6
1.3. Tujuan
Tujuan Akhir : Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
Tujuan Tahun 2015 : 1.
Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan modal usaha tani integrasi sapi jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak
untuk kompos. 3.
Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
Tujuan Tahun 2016 : 1.
Meningkatkan produktivitas usahatani sapi dan jagung dilahan suboptimal 2.
Meningkatkan efisiensi usahatani di lahan suboptimal. 3.
Mengetahui respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
Keluaran Akhir : Rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapi dengan jagung pada lahan
suboptimal. Keluaran Tahun 2015 :
1. Kajian potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha tani integrasi
sapi jagung. 2.
Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku feces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada
lahan suboptimal. Keluaran Tahun 2016 :
1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung dilahan suboptimal
2. Peningkatan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.
3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada
lahan suboptimal.
7
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Pemanfaatan lahan suboptimal untuk pertanaman jagung dengan penggunaan varietas yang sesuai dan pemanfaatan pupuk kandang yang spesifik
lokasi sehingga produktivitas jagung yang optimal dapat tercapai dengan pengolahan lahan yang tepat. Pengembangan sapi yang diintegrasikan dengan
tanaman jagung pada lahan suboptimal dapat meningkatkan produksi jagung, daging sapi dan peningkatan Bahan organik lahan dan perbaikan tekstur tanah
akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani. Dampak kegiatan integrasi yang dilakukan diharapkan agar terjadi
peningkatan produktivitas lahan, dari lahan suboptimal menjadi lahan optimal.
8
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani terpadu melalui pendekatan
low external input antara ternak sapi dan tanaman Priyanti 2007. Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput
dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Sistem integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga
dengan mengolah kotoran sapi menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat dijual kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usaha
tani integrasi menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi Priyanti 2007. Dalam penelitiannya, Suwandi 2005 dan Priyanti 2007
mengkaji sistem integrasi tanaman-ternak sapi potong. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi ternak sapi tanaman dapat meningkatkan
pendapatan petani Sariubang et al. 2003; Suwandi 2005; Dinas Peternakan
Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007. Secara umum lahan kering dapat dibedakan menjadi lahan kering masam
dan lahan kering tidak masam, tanah-tanah yang umumnya mempunyai pH masam dilahan kering adalah ordo Entisol, I nceptisol, Ultisols dan Oxisols yang
beriklim basah dengan curahujan tinggi,sedangkan lahan kering yang tidak masam pada umumnya terdiri dari I nceptisols, Vertisols, Millisols, Alfisols yang
berbeda pada daerah beriklim kering Hidayat dan Mulyani, 2002. Untuk mengatasi
soil sickness yang mengakibatkan menurunnya
produktivitas lahan dapat diatasi dengan penambahan bahan organik. Sebagai sumber bahan organik digunakan brangkasan jagung. Brangkasan jagung
dengan pupuk kandang akan menghasilkan kompos yang lebih baik. Oleh karena itu introduksi ternak sapi ke ekosistem lahan kering mempunyai efek sinergis
dimana brangkasan jagung dapat dijadikan pakan ternak dan sebagian dengan tambahan pupuk kandang dapat
diolah menjadi kompos. Kompos untuk memperbaiki
soil sickness menjadi tersedia in situ dan sekaligus petani mendapat nilai tambah dari pertambahan populasi ternak maupun daging. Di samping itu
penyerapan tenaga kerja juga meningkat dan distribusi tenaga kerja menjadi lebih merata Matondang dan Rusliyadi, 2009.
9
Sariubang et al. 2003 menyatakan, pada pola integrasi sapi potong-
jagung, pendapatan dapat berasal dari hasil panen jagung pipilan, anak sapi, dan pupuk kandang. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam satu luasan
lahan lebih besar dibanding bila hanya menanam jagung saja. Pola integrasi sapi potongjagung
di Sulawesi
Selatan mampu
memberikan keuntungan
Rp4.797.118 ha musim tanam dengan B C ratio 1,40 Sariubang et al. 2003.
Pembangunan pertanian adalah suatu rangkaian kegiatan untuk meningkatkan pendapatan petani, yakni melalui melalui salah satu program
pendampingan Peningkatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Wulandari, 2010,
diharapkan dapat
menciptakan lapangan
kerja, mengentaskan
kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah Badan Litbang Pertanian, 2004a.
I novasi teknologi pertanian merupakan salah satu cara mempercepat pembangunan pertanian. Oleh karena itu peran penelitian dan pengembangan
Litbang pertanian menjadi penting artinya sebagai salah satu pendukung pembangunan pertanian.
10
I I I . METODOLOGI
3.1. Pendekatan Kerangka Pemikiran