SPIRITUALITAS PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN

26

C. SPIRITUALITAS PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN

Ashmos 2000 mengatakan bahwa banyak orang di tempat kerja merasa butuh menemukan kembali apa yang mereka rawat dalam hidup ini dan mencoba menemukan pekerjaan yang disukainya. Orang-orang berusaha menemukan makna pekerjaan dengan mencari suatu cara untuk lebih menjadi diri sendiri dalam melakukan sesuatu. Menemukan makna pekerjaan merupakan fokus dari spiritualitas. Gerakan spiritualitas di tempat kerja mulai tampak di beberapa negara seperti di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari merebaknya publikasi tertulis jurnal cetak maupun on line, buku dan konferensi-konferensi dengan tema spiritualitas di tempat kerja Widyarini, 2008. Ashmos 2000 menjelaskan beberapa alasan mengapa perusahaan di Amerika mulai mengembangkan minat dalam spiritualitas di tempat kerja. Alasan tersebut antara lain, pertama banyaknya orang yang percaya bahwa downsizing, reengineering, dan pemberhentian karyawan telah mengubah tempat kerja orang Amerika menjadi lingkungan yang para pekerjanya kehilangan semangat, dan mengakibatkan pertumbuhan tingkat gaji menjadi tidak seimbang. Kedua, tekanan kompetisi global membuat pemimpin perusahaan berpikir bahwa kreativitas karyawan dibutuhkan untuk mengekspresikan diri secara penuh dalam bekerja dan hal ini hanya akan terjadi jika pekerjaan tersebut dirasa bermakna bagi karyawan. Ketiga, bagi orang-orang Amerika, tempat kerja menyediakan satu-satunya jaringan komunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan manusia akan Universitas Sumatera Utara 27 hubungan dan kontribusi. Keempat, rasa penasaran akan budaya dan filosofi timur, seperti filosofi budha yang menganjurkan meditasi dan menekankan nilai- nilai seperti loyalitas terhadap kelompok dan menemukan pusat spiritual seseorang dalam tiap kegiatan, mulai diterima oleh orang-orang Amerika. Kelima, bertambahnya kekhawatiran orang terhadap ketidakpastian dalam hidup – kematian – menyebabkan peningkatan minat dalam mempertimbangkan makna hidup. Spiritualitas di tempat kerja adalah tentang pekerjaan yang lebih bermakna, tentang hubungan antara jiwa dan pekerjaan Ashmos, 2000. Beberapa ahli telah memberikan definisi spiritualitas, diantaranya Wigglesworth yang mengatakan bahwa spiritualitas adalah kebutuhan bawaan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah ”sesuatu yang lebih besar dari manusia”adalah sesuatu yang diluar diri manusia dan menarik perasaan akan diri orang tersebut. Pengertian spiritualitas oleh Wigglesworth ini memiliki dua komponen, yaitu vertikal dan horizontal: - Komponen vertikal, yaitu sesuatu yang suci, tidak berbatas tempat dan waktu, sebuah kekuatan yang tinggi, sumber, kesadaran yang luar biasa. Keinginan untuk berhubungan dengan dan diberi petunjuk oleh sumber ini. - Komponen horizontal, yaitu melayani teman-teman manusia dan planet secara keseluruhan. Komponen horizontal dari Wigglesworth sejalan dengan pengertian spiritualitas dari Tischler 2002 yang mengatakan bahwa spiritualitas mirip atau dengan suatu cara, berhubungan dengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu Universitas Sumatera Utara 28 dari seorang individu. Menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penuh kasih. Ia juga mengemukakan empat kompetensi yang didapat dari spiritualitas yang berkembang yaitu personal awareness, personal skills, social awareness dan social skills. Howard 2002 mengemukakan bahwa terdapat empat hal yang berhubungan dengan spiritualitas yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan kekuatan yang melebihi manusia. Hal ini ditambahkan oleh Young 2007 yang menjelaskan bahwa proses penuaan adalah suatu langkah yang penting dalam perjalanan spiritual dan pertumbuhan spiritual seseorang. Orang-orang yang memiliki spiritualitas berjuang mentransendensikan beberapa perubahan dan berusaha mencapai pemahaman yang lebih tinggi tentang hidup mereka dan maknanya. Globalisasi mengakibatkan perdagangan bebas tidak bisa terbendung lagi sehingga menimbulkan tingkat kompetisi yang semakin tinggi di semua sektor, termasuk sektor kesehatan. Perkembangan sektor kesehatan yang sangat dinamis menuntut kelenturan serta penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh dari para pihak yang terlibat didalamnya Loetfia, 2000. Rumah sakit sebagai salah satu lembaga penyedia jasa pelayanan kesehatan memiliki peranan yang sangat besar. Kebutuhan masyarakat yang meningkat menyebabkan banyak rumah sakit swasta berlomba–lomba menyediakan mutu pelayanan dan peralatan medis yang prima. Rumah sakit milik pemerintah pun tidak mau kalah. Pihak pemerintah membuat program pembangunan kesehatan yang bertujuan agar terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dan setara, akan tetapi tujuan ini masih belum berjalan secara optimal karena masih Universitas Sumatera Utara 29 banyak pelayanan rumah sakit di Indonesia yang belum mencapai mutu yang optimal Utama, 2003. Salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Medan adalah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi yang beralamat di Jalan Prof. H. M. Yamin SH Nomor 47 Medan, Sumatera Utara diresmikan pada 11 Agustus 1928, status kepemilikan saat ini ada pada Pemerintah Kota Medan www.pdpersi.co.id, 2003. Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang berkualitas termasuk tenaga perawat Megawati, 2005. Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapainya pembangunan nasional karena keperawatan mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan jumlah tenaga keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara keseluruhan dan mempunyai kontak yang paling lama dengan pasien Loetfia, 2000. Widjaja 1994 mengemukakan bahwa perawat dalam menjalankan tugasnya juga banyak terkait dengan mengawasi teknologi yang kompleks, memberi informasi dan pendidikan kesehatan serta berusaha untuk memahami kebutuhan klien sebagai manusia yang utuh termasuk empati. Berdasarkan kompetensi yang didapat dari spiritualitas yang berkembang yang dikemukakan oleh Tischler 2002, pada sisi kesadaran sosial social awareness, orang-orang yang spiritualnya berkembang memperlihatkan sikap sosial yang lebih positif, lebih empati, dan menunjukkan altruisme yang besar. Sikap yang Universitas Sumatera Utara 30 ditunjukkan ini sesuai dengan peran perawat yaitu nursing is helping, nursing is listening, nursing is feeling Gaffar, 1999. Hal ini juga senada dengan peran yang dikemukakan Gaffar dalam Praptianingsih, 2006 yaitu peran perawat sebagai pelaksana, dalam hal ini sebagai comforter. Pada sisi keterampilan sosial social skill, orang-orang dengan spiritualitas yang berkembang menunjukkan keterbukaan sosial yang lebih besar, mudah beradaptasi dengan perubahan, memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan, dan baik dalam menanggapi kritikan. Keterampilan ini dibutuhkan perawat untuk menjalani peran-perannya dengan baik. Peran-peran yang membutuhkan keterampilan ini antara lain, peran perawat sebagai pelaksana dalam hal ini sebagai communicator, peran sebagai pengelola Gaffar dalam Praptianingsih, 2006, dan nursing is sharing Gaffar, 1999.

D. PERTANYAAN PENELITIAN