BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan
dari sektor pertanian, hal ini disebabkan karena Indonesia adalah negara agraris. Pada umumnya hasil pertanian sangat mudah mengalami kerusakan dan tidak tahan lama
disimpan, sehingga produksi yang tinggi tidak menjamin kenaikan pendapatan petani. Tidak jarang produksi tersebut rusak sebelum dipasarkan. Disamping mudah
mengalami kerusakan, harganya juga relatif murah karena pemasarannya kebanyakan hanya dalam bentuk bahan baku. Rukmana, R.,1997
Dalam program Gema Pelagung 2006 menyatakan produksi jagung tahun 2004 sebesar 11 juta ton, 2005 sebesar 11,5 juta ton dan 2006 telah mencapai 12 juta
ton. Target produksi telah dicapai maka akan ada kelebihan produksi untuk ekspor. Thailand dan Malaysia merupakan 2 negara tujuan ekspor jagung tersebut. Hal lain
yang mendorong petani menanam jagung adalah jaminan harga yang cukup baik. Melemahnya rupiah terhadap dollar AS menyebabkan harga jagung impor relatif lebih
mahal dibandingkan harga jagung dalam negeri. Akibatnya produksi jagung dalam negeri akan terserap pasar Adisarwanto, T., 1999.
Untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian perlu dilakukan pengolahan untuk memperoleh bahan setengah jadi menjadi bahan jadi. Seperti
jagung, selama ini kebanyakan digunakan sebagai bahan pakan ternak, tepung jagung, emping dan untuk berbagai jenis masakan. Untuk mendapatkan nilai ekonomi jagung
yang lebih tinggi, jagung dapat diolah menjadi sirup glukosa. Sirup glukosa adalah suatu larutan kental termasuk golongan monosakarida
yang diperoleh dari pati dengan cara hidrolisis dengan katalis asam atau katalis enzime, selanjutnya dimurnikan serta dikentalkan. Kirk, R.E.,1949. Keuntungan
hidrolisis dengan katalis asam yaitu dapat menghasilkan derajat konversi pati menjadi
Universitas Sumatera Utara
gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses dengan katalis enzime. Penggunaan katalis enzime tingkat hidrolisisnya terbatas sesuai dengan kemampuan
enzime yang dipergunakan sehingga untuk memperoleh nilai derajat konversi yang lebih tinggi, katalisnya harus digantikan dengan enzym yang sesuai derajat dekstrosa
larutan sampel. Meyer, L.H.,1970 Menurut Ida Bagus 1969, asam yang digunakan dalam proses hidrolisis
adalah asam kuat seperti HCl, H
2
SO
4
. Bila proses hidrolisis menggunakan katalis HCl maka sirup yang dihasilkan dapat dinetralkan dengan larutan soda abu Na
2
CO
3
. Jumlah garam NaCl yang terbentuk relatip kecil dan biasanya dibiarkan dalam larutan
karena tidak mempengaruhi rasa sirup yang dihasilkan. Menurut Stout dan Ryberg 1939, konsentrasi pati yang terbaik adalah 10 sampai 20 larutan pati, untuk
waktu hidrolisis yang baik tidak lebih dari 180 menit. Semakin tinggi konsentrasi pati yang digunakan, semakin singkat waktu yang dipergunakan untuk proses hidrolisis.
Bila hidrolisis terlalu singkat maka pengamatan terhadap hasil yang diperoleh sukar dilakukan.
Pemilihan biji jagung muda sebagai bahan dasar pembuatan sirup glukosa karena biji jagung muda lebih banyak mengandung karbohidrat, vitamin A dan fosfor
yang cukup tinggi dibandingkan biji jagung tua. http:ianrpubs.unl.edufieldcrops. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis berkeinginan untuk melakukan
penelitian yang berjudul : ’’ Pengaruh Lama Hidrolisis dan Konsentrasi Larutan Pati pada Pembuatan Sirup Glukosa dari Biji Jagung Muda secara Hidrolisis Asam ’’.
1.2 Permasalahan