19
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal
4.1.1. Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanaman jagung di lahan sub- optimal
Hasil analisis pengkajian pemanfaatan pupuk kandang dan biourin pada tanaman jagung disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data pertumbuhan dan komponen hasil dan produktivitas t anaman jagung 2016
Perla kuan
Tinggi tanaman
m Panjang
tongkol cm
Lingkar tongkol
cm Tinggi
tongkol m
Jumlah baris
tongkol Jumlah
biji bari s
Jumlah biji
tongkol Produk-
tivitas ton ha
Berat brangkasan
jagung kg m2
P1V1 2,41ab
17,00a 16,00a
1,36ab 14,00a
39,00a 546,00b
6,162a 5,40b
P1V2 2,35b
17,33a 15,33a
1,23b 12,67b
34,67a b
440,00b 5,996a
4,75c P2VI
2,50a 18,00a
16,00a 1,47a
14,00a b
38,67bc 541,33b
6,940a 5,20b
P2V2 2,36b
15,67a 15,33a
1,26ab 17,33a
33,33c 577,33a
6,436a 6,33a
Sumber: Data primer 2016
Keterangan: P1V1: varietas Bisi 18 tanpa kompos
P2V1: aplikasi kompos biourin + varietas Bima uri 19 P1V2: varietas Bima uri 19 tanpa kompos
P2V2: aplikasi kompos biourin + varietas Bima uri 19
Dari hasil kajian ini terlihat bahwa tinggi tanaman perlakuan P2V1 lebih tinggi 2,5 mdan berbeda nyata dengan perlakuan P1V2 dan P2V2. Hal ini
berarti tinggi tanaman jagung varietas Bisi 18 lebih tinggi daripada varietas Bima Uri 19. Untuk panjang tongkol dan lingkar tongkol jagung tidak berbeda nyata
antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Tinggi tongkol dari permukaan tanah pada perlakuan P2V1 1,47 m lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya
dan berbeda nyata dengan perlakuan petani. Untuk produktivitas tanaman jagung tidak berbeda nyata antara perlakuan
yang satu dengan yang lainnya. Produktivitas yang diperoleh pada perlakuan kompos dan biourin dengan penggunaan varietas Bisi 18 sebesar 6,940 ton ha.
Produktivitas jagung tidak berbeda nyata karena kesuburan tanah suboptimal tergolong rendah. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa sebelum
ada integrasi sapi jagung, tanah di wilayah pengkajian cenderung agak masam,
20
C organik rendah, N organik sedang sampai tinggi dan P tersedia rendah Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum adanya integrasi sapi jagung
Kode Kadar
Air Ekstrak 1:5
Terhadap Contoh Tanah Kering 105 C
pH Bahan
Organik P Bray
I Nilai Tukar Kation NH
4
Acatat 1 N, pH 7 H
2
O KCL
C N
K-dd Na-dd
Ca-dd Mg-dd
KTK ppm
_____________me 100 gr _____________ 1
12,60 5,79
4,72 1,60
0,48 29,27
2,04 0,20
2,46 1,69
30,15 2
8,65 5,51
4,19 1,93
0,28 26,41
2,60 0,16
1,56 11,81
22,04
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu Tabel 3. Hasil analisis tanah sesudah integrasi sapi jagung
Kode Kadar
Air Ekstrak 1:5
Terhadap Contoh Tanah Kering 105 C
pH Bahan
Organik P Bray
I Nilai Tukar Kation NH
4
Acatat 1 N, pH 7
H
2
O KCL
C N
K-dd Na-dd
Ca-dd Mg-dd
KTK ppm
_____________me 100 gr _____________ 1
12,60 5,79
4,72 1,60
0,48 29,27
2,04 0,20
2,46 1,69
30,15 2
8,65 5,51
4,19 1,93
0,28 26,41
2,60 0,16
1,56 11,81
22,04
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu Setelah integrasi diharapkan terjadi peningkatan unsur hara Phosphor P
yang tersedia, C organik, N serta pH tanah Tabel 3. Peningkatan kesuburan tanah mungkin tidak bisa terjadi hanya dengan pemberian kompos satu atau
dua kali, tetapi harus terus menerus. Dalam jangka panjang, sistem integrasi sapi dan jagung mampu
meningkatkan unsur hara lahan suboptimal. Dari hasil penelitian sebelumnya, aplikasi minimal 2 tahun secara terus menerus, penggunaan kompos mampu
menekan biaya penggunaan pupuk kimia hingga 50 sehingga mengurangi polusi atau pencemaran tanah dan air dari kelebihan unsur-unsur kimia yang
berasal dari pupuk kimia. Brangkasan tanaman jagung pada perlakuan P2V2 lebih berat daripada
perlakuan lainnya yaitu 6,33 kg m2 Tabel 1. Berat brangkasan jagung P2V2 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian kompos dan biourin pada tanaman jagung varietas Bima Uri 19 dapat meningkatkan berat brangkasan jagung. Varietas ini bisa ditanam pada sistem
integrasi sapi jagung guna memperoleh bahan pakan asal limbah tanaman jagung yang lebih banyak.
21
b. Teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung