Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia

(1)

LAMPIRAN: DATA METAFORA PENYAKIT

No Data

1 Penyakit ini disebabkan perkembangan jaringan paru-paru yang tidak normal. (Anakku, 2014 hlm 46)

2 ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) adalah penyakit yang menyerang saraf motorik. (Analisa,1 September 2014 hlm 27)

3 Sedangkan pengobatan virus lebih bersifat mendukung hingga tubuh bisa melawan virus tersebut. (Anakku, 2014 hlm 46).

4 Pasalnya setiap musim hujan kita kerap diserang pilek dan masuk angin. (Analisa, 22 September 2014)

5 “Kendalikan pikiran terlebih dahulu, sebab akar penyakit pusatnya ada dipikiran,” Ujar Pak Ricky (Nirmala, 2006 hlm 60).

6 Buah dari penyakit ini menunjukan bahwa 90 persen kematian[...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm 42)

7 Sayangnya, sederetan angka yang mengejutkan itu tidak serta-merta meningkatkan perhatian masyarakat terhadap pertumbuhan pneumonia.( Parents Indonesia, 2014:43 )

8 Selain itu, alasan tidak memadai semakin meningkatkan kerentanan para pengungsi terhadap serangan penyakit pascabanjir. (Anakku, 2014 hlm 48)

9 Demografi pasien, riwayat penyakit, terapi yang pernah dilakukan dicatat untuk mengetahui penyakit yang mengalir dalam tubuh pasien(Medika, 2006 hlm 45).

10 Minyak yang mengandung asam laurat 47-53% telah terbukti ampuh mencegah dan menyembuhkan berbagai luapan penyakit seperti jantung, diabetes mellitus [...]. (Nirmala,September 2006 hlm 79)

11 Tambahan dosis 200 miligram sehari dapat membunuh resiko penyakit jantung hingga 22 persen. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 79).

12 Karena letaknya di rongga perut sangat memungkinkan memupuk penyakit ini tumbuh hingga mencapai ukuran besar [...]. (Ayahbunda, 2014 hlm 68)

13 Satu batang rokok, ataupun menjadi perokok pasif,dapat menjadi bunga penyakit yang mencederai jantung. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 78).

14 Tikus merupakan agen yang menjalankan penyakit Leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran [...]. (Anakku, 2014 hlm 49).

15 Suatu uji diagnotik dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dalam menyingkirkan penyakit. (Medika, Januari 2006 hlm 26).

16 Pengaturan masalah makanan dan minuman ini merupakan suatu persyaratan mutlak, agar kita dapat menghindari penyakit yang berkaitan dengan “salah gizi”[...]. (Analisa, 8 September 2014 hlm 28)


(2)

(Anakku, 2014 hlm 51)

18 Makanan berlebihan merupakan salah satu contoh yang bisa memicu langkah dari penyakit. (Nirmala, 2006 hlm 43).

19 Penggunaan terapi – terapi yang lain secara bersamaan sangat penting untuk membantu mempercepat jalur penyembuhan penyakit. (Nirmala, 2006 hlm 68)

20 Kanker pada anak merupakan guncangan masalah yang kompleks, mengingat tak seperti kanker orang dewasa yang dapat [...]. (Ayahbunda, 2014 hlm 67).

21 Umumnya luapan penyakit ini berkaitan erat dengan sistem kekebalan yang menurun secara abnormal yang mungkin ada sejak lahir. (Ayahbunda, 2014 hlm 68).

22 Bila tidak dibakar, kadar trigliserida akan melonjak, yang pada akhirnya akan meningkatkan resiko diterpa penyakit jantung. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 78).

23 Terus-menerus menghirup udara kotor dapat memicu membangkitkan berbagai penyakit serius menyangkut pernapasan dan paru-paru. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 93).

24 Mama takut akan adanya getaran penyakit pada si buah hati dengan sigap mama memberi Arwa susu pormula soya. (Anakku, 2014 hlm 3).

25 [...] dengan vaksinasi akan mendorong jauh penyakit-penyakit berbahaya yang mencoba masuk ke dalam tubuh anak. (Parents Indonesia, 2014 hlm 57).

26 [...] kecuali rasa sakit disertai muntah, diare berdarah, atau gejala lain yang bisa menunjukkan alergi makanan atau dipenuhi penyakit inflamasi usus. (Parents Indonesia, 2014 hlm 53).

27 [...] vaksin konbinasi dapat memberikan perlindungan efektif atas sejumlah penyakit yang larut dalam tubuh, serta dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi secara tepat waktu. (Parents Indonesia, 2014 hlm 56).

28 Cara tersebut akan membahas tidak hanya berbagai curahan penyakit yang sering dialami oleh para lanjut usia,[...]. (Nirmala, 2006 hlm 14)

29 Beberapa penyakit yang ikut membakar tubuh penderita, apabila terjangkit tetanus dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsangan, [...]. (Anakku 2014 hlm 52). 30 Kondisi dari kelompok penyakit yang serasa membara dalam tubuh seperti tekanan

darah tinggi, kelebihan lemak abdominal, peningkatan gula darah, [...]. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 77).

31 Vaksin rotavirus perlahan-lahan akan membuat penyakit padam dan dalam rentang waktu tersebut sangat beralasan mengingat [...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm 40) 32 Sang ibu akan merasakan pahitnya penyakit yang ditumbuhkan kafein karena telah

melintasi plasenta hingga akhirnya mencapai janin, [...]. (Ayahbunda 2014 hlm 33). 33 Penderita akan menerima kenyataan pahit tentang penyakit jantung yang dapat

diturunkan dari pihak ayah dan ibu [...]. (Women’s Health Indonesia 2014 hlm 77). 34 Banyak aturan yang perlu diperhatikan dalam proses mengangkat penyakit serta


(3)

35 Pertolongan pertama untuk menghancurkan penyakit adalah segera ganti cairan tubuh yang hilang dengan mengkonsumsi [...] (Anakku 2014 hlm 14).

36 Saat hamil saya sering mengalami penyakit yang serasa menusuk punggung. (Ayahbunda, 2014 hlm 27).

37 Obat yang menjadi sahabat saya dalam kondisi demikian adalah cedocard untuk meredam penyakit yang menyayat pada jantung.(Nirmala, 2006 hlm 60).

38 Hasilnya sungguh menghawatirkan, wanita sangat meremehkan ancaman penyakit jantung yang dapat merasuk ke dalam tubuh. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 76)

39 Berhati-hatilah pada kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat menyusup akibat pasa banjir [...]. (Anakku 2014 hlm 39).

40 [...] melindungi si kecil dari alergi, infeksi serta penyakit kuning yang menyerang tubuh anak, papar dr. Igan Partiwi, SpA., Mars. (Ayahbunda, 2014 hlm 95).

41 [...] anak sebaiknya tidak dibiarka menahan penyakit dan tidak meminum obat anti muntah, karena dapat membuat gejala lainnya timbul. (Anakku, 2014 hlm 54).

42 [...] wanita meninggal akibat penyakit jantung, terkadang ancaman penyakit yang seringkali diam-diam bisa muncul di usia remaja. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 76).

43 Untuk menghindari tumbuhnya penyakit lain, selanjutnya akan dirancang vaksin polio suntikan dengan kandungan [...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm 41).

44 Akar dari adanya penyakit jantung dan stroke sering dihubungkan pada tumpukan lemak di atas pinggang yang tidak mudah dilenyapkan. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 65).

45 Kami berterima kasih karena banyak tip dan resep – resep untuk mengatasi perjalanan penyakit kanker payudara. (Nirmala, 2006 hlm 21).

46 Akibatnya, berbagai penyakit tidak berhenti menggerogoti organ – organ tubuh saya. (Nirmala, 2006 hlm 58).

47 Teman – teman Ibu Ati selalu mengatakan bahwa hidupnya terguncang penyakit maag. (Analisa,September 2014 hlm 28).

48 Penderita hepatitis B mungkin tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan dapat menularkan penyakit yang dapat menerpa bayi tanpa menyadarinya. (Parents Indonesia, 2014 hlm 41).

49 namun, 2-10 persen dari anak – anak tenggelam dalam penyakit gastroesophageal reflux (GERD), yakni makanan atau asam yang...(Parents Indonesia, 2014 hlm 53). 50 [...] percaya diri dan serasa pelatihan ini telah mengangkat penyakit saya, sehingga

saya sembuh. (Nirmala 2006 hlm 61).

51 Makanan yang dapat membangkitkan penyakit gula tinggi juga sebaiknya dihindari karena menyebabkan [...]. (Nirmala 2006 hlm 63).

52 “Penyakit saya seakan – akan meluap di dalam tubuh, dan serasa diam-diam menggerogoti organ-organ saya”. (Nirmala, 2006 hlm 61)


(4)

53 Osteoartritis atau radang sendi merupakan salah satu penyakit yang banyak memenuhi tubuh orang di seluruh dunia. (Nirmala, 2006 hlm 72).

54 [...] sumber karbohidrat kompleks dapat membantu membakar habis penyakit-penyakit yang mencoba masuk ke dalam tubuh. (Nirmala, 2006 hlm 23).

55 Sistem imun dapat mengurangi penyakit yang sempat menyala di dalam tubuh dan melindungi tubuh dari hal-hal yang berbahaya [...]. (Nirmala, 2006 hlm 32).

56 [...] penyebab kematian tertinggi di Indonesia hal ini bagi wanita terasa pahit menerima kenyataan penyakit ini, sebab seringkali gejala serangan jantung tidak spesifik. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 76).

57 Dua penyakit pencernaan yang tidak enak didengar oleh penderita, Crohn dan ulcerative colitis (UC) dikenal sebagai penyakit-penyakit [...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm 55).

58 [...] 40 persen wanita masih jarang memeberikan perhatian terhadap beratnya penyakit jantung apabila mengenai tubuh mereka. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm 76). 59 [...] untuk membersihkan penyakit-penyakit dan menghindari infeksi usus pada anak.

(Anakku 2014 hlm 50).

60 Serangan kanker payudara lebih sering ditemukan ppada kelompok pengguna hormon [...] (Medical Update, 2008 hlm 38).


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Palmer, F.R. 1976. Semantics: A New Outline. Cambrige: Cambrige University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Astuti, Kabul . 2011. “Metafora Konseptual”. [Dikutip 23 Juni 2014]

Tersedia dari: http://www. wordpress.com/tag/metafora-konseptual/.

Rajeg, I Made.2009. “Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan: Metaphoric and Metonymic Conceptualisation of Love in Indonesia”. [Dikutip 4 Mei 2014]

Tersedia dari: https://www.google.co.id/url? 2F042-I-Made-Rajeg-Univ.-Udayana-Cintanya-Bertepuk-Sebelah-Tangan-69620078.pdf.

Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. 2010a. “Metafora Emosi dalam Bahasa Indonesia”. Makalah pada the 5th International Seminar On Austronesia Language and Literature, Udayana, Denpasar, 19-20 Juli”. Mulyadi. 2010b. “Dari Gerakan ke Emosi: Perspektif Linguistik Kognitif”. Logat, 1:17-24. Siregar, Rumnasari. 2013. Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola. (Tesis) Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Silalahi, Roswita. 2005. “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”.

Verspoor, Cornelia M. “What are the Characteristic of Emotional Metaphors?” [dikutip 19 Agustus 2015] Tersedia dari: http://public.lanl.gov/pubs/rice/met-thesis.pdf.

Alwi, Hasan. 2004. Pembinaan Bahasa dalam Konteks Otonomi Daerah.[dikutip 31 Agustus 2015] Tersedia dari:

Alwi, Hasan dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Blai Pustaka.

Schendl, Herbert. 2001. Historical Linguistics.[dikutip 31 Agustus 2015] Tersedia dari:

Siregar, Bahren Umar. 2010. “Emosi dan Kebudayaan dalam Metafora” .[dikutip 31 Agustus 2015] Tersedia dari:

http://lib.balaibahasa.org/v2/catalog/index.php?p=show_detail&id=12440

Wahab, Abdul. 1998. Isu linguistik: pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press.


(6)

Wikipedia Indonesia. 20 September 2015].


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Data penelitian berupa bentuk-bentuk verbal bahasa, yaitu tuturan tentang metafora penyakit dalam bahasa Indonesia.

Seluruh data dikumpulkan dengan metode simak (Sudaryanto, 1993:133), yaitu menyimak penggunaan bahasa dalam surat kabar atau majalah. Digunakan juga metode intuisi sebagai penyedia data. Teknik yang digunakan adalah teknik catat, yaitu mencatat pemakaian bahasa tentang metafora penyakit yang dilanjutkan dengan pengklasifikasian. Jadi, kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu transkripsi data dan klasifikasi data. Model pengumpulan data diilustrasikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi Data

Makna Contoh

TANAMAN

“Kendalikan pikiran terlebih dahulu, sebab akar penyakit pusatnya ada dipikiran,” Ujar Pak Ricky (Nirmala, 2006 hlm.60).

Buah dari penyakit ini menunjukan bahwa 90 persen kematian[...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm.42)

Sayangnya, sederetan angka yang mengejutkan itu tidak serta-merta meningkatkan perhatian masyarakat terhadap pertumbuhan pneumonia.( Parents Indonesia, 2014 hlm.43 ) MUSUH

Suatu uji diagnotik dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dalam menyingkirkan penyakit. (Medika, Januari 2006 hlm.26).

Pengaturan masalah makanan dan minuman ini merupakan suatu persyaratan mutlak, agar kita dapat menghindari penyakit yang berkaitan dengan “salah gizi”[...]. (Analisa, 8 September 2014 hlm.28)

Selain itu, alasan tidak memadai semakin meningkatkan kerentanan para pengungsi terhadap serangan penyakit


(8)

pascabanjir. (Anakku, 2014 hlm.48) DAYA

Demografi pasien, riwayat penyakit, terapi yang pernah dilakukan dicatat untuk mengetahui penyakit yang mengalir dalam tubuh pasien(Medika, 2006 hlm. 45).

Minyak yang mengandung asam laurat 47-53% telah terbukti ampuh mencegah dan menyembuhkan berbagai luapan penyakit seperti jantung, diabetes mellitus [...]. (Nirmala,September 2006 hlm.79)

Pada contoh di atas, metafora PENYAKIT sebagai TANAMAN diekspresikan oleh kata akar penyakit, buah dari penyakit, dan pertumbuhan pneumonia. Ada relasi semantis yang terdapat pada ketiga kata tersebut dengan konsep “tanaman”. Dalam kehidupan sehari-hari tanaman memiliki “akar” yang menjadi dasar pada tanaman, jika dirawat dengan baik tanaman akan menunjukkan “pertumbuhan” dan kemudian akan menghasilkan “buah”. Begitu juga dengan penyakit. Apabila penyakit tidak diobati maka akan tinggal dan “berakar” pada tubuh manusia, dan bila didiamkan akan terus “bertumbuh” dalam tubuh sehingga mengakibatkan kematian yang merupakan “buah” dari penyakit tersebut. Begitu juga penyakit, apabila penyakit tersebut tidak diobati maka akan tinggal dan “berakar” pada tubuh manusia, dan bila didiamkan akan terus “bertumbuh” dalam tubuh sehingga mengakibatkan kematian yang merupakan “buah” dari penyakit tersebut.

Untuk contoh selanjutnya metafora PENYAKIT sebagai MUSUH. Hal tersebut diekspresikan dari kata menyingkirkan penyakit pada kalimat, menghindari penyakit, , dan serangan penyakit. Dari pengalaman sehari-hari, konsep “musuh” selalu diartikan dengan konflik dengan orang lain. Biasanya ada dua pihak yang saling beradu kekuatan baik dari fisik maupun mental. Hal ini terjadi demi pencapaian atau kepuasan tersendiri pada masing-masing pihak. Persaingan mereka dapat berupa “menyingkirkan” musuhya, “menghindari” serangan


(9)

musuhnya, serta dapat melakukan “serangan” terhadap musuhnya. Sama halnya dengan penyakit, apabila kita tidak menjaga kesehatan kita dapat terkena “serangan” penyakit, namun kita dapat “menyingkirkan” penyakit dengan cara segera mengobatinya, kita juga dapat “menghindari” penyakit dengan selalu menjaga kesehatan.

Pada MPBI dihasilkan metafora PENYAKIT sebagai DAYA dalam bahasa Indonesia mempunyai subkategori, yakin PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI diekspresikan oleh kata penyakit yang mengalir pada kalimat, dan luapan penyakit. Ada relasi semantis yang terdapat pada kedua kata tersebut dengan konsep “cairan”. Dalam kehidupan sehari-hari cairan dapat” mengalir” dari suatu tempat menuju tempat lainnya, dan apabila volume cairan terlalu besar akan menimbulkan “luapan” sebagai akibatnya. Bila dikaitkan dengan penyakit, penyakit juga dapat” mengalir yaitu merasuki tubuh kita, dan jika penyakit tersebut terlambat untuk ditangani, maka penyakit tersebut akan bertambah parah dengan” luapan” yang mengenai bagian tubuh lainnya.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan metode padan dan juga metode agih. Alat penentu dalam metode padan adalah unsur bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik analisis yang digunakan ialah teknik hubung banding sama dan teknik ganti untuk menguji perilaku fungsi direktif di dalam kalimat, teknik sisip, dan beberapa teknik agih lainnya yang disesuaikan dengan data yang dikaji.

Metode ini bekerja untuk membandingkan suatu peristiwa konkret pada ranah sumber dan kaitan metafora penyakit pada ranah sasaran sesuai dengan kesamaan sifat referensialnya. (5a) Tambahan dosis 200 miligram sehari dapat membunuh resiko penyakit jantung hingga 22 persen. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.79).


(10)

Pada contoh (5a) kata membunuh dianalisis dengan beberapa teknik seperti teknik hubung banding sama (5b). Pada kalimat (5a) kata membunuh resiko penyakit jantung dimasukkan pada ranah sumber dan proses penyembuhan penyakit dimasukkan pada ranah sasaran. Untuk menetapkan kategorisasi metafora pada (5a) diidentifikasi ranah pengalaman dasar pada ranah sumber.

Sumber: membunuh MUSUH Sasaran: penyakit PENYAKIT

Dalam hal ini, metafora membunuh ditempatkan pada kalimat lainnya dalam konteks nonmetaforis, seperti kalimat (5b). Pada contoh tersebut tampak bahwa membunuh mempunyai relasi semantis dengan membunuh musuhnya.. Pada kalimat (5a) yang dikonseptualisasikan sebagai MUSUH. Artinya, konsep “metafora penyakit” dipahami dari konsep “musuh”. Dengan demikian, kategorisasi metafora pada (5a) ialah PENYAKIT sebagai MUSUH.

Pemetaan ranah-ranah pengalaman dasar dan penyakit pada Metafora kata Penyakit dalam Bahasa Indonesia dianalisis dengan teknik hubung banding sama. Dalam pemetaan ini, dua entitas yang dipetakan pada dua ranah kognitif yang berbeda ditandai oleh perangkat persamaan atau penyesuaiannya. Contohnya, metafora konseptual PENYAKIT sebagai TANAMAN merupakan perwakilan dari kalimat berikut ini.

(6) Karena letaknya di rongga perut sangat memungkinkan memupuk penyakit ini tumbuh hingga mencapai ukuran besar [...]. (Ayahbunda, 2014 hlm.68)

(7) Satu batang rokok, ataupun menjadi perokok pasif,dapat menjadi bunga penyakit yang mencederai jantung. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.78).

Berangkat dari dua contoh tersebut, penempatan kata penyakit pada kalimat (6) dipersepsikan sebagai konsep “tanaman”. Konsep “tanaman” ditekankan pada kata memupuk sedangkan pada kalimat (7) konsep tanaman ditunjukkan dengan jelas pada katabunga. Kedua


(11)

kalimat tersebut memiliki suatu kumpulan makna yang sama yaitu, PENYAKIT sebagai TANAMAN.

Tabel 3.2 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai TANAMAN RANAH SUMBER

TANAMAN

RANAH SASARAN PENYAKIT ruang fisik tubuh pengalam

tanaman pada ruang Penyakit bibit tanaman bibit penyakit pemupukan tanaman kemajuan penyakit buah tanaman Hasil dari penyakit

Pada tabel diatas, elemen semantis tertentu dari ranah Tanaman berhubungan dengan elemen semantis tertentu dari ranah PENYAKIT. Dalam pemetaannya, tidak semua elemen semantis menggambarkan korelasi di antara kedua konsep tersebut harus dibandingkan. Penetapan atau pemilihan semantisnya dibatasi pada aspek-aspek tertentu yang dianggap berperan dalam metafora, baik melalui ranah sumber ataupun melalui ranah sasaran.

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisi Data

Hasil analisis disajikan dengan metode informal dan formal. Metode penyajian informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan teknik yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut, yaitu penggunaan kata-kata dan tanda-tanda atau lambang (Sudaryanto, 1993: 145).

Dalam penyajian ini, kaidah-kaidah disampaikan dengan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Kaidah itu berupa prinsip-prinsip kesinambungan wacana yang terdapat dalam wacana berita baik berupa surat kabar, maupun majalah.


(12)

BAB IV

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

4.1 Pengantar

Pada bagian ini akan membahas tentang data yang menyangkut kategorisasi semantis dan makna dari metafora dalam bahasa Indonesia yang terdapat pada majalah dan koran. Analisis tentang kategorisasi semantis dalam bahasa Indonesia dilihat dari data yang memiliki konsep metafora yang sama antara ranah sumber dan ranah sasaran yang memiliki kesamaan ciri semantis atau hubungan.

Peneliti akan menentukan penggolongan atau pengkategorisasian maupun subkategorisasi metaforanya sesuai dengan pemahaman peneliti terhadap metafora penyakit dalam bahasa Indonesia. Kesamaan ciri semantis dimiliki antara ranah sumber dan ranah sasaran tersebut akan dijabarkan dalam bentuk pemetaan untuk menunjukan makna yang menyatakan bahwa dasar semantis yang digunakan untuk menganalisis pemetaan berguna untuk menunjukan makna dari metaforanya. Dalam hal ini, verdasarkan pendapat Siregar (2013:55) yang menyatakan bahwa dasar semantis yang digunakan untuk menganalisis pemetaan itu mengacu pada skema-citra, yakni tingkat struktur kognitif yang mendasari metafora dan menghubungkan pengalaman tubuh ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa.


(13)

4.2 Kategorisasi Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia 4.2.1 PENYAKIT sebagai PERJALANAN

Dalam bahasa Indonesia, salah satu konseptualisasi PENYAKIT berhubungan dengan konsep PERJALANAN. Dalam menyampaikan maksud pada sebuah metafora yang mengandung makna PENYAKIT digambarkan melalui konsep PERJALANAN. Konsep dari kedua ranah itu bertujuan untuk menemukan kasamaan atau adanya hubungan dari kedua elemen yang diacu. Berikut ini adalah contoh dari metafora PENYAKIT sebagai PERJALANAN dalam bahasa Indonesia.

(8) Tikus merupakan agen yang menjalankan penyakit Leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran [...]. (Anakku, 2014 hlm.49).

(9) Penyebaran jalannya penyakit melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. (Anakku, 2014 hlm.51).

(10) Makanan berlebihan merupakan salah satu contoh yang bisa memicu langkah dari penyakit. (Nirmala, 2006 hlm.43).

(11) Penggunaan terapi – terapi yang lain secara bersamaan sangat penting untuk membantu mempercepat jalur penyembuhan penyakit. (Nirmala, 2006 hlm.68) .

Dari beberapa contoh di atas, ditunjukkan bahwa konsep PENYAKIT mempunyai kesamaan ciri semantis ataupun hubungan pada konsep PERJALANAN. Ada kesamaan ciri semantis pada ranah pengalam PENYAKIT dengan ciri semantis pada ranah pengalam PERJALANAN. Kata menjalankan pada contoh (8), jalannya pada contoh (9), langkah pada contoh (10), dan jalur (harfiah ‘jalan’) pada contoh (11), merupakan beberapa macam leksikal yang dianggap mampu untuk mengonseptualisasikan ke ranah PERJALANAN.

Ada kalanya dalam menempuh suatu perjalanan, terkadang kita mengalami berbbagai macam hambatan, seperti macet, kecelakaan lalu lints, razia, kehabisan bahan bakar, dan


(14)

sebagainya. Beberapa hambatan tersebut membuat orang gagal sampai kepada tujuannya. Sama halnya dengan orang yang divonis mengidap suatu penyakit mungkin saja berakhir dengan kematian. Terhadap orang yang mengidap penyakit tersebut, ada yang menjalani proses penyembuhan, menoba untuk menyembuhkan penyakit atau orang tersebut bisa sama sekali tidak dapat diobati sehingga berujung dengan kematian.

Ciri semantis pada ranah PENYAKIT dengan ciri semantis pada ranah PERJALANAN atau ranah sasaran yang disajikan pada ranah sumber meliputi elemen tentang “arah” (mis. menjalankan), “tujuan” (mis. melangkah atau langkah), dan “kemajuan” (mis. jalur –jalur yang tepat atau salah ).

4.2.2 PENYAKIT sebagai DAYA

Adapun pengertian daya dalam Siregar (2013) meliputi daya fisik, daya alami, dan daya psikologi, namun dalam kajian ini hanya mencantumkan daya alami dan daya fisik. Oleh sebab itu, metafora konseptual PENYAKIT sebagai DAYA dibagi atas dua subkategori, yakni (1) PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan (2) PENYAKIT sebagai DAYA FISIK.

4.2.2.1 Subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI

Pada bagian ini, metafora konseptual PENYAKIT sebagai DAYA dalam bahasa Indonesia memiliki subkategori, yakni PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI. Konseptualisasi penyakit adalah sebagai daya alami, seperti banjir, badai, topan, atau angin kencang. Dalam Rajeg (2009:8), berpendapat bahwa citra daya alami umumnya hadir pada konseptualisasi emosi yang “kuat”. Dalam hal ini, penyakit dipahami sebagai pelaku alamiah yang mengerahkan dayanya kepada orang-orang yang menderita penyakit. Sebagai contoh, orang yang sedang mengidap


(15)

penyakit diibaratkan seperti orang yang terguncang (dalam gempa), seperti pada (12). Pada contoh selanjutnya (13) pada kata diterpa (dalam banjir/badai).

Terkadang dalam menjalani ,kehidupan ini tidak selalu berjalan mulus atau lancar. Kesehatan kita kadang-kadang mengalami gangguan atau guncangan. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya; antara lain munculnya biang-biang penyakit yang bisa kapan saja merasuki tubuh kita dan kurangnya perhatian kita dalam menjaga kesehatan diri kita sendiri. Pada metafora penyakit bahasa Indonesia kata ‘guncangan’, ‘luapan’, dan ‘diterpa’ yang tampak pada contoh berikut.

(12) Kanker pada anak merupakan guncangan masalah yang kompleks, mengingat tak seperti kanker orang dewasa yang dapat [...]. (Ayahbunda, 2014 hlm.67).

(13) Umumnya luapan penyakit ini berkaitan erat dengan sistem kekebalan yang menurun secara abnormal yang mungkin ada sejak lahir. (Ayahbunda, 2014 hlm.68).

(14) Bila tidak dibakar, kadar trigliserida akan melonjak, yang pada akhirnya akan meningkatkan resiko diterpa penyakit jantung. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.78).

Pada contoh di atas, konsep PENYAKIT dipahami sebagai pelaku alami yang terlihat dari pelaku DAYA ALAMI (mis badai, topan, angin, banjir). Dalam hal ini, pengalam sakit disebabkan oleh suatu penyakit yang dideritanya. Pengalam tersebut tidak mampu untuk menahan sakit yang dihadapinya maka diibaratkan seperti bencana yang tidak dapat dibendung. Pada contoh di atas terdapat beberapa kata seperti guncangan pada (12), luapan (13), dan kata diterpa (14) yang mempunyai kemampuan dalam mengungkapkan metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia.


(16)

Ranah bentuk lain yang termasuk ke dalam daya fisik ialah fenomena fisik, daya tarik tubuh, kontak fisik yang kasar di antara tubuh, dan sejenisnya (Rajeg, 2009:9). Lakoff dan johnson (dalam Siregar, 2013:61) menjelaskan bahwa daya elektromaknetik dan daya gravitasional merupakan daya fisik secara metaforis untuk memahami makna cinta (dalam kajian ini makna penyakit).

Hal tersebut dicantumkan sebagai daya fisik pada ranah PENYAKIT meliputi faktor internal yaitu perubahan secara mekanis terjadi dalam tubuh, dan faktor eksternal yaitu perubahan secara mekanis terjadi di luar tubuh. Hal tersebut tampak pada contoh berikut.

(15) Terus-menerus menghirup udara kotor dapat memicu membangkitkan berbagai penyakit serius menyangkut pernapasan dan paru-paru. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.93).

(16) Mama takut akan adanya getaran penyakit pada si buah hati dengan sigap mama memberi Arwa susu pormula soya. (Anakku, 2014 hlm.3).

(17) [...] dengan vaksinasi akan mendorong jauh penyakit-penyakit berbahaya yang mencoba masuk ke dalam tubuh anak. (Parents Indonesia, 2014 hlm.57).

Terlihat pada contoh di atas metafora penyakit dalam bahasa Indonesia, PENYAKIT sebagai DAYA FISIK diacu pada kata ‘membangkitkan’, pada (16), kata ‘getaran’ pada (17), dan kata ‘mendorong’ pada (18). Dengan contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penyakit bertalian dengan getaran di dalam tubuh atau keterpikatan terkait dengan kegiatan yang terjadi di dalm tubuh.

PENYAKIT sebagai DAYA FISIK difokuskan pada semantis “penyebab →penyakit”. Pada satu sisi, penyebab yang berupa entitas atau peristiwa memiliki suatu daya eksternal untuk memengaruhi pengalam. Pada sisi lain, penyakit dengan daya internalnya pada tingkatan tertentu dapat menggoyahkan seseorang dan hal ini disangkutkan dengan daya fisik secara metaforis.


(17)

4.2.3 PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH

Pada kehidupan sehari – hari, kita sering menjumpai kata yang dipahami sebagai suatu zat cair dalam wadah dan tubuh manusia dijadikan sebagai wadahnya. Dalam hal ini, PENYAKIT terletak dalam tubuh manusia ataupun ada dalam hati manusia. Citra wadah dibatasi sesuai dengan dimensi “dalam-luar” pada tubuh manusia. Dalam hal ini, penyakit terletak di dalam tubuh manusia.

Tubuh manusia dijadikan sebagai keadaan dari makna PENYAKIT atau ungkapan yang menghubungkan dengan konsep WADAH. Kategori metafora PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH merupakan suatu kategorisasi dasar yang terdapat juga pada emosi marah, cinta, gembira, takut (Siregar, 2013:56). Dalam hal ini, kosep PENYAKIT dipahami sebagai ranah sasaran dan konsep CAIRAN DALAM WADAH dipahami sebagai ranah sumber.

Berikut ini merupakan contoh dari metafora PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH dalam bahassa Indonesia.

(19) [...] kecuali rasa sakit disertai muntah, diare berdarah, atau gejala lain yang bisa menunjukkan alergi makanan atau dipenuhi penyakit inflamasi usus. (Parents Indonesia, 2014 hlm.53).

(20) [...] vaksin konbinasi dapat memberikan perlindungan efektif atas sejumlah penyakit yang larut dalam tubuh, serta dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi secara tepat waktu. (Parents Indonesia, 2014 hlm.56).

(21) Cara tersebut akan membahas tidak hanya berbagai curahan penyakit yang sering dialami oleh para lanjut usia,[...]. (Nirmala, 2006 hlm.14).

Dalam kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH, terlihat bahwa tubuh manusia yang dijadikan sebagai wadah. Makna dari konsep PENYAKIT digambarkan adanya keadaan suatu zat cair dalam wadah. Konsep PENYAKIT dalam wadah dinyatakan dengan kata


(18)

pada contoh (19) dipenuhi (harfiah ‘penuh’), pada contoh (20) kata larut (harfiah ‘menjadi cair, luluh’), pada contoh (21) kata curahan (harfiah ‘mengenai’).

Untuk memahami makna, tidak selamanya dapat dipahami berdasarkan makna yang diacu secara harfiah, karena dalam konteks metafora dapat dipahami dari makna metaforisnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Saed (dalam Mulyadi, 2010:17), yang menyatakan bahwa “Tidak heran apabila batas antara makna harfiah dan makna metaforis atau makna figuratif, acapkali sukar dibedakan dengan jelas, sebab ekspresi metaforis dapat dipengaruhi makna harfiah kata – kata.”

Beberapa kata yang diacu mempunyai kemampuan dalam mengonseptualisasikan dan menggambarkan bagaimana perasaan seseorang yang sedang mengalami sakit (pengalam) dihubungkan dengan keadaan zat cair dalam sebuah wadah. Mengambil contoh zat cair pada sebuah wadah yang telah menempati titik tertinggi (misalnya air dalam gelas dan terisi penuh (19)), akibatnya akan tumpah. Hal tersebut terlihat juga pada contoh (20), (21), yang dihubungkan dengan metafora penyakit dalam diri manusia.

4.2.3.1 Subkategori PENYAKIT sebagai API

Metafora PENYAKIT sebagai AIRAN DALAM WADAH mempunyai subkategori yaitu metafora PENYAKIT sebagai API. Subkategori metafora tersebut berfokus pada fungsi API pada WADAH. Metafora PENYAKIT sebagai API membahas pengaruh penyakit dalam tubuh pengalam. Berikut ini, ekspresi metaforis PENYAKIT sebagai API dalam bahasa Indonesia.

(22) Beberapa penyakit yang ikut membakar tubuh penderita, apabila terjangkit tetanus dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsangan, [...]. (Anakku 2014 hlm.52).


(19)

(23) Kondisi dari kelompok penyakit yang serasa membara dalam tubuh seperti tekanan darah tinggi, kelebihan lemak abdominal, peningkatan gula darah, [...]. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.77).

(24) Vaksin rotavirus perlahan-lahan akan membuat penyakit padam dan dalam rentang waktu tersebut sangat beralasan mengingat [...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm.40).

Pada contoh di atas, subkategori PENYAKIT sebagai API, menunjukkan fungsi API dalam suatu WADAH. Adapun tipe metafora ini menghasilkan api, sebab api dapat ‘membakar’ pada (22), keadaan api juga dapat bersifat seperti ‘membara’ pada (23). Sesuatu seperti cahaya yang dapat bersinar dan ’padam’(mati), seperti pada contoh (24). Semua verba yang diacu mengungkapkan fungsi API.

Dalam pengalaman sehari-hari, api dapat membara atau membakar sesuatu (termasuk cairan) dalam wadah, sejalan dengan penyakit pada tubuh manusia. Penyakit yang membakar tubuh manusia secara harfiah bermakna bahwa penyakit tersebut ada dalam tubuh manusia. Sebaliknya, api juga dapat padam dan redup, sehingga kondisi ini sejalan dengan kesembuhan yang dialami penderita penyakit tersebut.

4.2.4 PENYAKIT sebagai MAKANAN

Pada bagian ini, konseptualisasi PENYAKIT dihubungkan dengan konsep MAKANAN. Untuk menyampaikan maksud dalam metafora yang mengandung makna PENYAKIT dijelaskan melalui konsep yang ada pada MAKANAN. Adapun konsep kedua ranah tersebut ditemukan kesamaan atau adanya hubungan antara kedua elemen yang diacu. Metafora PENYAKIT sebagai MAKANAN dalam bahasa Indonesia diuraikan sebagai berikut.

(25) Sang ibu akan merasakan pahitnya penyakit yang ditumbuhkan kafein karena telah melintasi plasenta hingga akhirnya mencapai janin, [...]. (Ayahbunda 2014 hlm.33).


(20)

(26) Penderita akan menerima kenyataan pahit tentang penyakit jantung yang dapat diturunkan dari pihak ayah dan ibu [...]. (Women’s Health Indonesia 2014 hlm.77).

Pada contoh di atas, dapat dilihat bahwa konsep PENYAKIT memiliki adanya kesamaan ciri semantis ataupun kesesuaian pada konsep MAKANAN. Pada (25) dan (26) merupakan leksikal yang dapat mewakili konseptualisasi ke dalam ranah MAKANAN. Oleh karena itu, rasa yang terdapat pada makanan dapat dihubungkan terhadap PENYAKIT yang diderita seseorang.

4.2.5 PENYAKIT sebagai BENDA

Kajian pada bagian ini adalah konsep PENYAKIT sebagai BENDA. Berdasarkan Siregar (2013:75), metafora BENDA berdasarkan logika didasarkan pada logika sebagai berikut. Sebuah benda, bagaimanapun bentuk dan fungsinya, dapat dimanfaat;kan atau dibuang.

Melalui penglihatan, seseorang dapat mengetahui mana benda yang bermanfaat dan mana yang tidak. Benda yang bermanfaat akan dijaga atau dirawat dengan baik, sedangkan benda yang tidak berguna tidak akan disimpan atau dibuang. Benda yang tidak dirawat dengan baik perlahan-lahan akan rusak. Dalam keadaan ini tentunya sangat merugikan. Apabila penyakit yang dialami ole pengalam semakin parah, pengalam akan mengalami keadaan yang sangat gawat seperti menimbulkan kematian.

Adanya keadaan sebuah benda dihubungkan dengan kondisi PENYAKIT yang dialami seseorang. Antara konsep PENYAKIT dan konsep BENDA, ditemukan kesamaan atau saling berhubungan pada setiap makna yang diacu. Adapun konsep PENYAKIT termasuk kepada ranah sasaran dan konsep BENDA termasuk kepada ranah sumber. Berikut ini beberapa contoh metafora PENYAKIT sebagai BENDA dalam bahasa Indonesia.

(27) Banyak aturan yang perlu diperhatikan dalam proses mengangkat penyakit serta proses pengeluaran raun tubuh berjalan efektif [...]. (Nirmala 2006 hlm.93).


(21)

(28) Pertolongan pertama untuk menghancurkan penyakit adalah segera ganti cairan tubuh yang hilang dengan mengkonsumsi [...] (Anakku 2014 hlm.14).

Berdasarkan contoh diatas, terlihat elemen yang mengacu pada makna PENYAKIT yang terdapat pada metaforanya memiliki hubungan dengan konsep BENDA. Adapun elemen yang dimaksud terlihat pada kata ‘mengangkat’ contoh (27), dan kata ‘menghancurkan’ pada contoh (28). Dalam elemen-elemen pada contoh mempunyai kemampuan untuk mengonsepkan PENYAKIT terhadap konsep BENDA.

Metafora PENYAKIT sebagai BENDA dimasukkan sebagai metafora secara umum. Dalam kajian ini metafora konseptual memiki dua subkategori, yaitu PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Adapun penafsiran tentang subkategori tersebut didasarkan pada kesamaan acuan yang terjalin antara “benda tajam”. Subkategori dari metafora PENYAKIT sebagai BENDA akan diuraikan pada bagian selanjutnya dibawah ini.

4.2.5.1 Subkategori PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM

Adapun subkategori PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM akan diuraikan di bawah ini.

(29) Saat hamil saya sering mengalami penyakit yang serasa menusuk punggung. (Ayahbunda, 2014 hlm.27).

(30) Obat yang menjadi sahabat saya dalam kondisi demikian adalah cedocard untuk meredam penyakit yang menyayat pada jantung.(Nirmala, 2006 hlm.60).

Pada kedua kalimat di atas, kata ‘menusuk’ pada (29) dengan kata ‘menyayat’ pada (30) memiliki kesamaan ciri dengan BENDA TAJAM. Benda tajam dapat menusuk dan menyayat, serupa halnya dengan PENYAKIT yang dapat menusuk dan juga menyayat di dalam tubuh yang terjangkit penyakit tersebut.


(22)

4.2.5. PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI

Menurut Siregar (2013:76), metafora OBJEK TERSEMBUNYI menyiratkan suatu entitas abstrak. Diperlukan kemampuan berfikir abstrak dan kemampuan membuat pilihan terhadap ekspresi bahasa yang tepat untuk memahami tipe metafora ini. Dalam hal PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI, citra “objek tersembunyi” pada metafora penyakit dihasilkan interpretasi bahwa gagasan kendali dikuasai oleh entitas yang berhubungan dengan penyakit. Berikut disajikan contoh PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI.

(31) Hasilnya sungguh menghawatirkan, wanita sangat meremehkan ancaman penyakit jantung yang dapat merasuk ke dalam tubuh. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.76)

(32) Berhati-hatilah pada kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat menyusup akibat pasa banjir [...]. (Anakku 2014 hlm.39).

Pada contoh di atas, terlihatlah bahwa metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia berhubungan dengan sifat suatu OBJEK TERSEMBUNYI. Berdasarkan contoh di atas, kata ‘merasuk’ pada (31), dan kata ‘menyusup’ pada (32) terlihat jelas bahwa kata tersebut memiliki kemampuan dalam memaknai metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia.

4.2.6 PENYAKIT sebagai MUSUH

Pengertian yang umumnya dipahami tentang konsep musuh adalah terkadang adanya pertarungan antarfisik dalam mencapai sesuatu. Orang yang berada dalam keadaan bermusuhan akan berusaha untuk mendapatkan apapun yang menjadi keinginannya. Lazimnya ada dua pihak yang saling mempertarungkan kekuatan untuk merebut sesuatu yang diinginkan dari musuh.

Metafora PENYAKIT sebagai MUSUH mendasari kolerasi sistematis dengan pengalaman penderita penyakit. Dalam bahasa Indonesia, objek penyakit diperlakukan sebagai musuh yang harus ditaklukkan. Orang yang sedang sakit mencoba untuk menyerang penyakit tersebut, dan


(23)

berusaha untuk menyembuhkannya. Dalam menyerang, seseorang kadang-kadang memerlukan bantuan orang lain (teman) sebagai pemberi informasi untuk mengatasi penyakit. Juga diperlukan rencana dan strategi yang matang untuk proses penyembuhan sebab momentum yang kurang tepat dapat berakibat kekalahan, yaitu berujung kepada kematian.

Konsep MUSUH memiliki kolerasi dengan konsep PENYAKIT. Berdasarkan hal tersebut, dicau bukanlah hal tentang pertarungan fisik, melainkan konsep psikis. Metafora PENYAKIT sebagai MUSUH dalam bahasa Indonesia mengekspresikan kata sebagai berikut.

(33) [...] melindungi si kecil dari alergi, infeksi serta penyakit kuning yang menyerang tubuh anak, papar dr. Igan Partiwi, SpA., Mars. (Ayahbunda, 2014 hlm.95).

(34) [...] anak sebaiknya tidak dibiarka menahan penyakit dan tidak meminum obat anti muntah, karena dapat membuat gejala lainnya timbul. (Anakku, 2014 hlm.54).

(35) [...] wanita meninggal akibat penyakit jantung, terkadang ancaman penyakit yang seringkali diam-diam bisa muncul di usia remaja. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.76).

Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa ungkapan dalam bahasa Indonesia mempunyai kata yang melekat pada konsep MUSUH, seperti kata ‘menyerang’ pada (33), kata ‘menahan’ pada (34), dan kata ‘ancaman’ pada (35). Berdasarkan kata pada contoh tersebut sering digunakan dalam konsep MUSUH, hal tersebut berkolerasi dengan konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Pada contoh di atas, menyatakan bahwa seseorang yang sedang mengalami sakit berusaha untuk menahan penyakit yang dideritanya ataupun sebaliknya terkadang penderita merasa penyakitnya sangat berbahaya yang dapat mengancam nyawanya.

4.2.7 PENYAKIT sebagai TANAMAN

Menurut Kovecses (dalam Siregar 2013:79), perbedaan pada metafora terjadi karena pengalaman yang berbeda dan pilihan, atau gaya, kognitif yang berbeda. Dikatakannya lebih


(24)

lanjut bahwa pengalaman melibatkan konteks, seperti lingkungan fisik, konteks budaya, dan situasi komunikatif. Konteks budaya yang luas menyangkut semua konsep dan nilai yang unik dan penting yang menggolongkan kebudayaan, termasuk prinsip-prinsip yang dikuasai dan konsep kunci pada kebudayaan dan subkebudayaan yang ada.

Tissari (dalam Siregar, 2013:79) mencatat bahwa metafora TANAMAN tidak termasuk dalam daftar yang diusulkan oleh Lakoff dan Johnson sebagai konseptualisasi cinta (dalam kajian ini penyakit). Namun, metafora penyakit dalam bahasa Indonesia memiliki metafora PENYAKIT sebagai TANAMAN. Berikut beberapa contoh PENYAKIT sebagai TANAMAN.

(36) Untuk menghindari tumbuhnya penyakit lain, selanjutnya akan dirancang vaksin polio suntikan dengan kandungan [...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm.41).

(37) Akar dari adanya penyakit jantung dan stroke sering dihubungkan pada tumpukan lemak di atas pinggang yang tidak mudah dilenyapkan. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.65).

Ekspresi bahasa Indonesia yang mengacu pada PENYAKIT sebagai TANAMAN diwakili oleh kata ‘tumbuhnya’ pada (36), dan ‘akar’ pada (37). Perwakilan kata tersebut merupakan konsep yang terdapat pada TANAMAN. Metafora PENYAKIT bila diibaratkan penyakit yang menghinggapi seseorang ada proses dimana penyakit tersebut akan tumbuh dan berakar, jika penderita tidak melakukan pengobatan maka penderita tersebut akan maninggal.

4.3 Pemetaan Konseptual PENYAKIT dalam bahasa Indonesia

Untuk memahami makna dari ekspresi metafora penyakit, dapat terlihat dari kesamaan atau kemiripan pada cciri semanti yang dimiliki ranah abstrak dalam mengungkapkan ranah konkret. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyadi (2010: 17), menyatakan bahwa “Bertumpu


(25)

pada kemiripan maknanya, sebuah kata dipakai dalam berbagai macam konteks dan dirujuk pada berbagai macam ciri, kata itu biasanya bersifat lebih abstrak daripada konkret.”

Terkadang untuk menandai sebuah kalimat bermakna metafora, tidaklah harus menyelipkan kata penyakit atau padananya dalam sebuah kalimat. Namun dapat juga dipahami dari segi maknanya yang menyatakan ekspresi penyakit. Dalam memahami maksud yang terkandung dari tiap kategori, dilakukan pemetaan metafora penyakit dalam bahasa Indonesia antara ranah sumber dan ranah sasaran.

4.3.1 Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN

Skema SUMER-JALUR-TUJUAN menjelaskan pemetaan PENYAKIT sebagai PERJALANAN. Untuk dapat memahami metafora PENYAKIT sebagai PERJALANAN, berikut ini disajikan dalam ekspresi PENYAKIT secara metaforis yang mengungkapkan konsep PERJALANAN dalam bahasa Indonesia.

(38) Kami berterima kasih karena banyak tip dan resep – resep untuk mengatasi perjalanan penyakit kanker payudara. (Nirmala, 2006 hlm.21).

(39) Akibatnya, berbagai penyakit tidak berhenti menggerogoti organ – organ tubuh saya. (Nirmala, 2006 hlm.58).

(40) Menarik pelajaran jalur dari penyakit saya, sungguh rokok dan minuman keras bisa merusak tubuh. (Nirmala, 2006 hlm.61).

Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa konsep PENYAKIT mempunyai kolerasi dengan konsep PERJALANAN. PENYAKIT dikategorikan sebagai ranah sasaran dan PERJALANAN sebagai ranah sumber. Hal tersebut dapat dijabarkan pada pemetaan berikut ini.

Tabel 3.3 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai PERJALAN


(26)

PERJALANAN PENYAKIT Pejalan Orang yang sakit

Tujuan perjalanan Solusi/cara penyembuhan Tempat perjalanan Tubuh pengalam

Jarak yang ditempuh Kemajuan/perkembangan penyakit Rintangan Kendala/semakin parah

Pada pemetaan di atas, telah ditunjukkan adanya ciri semantis yang dipetakan antara ranah sasaran dengan ranah sumber. Konsep PENYAKIT dapat dipahami dari konsep PERJALANAN dengan melihat ciri semantis pada pemetaan.

4.3.2 Skema DAYA

Skema DAYA dilakukan untuk memetakan kedua kategori metafora, yaitu PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, metafora DAYA memiliki dua subkategori semantis, yaitu PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK.

PENYAKIT sebagai DAYA merupakan upaya menjaga agar penyakit berada dalam kendali. Penyakit yang dapat dikendali berarti dapat mengendalikan daya. Pada bagian metafora ini, skema daya dan daya tanding dapat saling berinteraksi. Adapun penyakit sebagai daya berusaha supaya pengalam dapat memberikan dayanya, tetapi pengalam bertahan di bawah kendali. Adapun yang menjadi pesoalan yang terjadi adalah suatu upaya dalam pengendalian penyakit.

Pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI

Pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI merupakan keadaan pengalam yang terbawa oleh keadaan sakit yang dideritanya. Konsep penyakit dapat dipahami daari konsep


(27)

daya alami (mis. terguncang, menerpa, tenggelam). Hal tersebut dapat dipahami dari ekspresi metafora berikut.

(41) Teman – teman Ibu Ati selalu mengatakan bahwa hidupnya terguncang penyakit maag. (Analisa,September 2014 hlm.28).

(42) Penderita hepatitis B mungkin tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan dapat menularkan penyakit yang dapat menerpa bayi tanpa menyadarinya. (Parents Indonesia, 2014 hlm.41).

(43) Namun, 2-10 persen dari anak – anak tenggelam dalam penyakit gastroesophageal reflux (GERD), yakni makanan atau asam yang...(Parents Indonesia, 2014 hlm.53).

Berikut dijabarkan pemetaan dari subbkategori metafora PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI.

Tabel 3.4 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI RANAH SUMBER

DAYA ALAMI

RANAH SASARAN PENYAKIT Ruang alami Tubuh pengalam

Daya alami Penyakit

Penyebab daya alami Penyebab penyakit Kekuatan daya alami Kekuatan penyakit

Dalam pemetaan di atas, mununjukkan adanya ciri semantis yang dipetakan antara ranah sasaran dengan ranah sumber. Konsep PENYAKIT dapat dipahami dari konsep DAYA ALAMI dengan memperhatikan adanya kesesuaian ciri semantis pada pemetaan.

Pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA FISIK

Berikut ini ekspresi bahasa yang bersumber dari PENYAKIT sebagai DAYA FISIK.

(44) [...] percaya diri dan serasa pelatihan ini telah mengangkat penyakit saya, sehingga saya sembuh. (Nirmala 2006 hlm.61).

(45) Makanan yang dapat membangkitkan penyakit gula tinggi juga sebaiknya dihindari karena menyebabkan [...]. (Nirmala 2006 hlm.63).


(28)

Menurut Rull (dalam Siregar 2013:90), diri umumnya dianggap sebagai suatu ruang atau wadah tempat peristiwa internal seperti pikiran, kepercayaan, emosi, dan lain-lain dibangkitkan. Dalam hal ini, peristiwa eksternal yang mempengaruhi pengalam merupakan daya eksternal. Kata ‘mengangkat’ pada (44), kata ‘membangkitkan’ pada (45) menjelaskan tingkat daya fisik yang berkorespondensi dengan intensitas penyakit.

Adapun bukti konsep “penyakit” dipahami dari konsep “daya fisik” terlihat pada kesepadanan ciri-ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran. Pemetaan konseptual PENYAKIT sebagai DAYA FISIK adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai DAYA FISIK RANAH SUMBER

DAYA FISIK

RANAH SASARAN PENYAKIT

Ruang fisik Tubuh pengalam

Daya fisik Penyakit

Kekuatan daya fisik Kekuatan penyakit Tingkat pengaruh daya fisik Tingkat/ukuran penyakit Penyebab daya fisik Penyebab penyakit

4.3.3 Skema WADAH

Skema wadah menjelaskan pemetaan metafora konseptual PENYAKIT. Untuk mengetahui makna dari skema WADAH dalam hubungan dengan konsep PENYAKIT, didasari atas suatu entitas yang mencoba berpindah dari wadah ke luar wadah. Hal tersebut bermakna seperti zat cair dalam sebuah wadah pada suatu titik akan tumpah (jika telah melampaui batas)


(29)

dihubungkan dengan keadaan sakit/penyakit pengalam dapat melampaui batas atau semakin parah.

Pemetaan kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH

Skema WADAH secara khas menerangkan pemetaan metafora konseptual PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH dan subkategorinya, yakni CINTA sebagai API. Berikut uraian metafora PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH dalam bahasa Indonesia.

(46) “Penyakit saya seakan – akan meluap di dalam tubuh, dan serasa diam-diam menggerogoti organ-organ saya”. (Nirmala, 2006 hlm.61).

(47) Osteoartritis atau radang sendi merupakan salah satu penyakit yang banyak memenuhi tubuh orang di seluruh dunia. (Nirmala, 2006 hlm.72).

Pada contoh di atas, ditunjukkan kata ‘meluap’ pada (46), dan kata ‘memenuhi’ pada (47) menjelaskan bahwa konsep PENYAKIT mempunyai hubungan timbal-balik dengan konsep CAIRAN DALAM WADAH. PENYAKIT dikategorikan sebagai ranah sasaran dan CAIRAN DALAM WADAH dikategorisasikan sebagai sumber. Hal tersebut dapat disajikan pada pemetaan berikut ini.

Tabel 3.6 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH RANAH SUMBER

CAIRAN DALAM WADAH

RANAH SASARAN PENYAKIT Wadah (mis. gelas, ember, dst.) Tubuh pengalam

Isi/ muatan (mis.air) Diagnosa penyakit Melebihi intensitas (tumpah) Penyakit semakin parah


(30)

Pada pemetaan diatas, dijelaskan bahwa adanya ciri semantis yang dipetakan antara ranah sasaran dengan ranah sumber. Konsep PENYAKIT dapat dipahami dari konsep CAIRAN DALAM WADAH dengan melihat ciri semantis pada pemetaan.

Pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai API

Lain halnya dengan PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH, semantis terhadap PENYAKIT sebagai API terlihat lebih kompleks. PENYAKIT sebagai API menjelaskan apa yang terjadi apabila penyakit menjadi terlalu hebat dan mampu mengendalikan pengalam. Apabila penyakit terlalu hebat, yang berkorespondensi dengan terbakarnya wadah pada ranah sumber, orang yang mengalami sakit, penyakitnya dapat semakin parah dan menyebabkan orang tersebut maninggal. Uraian metafora PENYAKIT sebagai API dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.

(48) [...] sumber karbohidrat kompleks dapat membantu membakar habis penyakit-penyakit yang mencoba masuk ke dalam tubuh. (Nirmala, 2006 hlm.23).

(49) Sistem imun dapat mengurangi penyakit yang sempat menyala di dalam tubuh dan melindungi tubuh dari hal-hal yang berbahaya [...]. (Nirmala, 2006 hlm.32).

Tipe metafora yang diuraikan pada contoh, dimaknai seperti API yang dapat ‘membakar’ pada (48) dan juga ‘menyala’ pada (49). Hal yang dimaknai seprti API yang menghasilkan cahaya yang bersinar (lihat contoh (49)) bermakna penyakit pernah ada di dalam tubuh pengalam.

Berdasarkan contoh di atas, metafora PENYAKIT sebagai API dalam bahasa Indonesia dipetakaan sebagai berikut.

Tabel 3.7 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai API

RANAH SUMBER API

RANAH SASARAN PENYAKIT


(31)

Wadah fisik Tubuh pengalam

Tekanan internal pada wadah Tekanan internal pada tubuh Api dalam wadah Penyakit

Penyebab api Penyebab penyakit

Ledakan dalam wadah Penyakit yang tidak terkendali/kematian

Berdasarkan pemetaan di atas, ditunjukkan adanya ciri semantis yang dipetakan antara ranah sasaran terhadap ranah sumber. Penyakit yang terlalu hebat, sehingga mampu meledakkan wadah, mengimplikasikan bahwa pengalam telah kehilangan kendali terhadap penyakit tersebut. Konsep PENYAKIT dapat dipahami dari konsep API dengan melihat ciri semantis pada pemetaan.

4.3.4 Skema Ruang

Adapun skema ruang menjelaskan pemetaan yang dilakukan pada PENYAKIT sebagai BENDA, PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI, PENYAKIT sebagai TANAMAN, dan juga PENYAKIT sebagai MUSUH. Pemakaian skema RUANG didasari atas pemahaman bahwa ruang menjadi temppat peletakan benda (abstrak dan konkret) dan menjadi arena antar musuh.

Pemetaan kategori PENYAKIT sebagai MAKANAN

Berikut contoh uraian PENYAKIT sebagai MAKANAN.

(50) [...] penyebab kematian tertinggi di Indonesia hal ini bagi wanita terasa pahit menerima kenyataan penyakit ini, sebab seringkali gejala serangan jantung tidak spesifik. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.76).

(51) Dua penyakit pencernaan yang tidak enak didengar oleh penderita, Crohn dan ulcerative colitis (UC) dikenal sebagai penyakit-penyakit [...]. (Parents Indonesia, 2014 hlm.55).


(32)

Ekspresi kategori PENYAKIT sebagai MAKANAN yang dipaparkan ditemukan kata ‘pahit’ pada (50), dan ‘tidak enak’ pada (51), kata-kata tersebut dikonsepkan terhadap rasa yang ada pada makanan.

Berdasarkan contoh di atas, metafora PENYAKIT sebagai API dalam bahasa Indonesia dipetakaan sebagai berikut.

Tabel 3.8 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai MAKANAN RANAH SUMBER

MAKANAN

RANAH SASARAN PENYAKIT

Objek makanan Tubuh pengalam

Rasa makanan Penyakit

Kenikmatan makanan Proses/kemajuan penyakit Hilangnya selera makan Hilangnya penyakit/sembuh

Pada pemetaan di atas menghubungkan adanya konsep “penyakit” untuk dapat memahami makna dari metafora penyakit. Konsep rasa pada makanan berguna untuk menyempurnakan maksud dari pengalam. Pemetaan di atas dilakukan untuk memahami adanya korelasi pada ciri semantis daalam ranah sasaran dan ranah sumber, dan juga pemahaman pemetaan terhadap makna akan sulit dipahami jika tidak melihat makna serta memahami adanya hubungan antara ciri semantis.

Pemetaan kategori PENYAKIT sebagai BENDA

Uraian tentang kategorisasi PENYAKIT sebagai BENDA dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.


(33)

(52) [...] 40 persen wanita masih jarang memeberikan perhatian terhadap beratnya penyakit jantung apabila mengenai tubuh mereka. (Women’s Health Indonesia, 2014 hlm.76).

(53) [...] untuk membersihkan penyakit-penyakit dan menghindari infeksi usus pada anak. (Anakku 2014 hlm.50).

Berdasarkan contoh di atas, ditunjukkan kata ‘beratnya’ pada (52), dan kata ‘membersihkan’ pada (53) PENYAKIT dikategorikan sebagai ranah sasaran dan BENDA sebagai ranah sumber. Hal tersebut dapat disajikan pada pemetaan berikut ini.

Tabel 3.9 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai BENDA RANAH SUMBER

BENDA

RANAH SASARAN PENYAKIT

Ruang benda Tubuh pengalam

Bentuk benda Bentuk / jenis penyakit Keadaan benda Keadaan /kemajuan penyakit

Pemetaaan di atas menjelaskan kesamaan ciri semantis dari kedua ranah tersebut. Hal itu dapat dipahami bagaimana konsep PENYAKIT diibaratkan seperti sebuah BENDA. Sebagai contoh yang digambarkan seperti keadaan benda (hancur), maka benta tersebut tidak berguna lagi. Sama halnya dengan konsep SEDIH, jika tidak dapat lagi menahan sebuah rasa sakit atau mengatasi penyakit kemungkinan penyakit tersebut akan semakin parah atau bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Pemetaan kategori PENYAKIT sebagai MUSUH

Tabel 3.10 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai MUSUH RANAH SUMBER

PERANG

RANAH SASARAN PENYAKIT


(34)

Orang yang mempunyai musuh Tubuh pengalam Objek rebutan Kesembuhan penyakit

Kekalahan dari musuh Proses penyembuhan/kematian Kemenangan dari musuh Kemajuan penyakit/sembuh

Telah diketahui secara luas, bahwa peperangan diartikan sebagai sebuah pertarungan dalam memperebutkan sesuatu. Konsep ini menjadi dasar untuk memahami makna yang ada pada konsep “penyakit”, jika seseorang memperoleh sesuatu yang sedang diperebutkan, maka seseorang tersebut adalah seorang pemenang. Konsep ini sejalan dengan konsep “penyakit”, jika pengalam mampu menyembuhkan penyakit yang dideritanya, maka pengalam tersebut dapat menahlukkan penyakitnya (sembuh). Hal tersebut digambarkan pada ciri semantis pemetaan konseptual PENYAKIT sebagai MUSUH dalam bahasa Indonesia.

Pemetaan kategori PENYAKIT sebagai TANAMAN

Tabel 3.11 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT sebagai TANAMAN RANAH SUMBER

TANAMAN

RANAH SASARAN PENYAKIT Ruang tanaman Tubuh pengalam Tanaman pada ruang Penyakit

Bibit tanaman Penyebab/Bibit penyakit

Perawatan tanaman Proses penyembuhan/kemajuan penyakit

Hasil tanaman Kematian

Proses pertumbuhan pada tanaman ialah memiliki bibit, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Selain itu, tanaman juga perlu dirawat dengan baik dengan cara diberi pupuk. Sama halnya dengan konsep “penyakit”, adanya pengalam yang dapat merasakan sakit karena adanya bibit penyakit yang timbul dalam diri pengalam, dam penyakit itupun akan bertumbuh jika tidak


(35)

dilakukan pengobatan. Hal tersebut dapat dipahami dari ciri semantis pada pemetaan konseptual PENYAKIT sebagai TANAMAN dalam bahasa Indonesia.


(36)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam bahasa Indonesia, PENYAKIT dalam ekspresi metaforis dibentuk oleh delapan citra utama, yaitu (1) PERJALANAN, (2) DAYA, (3) CAIRAN, (4) MAKANAN, (5) BENDA, (6) MUSUH, (7) OBJEK TERSEMBUNYI dan (8) TANAMAN. Dari delapan citra utama tersebut menghasilkan delapan kategori semantis utama, yakni kategori PENYAKIT sebagai PERJALANAN, kategori PENYAKIT sebagai DAYA, kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN, kategori PENYAKIT sebagai MAKANAN, kategori PENYAKIT sebagai BENDA, kategori PENYAKIT sebagai MUSUH, PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI, dan kategori PENYAKIT sebagai TANAMAN.

Adapun kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH juga memiliki subkategori, yaitu subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, yakni subkategori PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM.

Selanjutnya, pemetaan konseptual Penyakit dalam Bahasa Indonesia terdapat tiga skema umum, yaitu skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, dan skema WADAH. Adapun skema SUMBER-JALUR-TUJUAN menjelaskan pemetaan metafora PENYAKIT sebagai PERJALANAN. Skema DAYA mendeskripsikan pemetaan metafora PENYAKIT sebagai DAYA. Skema DAYA menjelaskan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI. Dalam pemetaan


(37)

ditemukan kesesuaian ciri semantis antara tranah sumber dan ranah sasaran yang dipergunakan untuk memahami makna. Skema DAYA yang memiliki dua pemetaan subkategori, yakni pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Skema WADAH menjelaskan pemetaan metafora PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH, dan memiliki pemetaan subkategori, yaitu pemetaan subkategori PENYAKIT sebagai API.

Terdapat juga skema ruang sebagai metafora PENYAKIT sebagai BENDA, pemetaan metafora PENYAKIT sebagai MAKANAN, pemetaan metafora PENYAKIT sebagai MUSUH, dan pemetaan metafora PENYAKIT sebagai TANAMAN.


(38)

5.2 Saran

Adapun kajian ini sangat terbatas, hanya meneliti metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia, yaitu mengkaji tentang kategorisasi semantis beserta maknanya. Penulis merasa masih penelitian ini masih membutuhkan penelitian-penelitian lain yang perlu ditindaklanjuti dengan mengkaji beberapa metafora lainnya. Dengan penelitian ini penulis berharap memperoleh generalisasi tenteng metafora PENYAKIT, khususnya dalam persfektif linguistik kognitif dengan menggunakan teori metafora konseptual lainnya. Dengan demikian, model penelitian ini tentunya dapat dikembangkan untuk meneliti metafora PENYAKIT pada bahasa-bahasa lain, atau kajian tentang PENYAKIT lainnya.


(39)

(2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep tersebut berkaitan dengan topik penelitian ini, yaitu, metafora, penyakit, kategorisasi, makna, ranah sumber, ranah sasaran.

2.1.1 Metafora

Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010:19), metafora adalah mekanisme kognitif dalam memahami satu ranah pengalaman, berdasarkan struktur konseptual dari ranah pengalaman lain yang bertalian secara sistematis. Metafora dalam penelitian ini merupakan mekanisme yang dituliskan penulis untuuk mengungkapkan jenis-jenis peristiwa, khususnya peristiewa-peristiwa yang berbeda.

Dalam Lakoff dan Johnson (1980) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan prinsip antara pemakaian bahasa harfiah dan pemakaian bahasa metaforis. Menurut kedua ahli tersebut, hal itu


(40)

terjadi karena “sebagian besar proses pikiran manusia adalah metaforis” dan “sistem konseptual manusia dibangun dan dibatasi secara metaforis”.

2.1.2 Penyakit

Pengertian penyakit dalam KBBI (2010), penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup; gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem fatal atau jaringan pada organ tubuh (pada makhluk hidup). Penyakit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyakit yang menyerang tubuh, bukan menyerang pikiran atau jiwa. Tubuh mengalami rasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (penyakit).

2.1.3 Kategorisasi

Lakoff (dalam Siregar 2013), mengatakan bahwa kategorisasi merupakan wadah abstrak, dan benda-benda terletak di dalam atau di luar kategori. Benda-benda dianggap sebagai kategorisasi yang sama jika hanya memiliki ciri-ciri tertentu secara umum, ciri-ciri tersebut akan digunakan untuk membatasi kategorinya.

Kategorisasi adalah proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam ketegori-kategori tertentu yang bermakna (Turner, dkk dalam Hanifa, 2013). Contohnya enam kategori penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, kanker, tumor, demam berdarah, stroke, dan batu ginjal.

2.1.4 Makna

Menurut KBBI makna merupakan arti, atau maksud pembicara atau penulis terhadap pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Adapun makna yang digunakan


(41)

dalam penelitian ini adalah makna konotatif. Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.

2.1.5 Skema-Citra

Johnson dan Kovecses (dalam Siregar 2013), mengatakan bahwa skema-citra adalah pola-pola dinamis yang berulang dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita. Dalam kaitan dengan defenisi skema-citra, Kovecses (dalam Siregar 2013), menegaskan bahwa skema-itra pada dasarnya adalah imajistik dan tidak proposisional dan kedua, skema-citra sangat skematik atau abstrak.

2.1.6 Ranah Sumber dan Ranah Sasaran

Konvecses (dalam Siregar 2013) mengatakan bahwa ranah sumber ialah jenis ranah yang lebih konkrit, sedangkan ranah sasaran adalah jenis ranah yang lebih abstrak. Ranah Sumber yang lebih konkrit digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010:17) metafora sebagai ekspresi bahasa terdapat dalam sistem konseptual manusia. Mereka menyatakan bahwa pencipta metafora sesungguhnya merupakan satu aspek dari kecenderungan manusia dalam menggolongkan pengalamannya. Dalam kalimat lain, cara manusia menata pikirannya, menerapkan pengalamannya, ataupun melakukan tindakannya sehari-hari, sebagian besar berdimensi metaforis.


(42)

Konsep metafora mulai berkembang sejak terbitnya buku Metaphors We Live By (1980) yang ditulis oleh George Lakoff bersama koleganya, Mark Johnson. Buku ini menginspirasi pengembangan paradigma liguistik kognitif (Siregar, 2013:15). Lakoff (dalam Silalahi, 2005:2) menyatakan bahwa metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas ranah konseptual di dalam sistem konseptual yang memiliki hakikat dan struktur metafora.

Dalam penelitian ini diterapkan teori Metapora Konseptual yang bersumber dari ancangan linguistik kognitif. Siregar (2013) dalam tesisnya, menjelaskan bahwa ciri penting dari teori ini adalah pemanfaatan aspek tertentu dari ranah sumber atau ranah sasaran yang berperan pada metafora. Artinya, jika disarankan bahwa metafora konseptual dapat dinyatakan dengan A adalah B, ini tidak berarti bahwa seluruh konsep A atau B tercakup, yang dipilih hanyalah konsep tertentu.

Teori metafora konseptual bukanlah teori yang asing lagi bagi literatur bahasa Indonesia. Telah banyak ahli yang menerapkan teori metafora konseptual di dalam penelitian mereka. Silalahi (2005) memakai teori metafora konseptual pada kajiannya “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”. Silalahi menjelaskan delapan jenis metafora dalam bahasa Batak Toba yang memiliki struktur/pola, seperti X adalah Y, atau X sebagai Y. Siregar (2013) juga menerapkan teori metafora konseptual pada tesisnya, “Metafora CINTA dalam Bahasa Angkola”.

Pemetaan konseptual mampu menjelaskan konsep dan makna dari leksikal PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Proses dalam langkah yang dilakukan pemetaan konseptual adalah mengelompokkan konsep-konsep yang mengonseptualisasikan metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan ciri semantisnya. Pada tahap analisis, teori metafora konseptual dimuat dalam bentuk pemetaan konseptual dalam ranah sasaran ke ranah sumber.


(43)

Dalam penelitian ini, metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia dianalisis memakai skema-citra. Menurut Kovecses (dalam Mulyadi, 2010:19), skema-citra ialah pola-pola yang berulang, pola-pola dinamis dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita”. Skema-citra berperan penting dalam struktur konseptual.

Tanpa penggunaan skema-citra, sukar bagi siapa pun untuk memahami pengalaman. Alasannya, karena pengalaman fisik manusia hadir dan bertindak pada dunia, karena mencerap pengalaman, memindahkan tubuh, mengerahkan dan mengalami daya, dan lain-lain, manusia membentuk struktur konseptual dasar yang kemudian digunakan untuk menata pikiran melintasi rentang ranah yang lebih abstrak. Johnson (dalam Siregar, 2013:18), skema-citra sebagai suatu level struktur kognitif yang lebih primitif yang mendasari metafora dan menyajikan hubungan sistematis antara pengalaman badani dan ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa.

Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN memiliki elemen struktural “sumber”, “jalur”, dan “arah”. Berdasarkan logika dasarnya, apabila seseorang pergi dari A ke B dia harus melewati setiap titik persimpangan yang menghubungkan A dengan B. Metafora hidup sebagai PERJALANAN mengasumsikan skema SUMBER-JALUR-TUJUAN. Pemetaan dan submetafora pada metafora kompleks ini adalah MAKSUD sebagai TUJUAN. Peristiwa kompleks juga pada umumnya melibatkan keadaan awal (SUMBER), tahap tengahan (JALUR) dan tahap akhir (TUJUAN). Hal tersebut menjelaskan bahwa skema-citra menyediakan pemahaman tentang dunia, baik secara harfiah maunpun secara figuratif (Adapun penjelasan tentang skema-citra, dikutip dari kovecses dalam Siregar (2013) dan Mulyadi(2010)) .


(44)

2.3 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pada bagian ini peneliti meninjau secara ringkas penelitian sebelumnya yang saling berhubungan dengan penelitian ini.

Pertama, Siregar (2013) dalam penelitian yang berjudul “Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola” membahas kategorisasi makna metafora cinta dengan menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitian diperoleh dari sejumlah narasumber melalui wawancara dan juga melalui penyebaran angket. Menurur Siregar metafora cinta dalam bahasa Angkola terdiri atas sembilan kategori, yaitu (1) CINTA sebagai CAIRAN DALAM WADAH, (2) CINTA sebagai DAYA, (3) CINTA sebagai BINATANG BUAS, (4) CINTA sebagai PASIEN, (5) CINTA sebagai PERJALANAN, (6) CINTA sebagai PERANG, (7) CINTA sebagai BENDA, (8) CINTA sebagai KESATUAN, dan (9) CINTA sebagai PERMAINAN. Pemetaan dalam penelitian Siregar terdapat lima skema, yaitu (1) skema WADAH, (2) skema DAYA, (3) skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, (4) skema RUANG, (5) skema HUBUNGAN.

Penelitian ini banyak memakai model penelitian yang digunakan oleh Siregar. Analisis yang digunakan sangat menginspirasi untuk melakukan penelitian ini, khususnya cara untuk penetapan kategorisasi dan pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran.

Kedua, Mulyadi (2010a) dalam artikel yang berjudul “Metafora Emosi dalam Bahasa Indonesia” membahas tipe-tipe metafora emosi dalam bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh verba gerakan. Teori yang digunakan adalah teori metafora konseptul. Data bersumber dari surat kabar dan majalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseptualisasi emosi dalam bahasa Indonesia terdiri atas sembilan tipe metaforis, yaitu (1) CAIRAN, (2) BENDA, (3) LAWAN, (4) BINATANG BUAS, (5) MUSUH TERSEMBUNYI, (6) BEBAN, (7) TEMPAT, (8) DAYA


(45)

ALAMI, (9) DAYA FISIK. Penelitian Mulyadi menghasilkan dua pemetaan ranah pengalaman gerakan dan emosi pada metafora emosi, yaitu skema WADAH dan skema RUANG. Pemetaan tersebut merupakan susunan sistematis antara ranah sumber dan ranah sasaran melibatkan gagasan kendali.

Penelitian Mulyadi memberi kontribusi dalam penelitian ini untuk lebih memahami batasan-batasan citra metaforis serta pemetaan yang dilakukan sangat bermanfaat dalam penelitian ini.

Ketiga, Rajeg (2009) meliputi metafora konseptual dan metonimi yang berjudul “Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan”: Metaphoric and Metonymic Conceptualisation of Love in Indonesia. Konsep emosi cinta dalam bahasa Indonesia dipahami dalam konsep metafora dan metonimi. Rajeg menghasilkan empat belas tipe metafora konseptual yang membangun struktur konsep cinta, yaitu (1) CINTA adalah CAIRAN PADA SUATU WADAH, (2) CINTA adalah KESATUAAN BAGIAN, (3) CINTA adalah IKATAN, (4) CINTA adalah API, (5) CINTA adalah KEGILAAN, (6) CINTA adalah MABUK, (7) CINTA adalah KEKUATAN, (8) CINTA adalah ATASAN, (9) CINTA adalah LAWAN, (10) CINTA adalah PERJALANAN, (11) OBJEK CINTA adalah DEWA/DEWI, (12) OBJEK CINTA KEPEMILIKAN, (13) RASIONAL adalah (ke) ATAS, EMOSIONAL adalah (ke) BAWAH, (14) SADAR adalah (ke) ATAS, TIDAK SADAR adalah (ke) BAWAH.

Keempat, Silalahi (2005), dalam artikel yang berjudul “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”, membahas metafora KATA dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori metafora konseptual. Datanya berasal dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kabupaten Toba Samosir.Dalam penelitiannya terdapat delapan tipe semantis metafora KATA dalam bahasa Batak Toba, yaitu (1) KATA sebagai BENDA, (2) KATA sebagai


(46)

CAIRAN, (3) KATA sebagai HEWAN, (4) KATA sebagai MAKANAN, (5) KATA sebagai MANUSIA, (6) KATA sebagai PERJALANAN, (7) KATA sebagai SENJATA, (8) KATA sebagai TUMBUHAN.

Hasil penelitian Silalahi sangat bermanfaat untuk menjadi acuan penelitian ini karena memakai analisis dan konsep metafora dalam kerangka semantik kognitif.

Kelima, Siregar (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Metafora Kekuasaan dan Metafora melalui Kekuasaan: Melacak Perubahan Kemasyarakatan melalui Perilaku Bahasa”. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitiannya adalah data tulis, dengan korpus yang kaya, luas, serta variatif. Hasil penelitiannya mengungkapkan beberapa kategorisasi, yaitu (1) POLITIK sebagai CAIRAN, (2) POLITIK sebagai API, dan (3) POLITIK sebagai PERANG, dan sebagainya.

Penelitian Siregar dalam penelitian ini sangat penting khususnya analisa yang digunakan bermanfaat untuk penggunaan dalam penelitian ini yang juga menerapkan penetapan kategorisasi serta pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran.


(47)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan proses berpikir manusia. Namun, tidak semua bahasa mengalami perkembangan yang sama karena perbedaan dalam kemampuan berpikir dari masyarakat yang menjadi pengguna bahasa itu. Ada bahasa yang yang berkembang dengan cepat, tetapi ada bahasa yang berkembang dengan lambat.

Salah satu penggunaan bahasa yang bersumber dari proses berpikir penutur bahasa disebut metafora. Dalam metafora, penutur bahasa melakukan “penyimpangan” terhadap kaidah makna karena bertujuan untuk menyampaikan gagasan secara khusus. Artinya, penutur bahasa memperluas gagasan dari bahasa yang digunakannya untuk menyampaikan makna tertentu. Metafora berfungsi untuk memperindah dan memperhalus suatu bahasa yang berperan dalam mengungkapkan suatu teks bacaan ataupun yang telah didengarkan terhadap sesuatu yang dipahami secara tidak langsung dan mengacu pada makna yang diciptakan.

Hal ini didasarkan asumsi penutur bahasa bahwa ekspresi dalam makna harfiah sulit dipahami dengan baik, kecuali menggunakan ekspresi metaforis. Penulis terkadang mengungkapkan metafora secara kreatif, pemakaian metafora tersebut bertujuan untuk menarik perhatian dan minat pembaca. Misalnya, ekspresi metaforis seperti mendidih darahnya, hancur hatinya, atau waktu adalah uang dalam bahasa Indonesia sering terdengar dan lazim digunakan. Ekspresi di atas secara harfiah mengandung makna ‘marah’, ‘sedih’, dan ‘komoditas berharga’.


(48)

Penggunaan metafora dalam bahasa pada dasarnya adalah untuk menyampaikan konsep-konsep abstrak. Dengan menggunakan metafora, konsep-konsep-konsep-konsep abstrak lebih mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Misalnya, medis, khususnya penyakit, banyak ungkapan metaforis yang digunakan dalam berbagai media cetak seperti terserang penyakit, penyakit berbahaya, serangan jantung, ancaman kanker, atau menghindari penyakit .

Penelitian tentang metafora penyakit dalam bahasa Indonesia penting untuk dilakukan. Adapun alasan yang mendasar adalah penelitian ini mengungkapkan makna penyakit dalam pikiran penutur bahasa Indonesia. Dalam media cetak ataupun elektronik sering dijumpai pelanggaran bahasa terhadap aturan pemakaiannya, misalnya teks-teks surat kabar ataupun majalah sering menggunakan ekspresi metafora yang bertujuan menarik perhatian dan minat para pembaca.

Jika pemakaian penyakit hanya dipahami sebagai konsep penyakit yang digunakan secara universal dapat diartikan bahwa ekspresi metaforis untuk konsep penyakit akan ditemukan pada semua bahasa walaupun pengunaaan penutur dalam mengkonseptualisasikan kata yang dihubungkan sebagai penyakit itu berbeda-beda. Berhubungan dengan metafora yang merupakan konseptualisasi pengalaman manusia yang bersumber dari bahasa alami, penelitian ini menyampaikan konsepsi dan persepsi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat MPBI). Contoh ekspresi metafora penyakit diungkapkan secara langsung, serta pemakaian metafora pada surat kabar dan majalah adalah sebagai berikut.

(1) ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) adalah penyakit yang menyerang saraf motorik. (Analisa,1 September 2014 hlm.27).

(2) Serangan kanker payudara lebih sering ditemukan pada kelompok pengguna hormon [...] (Medical Update 2008 hlm.38).


(49)

Contoh di atas menunjukkan konsep ekspresi metaforis dalam bahasa Indonesia. Dengan penggunaan metafora, pada kalimat (1) dan (2) terlihat lebih jelas. Pada kalimat (1), ekspresi metafora penyakit diungkapkan secara langsung dengan menggunakan kata penyakit. Pada kalimat (2) metafora penyakit diungkapkan melalui pemakaian kata kanker payudara yang juga merupaka bagian dari penyakit . Dalam kalimat (1) terlihat jelas bahwa kata penyakit tetap bermakna sebagai penyakit yang dipahami secara umum, sedangkan pada kalimat ekspresi penyakit diungkapkan dengan kanker payudara merupakan ekspresi figuratif yang bermakna penyakit yang ada dalam tubuh. Dalam hal ini penyakit dimaknai sebagai MUSUH.

Tidak mudah menafsirkan suatu ungkapan sebagai penyakit. Misalnya:

(3)Sedangkan pengobatan virus lebih bersifat mendukung hingga tubuh bisa melawan virus tersebut. (Anakku, 2014:46).

(4)Pasalnya setiap musim hujan kita kerap diserang pilek dan masuk angin. (Analisa, 22 September 2014).

Ungkapan melawan virus dan diserang pilek tidak ditafsirkan sebagai penyakit melainkan tetap diartikan sebagai virus, ataupun pilek yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Pada kedua contoh diatas terdapat pemakaian metafora yang bertujuan untuk menarik perhatian dan sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu pembaca mengenai informasi atau berita tersebut. Hal ini yang membuat peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian metafora kata penyakit yang ditemukan pada majalah dan surat kabar. Dalam hal ini terlihat bahwa kajian semantik metafora kata penyakit dalam bahasa Indonesia belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini akan diperhatikan bahwa semantik metafora kata penyakit dalam bahasa Indonesia meliputi kategorisasi dan makna yang ada.


(50)

Perumusan masalah dilandaskan atas asumsi bahwa metafora telah banyak digunakan dalam berbagai penggunaan bahasa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kategorisasi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimanakah pemetaan konseptual metafora penyakit dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai tujuan yang memberikan arah dan beberapa pengertian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan kategorisasi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia.

2. Mendeskripsikan pemetaan ranah sumber dan ranah sasaran pada metafora penyakit dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu secara teoritis dan secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis:

(1) Memberikan informasi tentang metafora yang digunakan dalam teks majalah dan surat kabar.

(2) Memberikan manfaat bagi perkembangan teori linguistik serta gambaran tentang makna metafora penyakit secara konseptual.

1.4.2 Manfaat Praktis:

(1) Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya tentang metafora konseptual.


(51)

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

Sry Gledis Octolya Nababan

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi semantis dan makna pada metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan simak. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik hubung banding sama. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema-citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia memiliki delapan kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, CAIRAN, MAKANAN, BENDA, OBJEK TERSEMBUNYI, PERANG, dan TANAMAN. Kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH memiliki subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Makna PENYAKIT dipetakan melalui skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, skema WADAH, dan skema RUANG. Pada pemetaan ditemukan persesuaian ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran untuk memahami maknanya.


(52)

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

SRY GLEDIS O NABABAN NIM 100701041

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(53)

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

Sry Gledis Octolya Nababan

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi semantis dan makna pada metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan simak. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik hubung banding sama. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema-citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia memiliki delapan kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, CAIRAN, MAKANAN, BENDA, OBJEK TERSEMBUNYI, PERANG, dan TANAMAN. Kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH memiliki subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Makna PENYAKIT dipetakan melalui skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, skema WADAH, dan skema RUANG. Pada pemetaan ditemukan persesuaian ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran untuk memahami maknanya.


(54)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil akhir dari kegiatan akademik selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral maupun material, dan langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I, Bapak Dr. Syamsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia.

4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia. 5. Bapak Dr. Mulyadi, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

membimbing dan memberikan saran-saran yang sangat membangun untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Pribadi Bangun, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberi saran-saran yang cukup berharga kepada penulis.


(1)

7. Ibu Dr. Dwi Widayati, M. Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Ayahanda S. Nababan dan Ibunda R. br Lumbantoruan yang sangat penulis kasihi telah memberikan kasih sayang, doa, dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

10. Saudara-saudara penulis yang selalu mendukung dan memberikan doanya, Sonang Nababan, Alex Nababan, Wanry Nababan, Gito Nababan, Jonathan Nababan, Yena Tampubolon, Joel Sipahutar, Hembang Sipahutar, Jordan Sipahutar, Vivi Siburian, Jenny Nababan, dan Jepri Nababan.

11. Kepada keluarga penulis pinompar op. Sonang Nababan/br Lumbantoruan dan pinopar op. Surung Lumbantoruan/br Nababan yang tidak henti – hentinya selalu memberikan dukungan positif bagi penulis.

12. Teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan nasehat dan dukungan positif bagi penulis. Cyntia Siahaan, Basaria Simanjuntak, Ruperla Purba, Desy Panggabean, Rinjani Naibaho, Afron Sianturi, Gorga Simbolon, Lasro Nadeak, para penghuni K-20, Emilia Pranata, Annamia, Desy Pakpahan, Friska Sianipar, Maryam Simanjuntak, Halomoan dan Irna Sitompul, serta Divino Sitinjak yang jauh di Padangsidimpuan.

13. Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(2)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun penyajiannya. Karena itu penulis berharap kiranya pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga seluruh pihak yang berjasa kepada penulis, senantiasa dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2015


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMBANG ... x

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Penelitian……….. 4

1.4.2 Manfaat Penelitian……….………... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…. 6 2.1 Konsep………... 6

2.2 Landasan Teori..……….. 8

2.3 Tinjauan Pustaka……….. 11

BAB III METODE PENELITIAN……….…... 15

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………... 15

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ………... 17

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisi Data ………... 20

BAB IV METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA... 21

4.1 Pengantar ………...………... 21

4.2 Kategorisasi Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia ... 22

4.2.1 PENYAKIT sebagai PERJALANAN ... 22

4.2.2 PENYAKIT sebagai DAYA …….…... 23

4.2.2.1 Subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI……...……… 24

4.2.2.2 Subkategori PENYAKIT sebagai DAYA FISIK ………....……. 25

4.2.3 PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH... 26


(4)

4.2.5 PENYAKIT sebagai BENDA ... 30

4.2.6 PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI ... 32

4.2.7 PENYAKIT sebagai MUSUH ... 33

4.2.8 PENYAKIT sebagai TANAMAN ... 34

4.3 Pemetaan Konseptual Metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia ... 35

4.3.1 Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN... 36

4.3.2 Skema DAYA ... 37

4.3.3 Skema WADAH ... 40

4.3.4 Skema RUANG ... 43

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan………. 48

5.2 Saran……… 50

DAFTAR PUSTAKA………. 51

LAMPIRAN: 1. Data Metafora Penyakit ... 53


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Klasifikasi Data 15

3.2 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai TANAMAN 19

3.3 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai PERJALANAN 37

3.4 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai DAYA ALAMI 38

3.5 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai DAYA FISIK 40

3.6 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai CAIRAN DALAM WADAH 41

3.7 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai API 42

3.8 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai MAKANAN 43

3.9 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai BENDA 45

3.10 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai MUSUH 45

3.11 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT


(6)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

hlm Halaman

no Nomor.

KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia.

? Sebuah kalimat atau ujaran diragukan keberterimaannya ?? Sebuah kalimat atau ujaran tidak berterima secara semantis * Sebuah kalimat atau ujaran tidak berterima secara gramatikal [...] Lambang ini dapat diisi oleh konstituen

‘ ’ Makna atau terjemahan

“ ” Penegasan bentuk atau bermakna khusus

( ) (1) pengapit nomor data/kalimat, (2) pengapit keterangan tambahan / Konstituen yang diapit oleh lambang ini bersifat pilihan