahagian mungkin berasal dari pengotoran. Kadar logam berat yang tinggi dapat membahayakan kesehatan, oleh sebab itu perlu dilakukan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untukmenjaminan ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya toksik bagi kesehatan.

4.3 Ekstraksi

Ekstraksi serbuk simplisia KBPT dilakukan secara perkolasi. Ekstraksi dihentikan setelah warna perkolat putih jernih serta memberikan hasil negatif dengan pereaksi FeCl 3 . Berat ekstrak etanol yang diperoleh adalah sebesar 113,127 g dari 400 g serbuk simplisia yang diekstraksi. Kemudian diambil 20 g untuk selanjutnya dilakukan ekstraksi cair-cair ECC untuk mendapatkan fraksi nonpolar, semipolar, dan polar menggunakan pelarut n-heksana dan etilasetat. ECC dimulai dari penambahan air yang bertujuan untuk memperjelas batas Universitas Sumatera Utara pemisahan antara dua pelarut. Setelah itu ditambahkan pelarut nonpolar hingga pelarut semipolar n-heksana-etilasetat. Pemisahan ini bertujuan untuk memisahkan senyawa kimia yang terdapat pada EEKBPT berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa polar akan larut didalam pelarut polar dan senyawa nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. Hasil ECC EEKBPT diperoleh fraksi n-heksana sebanyak 800,161 mg; ekstrak etilasetat 8,138 g; dan fraksi air sisa sebanyak 8,668 g. Fraksi n-heksana hanya diperoleh dalam jumlah yang cukup kecil, sedangkan fraksi etilasetat dan fraksi air sisa diperoleh dalam jumlah yang hampir sama. Ini diduga karena di dalam EEKBPT hanya mengandung sebagian kecil senyawa yang bersifat nonpolar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang bersifat semipolar dan polar. Penggunaan pelarut n-heksana untuk menarik senyawa kimia nonpolar, seperti triterpenoid dan steroid bebas. Pelarut etilasetat digunakan agar senyawa kimia yang bersifat semipolar dan agak polar tersari di dalamnya, seperti flavonoid, glikosida, antrakuinon glikosida dan tanin. Sedangkan di dalam fraksi air sisa akan tertinggal beberapa senyawa kimia yang tidak dapat ditarik oleh kedua pelarut di atas seperti saponin, dan glikosida. Steroidtriterpenoid tersusun dari rantai panjang hidrokarbon yang menyebabkan sifatnya menjadi nonpolar dan mudah terekstraksi dalam pelarut n- heksana nonpolar yang juga memiliki rantai hidrokarbon Harborne, 1987. Semuasaponinbersifat polardi alam danbebas larut dalamair tetapilarut dalampelarutnonpolar. Padahidrolisis akanmenghasilkan suatuaglikonyang dikenal sebagai sapogenin Flavonoid secara umum larut dalam pelarut semipolar seperti etilasetat. Flavonoid yang terlarut dalam fraksi air kemungkinan merupakan flavonoid danglikondikenal sebagaigula Negi, et al., 2013. Universitas Sumatera Utara glikosida. Adanya gula yang terikat pada flavonoid bentuk umum yang ditemukan cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, danflavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform. Flavonoid glikosida tidak larut dalam n-heksana, petroleum eter, kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air Markham and Andersen, 2006. 4.4Hasil Skrining Fitokimia Fraksi EEKBPT Skrining fitokimia fraksin-heksana, etilasetat, dan air EEKBPT dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terlarut di dalam masing-masing fraksi yang berbeda kepolarannya. Hasil skrining tersebut selanjutnya dijadikan acuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa mana yang mempunyai aktivitas terhadap sel kanker payudara T47D. Hasil skrining fitokimia fraksidari EEKBPT ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia fraksi EEKBPT No Skrining Pereaksi Fraksi n-heksana fraksi etilasetat Fraksi air 1 Alkaloid Dragendorff Bouchardat Mayer - - - 2 Flavonoid Zn + asam klorida pekat - + + 3 Glikosida Molish - + + 4 Saponin air panasdikocok - - + 5 Antrakuinon glikosida NaOH - - - 6 Tanin FeCl 3 - 1 + - 7 Triterpenoid Steroid Liebermann- Burchard + - - Keterangan : + = mengandung golongan senyawa, - = tidak mengandung golongan senyawa Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan pengujian alkaloid menunjukkan hasil negatif karena pada penambahan pereaksiMayer, Bouchardat, dan Dragendorf tidak terbentuk endapan, hanya menghasilkan larutan jernih pada penambahan pereaksi Mayer, warna kuning pada penambahan pereaksi Bouchardat dan warna coklat pada pereaksi Dragendorf.Penambahan serbuk Zn dengan asam klorida pekat memberikan warna merah pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Glikosida menujukkan hasil positif karena terbentuk cincin ungu dengan penambahan pereaksi Molisch dan asam sulfat pekat. Pereaksi Molisch adalah pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi karbohidrat gula. Skrining saponin menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 7 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N. Sifat busa saponin disebabkan adanya struktur amfifilik saponin yang mengakibatkan sifat fisika saponin sebagai surfaktan. Penambahan HCl 2 N akan mengakibatkan kestabilan busa semakin lama sesuai dengan sifat sabun. Penambahan pereaksi FeCl 3 memberikan warna larutan kuning jernih yang berubah menjadi hijau kehitaman mengindikasikan adanya tanin. Warna merah yang terjadi pada penambahan pereaksi Lieberman-Burchard menunjukkan adanya senyawa steroidtriterpenoid. Pemeriksaan glikosida antrakuinon akan terbentuk pada lapisan benzen berwarna kuning menunjukkan adanya antrakuinon dalam bentuk aglikonnya. Dalam penelitian ini uji terhadap adanya glikosida antrakuinon memberikan hasil yang negatif. Universitas Sumatera Utara 4.5Uji Sitotoksik dan Penentuan Indeks Selektivitas Ekstrak Etanol dan Fraksi EEKBPT Terhadap Sel T47D dan sel Vero Sel normal Uji sitotoksik merupakan suatu parameter pendahuluan untuk mengetahui potensi ketoksikan suatu bahan uji terutama sel kanker yang dinyatakan dengan parameter IC 50 . Namun uji sitotoksik juga dapat dilakukan untuk menilai toksisitas suatu bahan uji terhadap sel normal, sehingga dapat diketahui keselektivitasannya terhadap sel kanker. Karena suatu senyawa antikanker yang baik harus mempunyai aktivitas membunuh atau menghambat sel kanker tanpa mengganggu fungsi sel normal. Dalam penelitian ini bahan uji berupa ekstrak etanol, dan beberapa fraksi EEKBPT, yaitu fraksi n-heksana, etilasetat dan air sisa. Tujuan pengujian fraksi tersebut untuk mendapatkan nilai IC 50 yang lebih kecil dari nilai IC 50 ekstrak etanol.Selain itu pengujian bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir fraksi mana yang paling aktif untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan uji lanjutan aktivitas antikanker. Dalam penelitian ini EEKBPT kembali diuji terhadap sel T47D. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa nilai IC 50 EEKBPT adalah 112,800 µgml. Tetapi perbedaan waktu pengujian dan perbedaan tempat asal sampel uji kemungkinan berpengaruh terhadap nilai IC 50 Perlakuan uji sitotoksik pada penelitian ini dilakukan terhadap sel kanker payudara T47D dan sel normal Vero dengan menggunakan ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air sisa KBPT dengan seri kadar yang sama, yaitu 15,125 µgml; 31,25 µgml; 62,5 µgml; 125 µgml; dan 250 µgml. Efek ditunjukkan dengan nilai absorbansi Lampiran 17 dan 18, kemudian EEKBPT, maka peneliti merasa penting untuk kembali melakukan uji sitotoksik terhadap EEKBPT. Universitas Sumatera Utara dianalisis menggunakan analisis probit pada program SPSS 17, maka diperolehIC 50 Tabel 4.4 Nilai IC masing-masing sampel uji seperti ditunjukkan padaTabel 4.4. 50 No masing-masing sampel uji Sampel Nilai IC 50 Indek selektivitas dalam µgml Sel T47D Sel Vero 1 Ekstrak etanol 168,243 417,882 2,484 2 Fraksi n-heksana 5796,218 10627,882 1,834 3 Fraksi etilasetat 398,236 302,087 0,759 4 Fraksi air sisa 145,068 599,132 4,130 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, aktivitas sitotoksik terhadap sel T47D yang ditunjukkan dengan nilai IC 50 pada perlakuan dengan EEKBPT yaitu 168,243 µgml; fraksi n-heksana 5796,218 µgml; fraksi etilasetat 398,236 µgml; dan fraksi air 145,068 µgml. Pada perlakuan dengan sampel uji fraksi air menunjukkan nilai IC 50 terkecil, sedangkan fraksi n-heksana menunjukkan nilai IC 50 terbesar. Oleh karena itu, fraksi air dapat dikatakan memiliki aktivitas antikanker paling aktif karena dengan nilai IC 50 yang terkecil sudah mampu menghambat 50 pertumbuhan sel T47D. Berdasarkan nilai tersebut fraksi air kurang aktif sebagai antikanker karenasuatu ekstrak dianggap aktif jika memiliki nilai IC 50 ≤ 100 µgml Kamuhabwa, 2000, namun masih dapat dikembangkan sebagai antikanker karena suatu ekstrak dianggap tidak aktif jika nilai IC 50 Kemampuan fraksi air menghambat pertumbuhan sel kanker diduga karena kandungan senyawa kimia di dalamnya. Jika merujuk pada skrining fitokimia menunjukkan bahwa fraksi air EEKBPT mengandung golongan 500 µgml Machana, 2011, Universitas Sumatera Utara senyawa saponin dan flavonoid. Senyawa flavonoid menghambat proliferasi sel berbagai sel kanker pada manusia melalui inhibisi proses oksidatif yang dapat menyebabkan inisiasi kanker. Mekanisme ini diperantarai penurunan enzim xanthin oksidase, Cyclooxygenase COX dan Lipooxygenase LOX yang diperlukan dalam proses prooksidasi sehingga menunda siklus sel. Flavonoid juga menghambat ekspresi enzim topoisomerase I dan II yang berperan dalam mengkatalisis pemutaran DNA. Inhibitor enzim topoisomerase akan menstabilkan kompleks topoisomerase dan menyebabkan DNA terpotong dan mengalami kerusakan Ren, et al., 2003. Golongan senyawa lain yang terkandung pada fraksi air yang diduga juga mempunyai aktivitas antikanker adalah saponin. Saponindapat mengenaliselkanker, karenaselkanker memilikimembran sel danstruktur yang berbeda dari sel normal. Membran sel kankermengandung lebih banyak senyawa seperti kolesterol. Saponin dapatmengikatkolesterol yang terdapat pada membran sel kanker, sehingga mengganggu permeabilitas membranSung, et al., 1995.Saponin juga mengurangiterjadinyaspesies oksigen reaktif sepertiH 2 O 2 serta menghambat jalur sinyal fosfatidil-inositol-3 kinaseyang mungkinmenjadi alasanuntuk pencegahankerusakan kromosom Berdasarkan Tabel 4.4 di atas juga dapat dilihat nilai IC Pawar dan Bhutani, 2001 50 masing-masing sampel uji terhadap sel Vero sel normal, yaitu EEKBPT 417,882 µgml; fraksi n-heksana 10627,882 µgml; fraksi etilasetat 302,087 µgml; serta fraksi air 599,132 µgml. fraksi n-heksana menunjukkan nilai IC 50 terbesar, sedangkan EEKBPT menujukkan nilai IC 50 terkecil.Semakin besar nilai IC 50 suatu sampel uji Universitas Sumatera Utara terhadap sel normal maka semakin lemah aktivitasnya dalam mempengaruhi pertumbuhan sel tersebut. Hal itu berarti semakin tinggi pula nilai keamanannya. Suatu produk obat dari bahan alam harus memenuhi persyaratan yaitu aman, berkhasiat, dan bermutu, termasuk obat antikanker WHO, 2000. Selain itu, obat antikanker harus selektif hanya terhadap sel kanker. Penentuan selektivitas suatu senyawa antikanker didasarkan pada index selektivitasnya atau selectivity index. SI selectivity index mengindikasikan selektivitas sitotoksik keamanan ekstrak terhadap sel kanker versus sel normal, dihitung dengan membandingkan IC 50 ekstrak terhadap sel normal dan IC 50

4.6 Uji Penghambatan Siklus Sel Dengan Metode Flowsitometri