60
341.00
. Subjek penelitian yang memiliki spiritualitas yang berkembang sebanyak 166 orang, 16 orang berada pada rentang usia 20 – 24 tahun, 72 orang berada pada
rentang usia 25 – 29 tahun, 22 orang berada pada rentang usia 30 – 34 tahun, 13 orang berada pada rentang usia 35 – 39 tahun, 19 orang berada pada rentang usia
40 – 44 tahun, 13 orang berada pada rentang usia 45 – 49 tahun, 10 orang berada pada rentang usia 50 – 54 tahun, dan 1 orang berada pada rentang usia 55 – 59
tahun. Gambaran spiritualitas ditinjau dari usia dapat dilihat pada Grafik 2 berikut:
Grafik 2. Gambaran Spiritualitas Ditinjau dari Usia
10 20
30 40
50 60
70 80
20-24 25-29
30-34 35-39
40-44 45-49
50-54 55-59
berkembang sedang
D. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan secara umum spiritualitas perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi Medan tergolong berkembang. Dari 205
subjek penelitian, 166 orang 80.98 memiliki spiritualitas yang berkembang, 39 orang 19.02 memiliki spiritualitas yang sedang, dan tidak ada yang memiliki
spiritualitas yang tidak berkembang.
Universitas Sumatera Utara
61 Hal diatas sesuai dengan pendapat Florence Nightingale. Ia berpendapat
bahwa keperawatan dilandasi oleh filsafat spiritual yang mendalam dan bahwa keperawatan memandang pasien sebagai manusia “utuh” dan merawatnya secara
holistik Young, 2007. Ashmos 2000 menjelaskan beberapa alasan perusahaan-perusahaan di
Amerika mulai mengembangkan minat dalam spiritualitas di tempat kerja. Alasan tersebut antara lain, pertama banyaknya orang yang percaya bahwa downsizing,
reengineering, dan pemberhentian karyawan telah mengubah tempat kerja orang Amerika menjadi lingkungan yang para pekerjanya kehilangan semangat, dan
mengakibatkan pertumbuhan tingkat gaji menjadi tidak seimbang. Kedua, tekanan kompetisi global juga telah membuat pemimpin perusahaan berpikir bahwa
kreativitas karyawan dibutuhkan untuk mengekspresikan diri secara penuh dalam bekerja dan hal ini hanya akan terjadi jika pekerjaan tersebut dirasa bermakna
bagi karyawan. Ketiga, bagi orang-orang Amerika, tempat kerja menyediakan satu-satunya jaringan komunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
manusia akan hubungan dan kontribusi. Keempat, adanya rasa penasaran akan budaya dan filosofi timur, seperti filosofi budha yang menganjurkan meditasi dan
menekankan nilai-nilai seperti loyalitas terhadap kelompok dan menemukan pusat spiritual seseorang dalam tiap kegiatan mulai diterima oleh orang-orang Amerika.
Kelima, bertambahnya kekhawatiran orang terhadap ketidakpastian dalam hidup – kematian – ada peningkatan minat dalam mempertimbangkan makna hidup.
Universitas Sumatera Utara
62 Perawat memiliki banyak peran. Gaffar 1999 memaparkan beberapa peran
perawat. Berikut ini merupakan uraian peranan dari perawat: 14.
Nursing is caring, perawat berperan dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat harus memperlihatkan bahwa dalam pemberian asuhan keperawatan
tidak dikenal pasien atau kasus pribadi. Semua pasien diperlakukan sama. 15.
Nursing is sharing, dalam pemberian asuhan keperawatan perawat selalu melakukan sharing berbagi atau diskusi antara sesama perawat, kepada
anggota tim kesehatan lain dan kepada klien. 16.
Nursing is laughing, perawat meyakini bahwa senyum merupakan suatu kiat dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
17. Nursing is crying, perawat menerima respon emosional dari perawat atau
orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa pada situasi senang duka. 18.
Nursing is touching, perawat dapat menggunakan sentuhan untuk meningkatkan rasa nyaman pada saat melakukan massage pijat.
19. Nursing is helping, asuhan keperawatan dilakukan untuk menolong klien
dengan sepenuhnya memahami kondisinya. 20.
Nursing is believing in others, perawat meyakini orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk meningkatkan status kesehatannya.
21. Nursing is trusting, perawat harus menjaga kepercayaan orang lain klien
yaitu dengan menjaga mutu asuhan keperawatan. 22.
Nursing is learning, perawat harus selalu belajar atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional melalui auhan
keperawatan yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
63 23.
Nursing is respecting, perawat memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang lain klien dan keluarganya dengan menjaga kepercayaan dan
rahasia klien. 24.
Nursing is listening, perawat harus menjadi pendengar yang baik ketika klien berbicara atau mengeluh.
25. Nursing is doing, perawat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan
berdasarkan pengetahuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman serta asuhan keperawatan secara komprehensif.
26. Nursing is feeling, perawat dapat menerima, merasakan dan memahami
perasaan duka, senang, frustrasi dan rasa puas klien.
Menurut Gaffar dalam Praptianingsih 2006 selain tiga belas peran di atas, dalam melaksanakan profesinya, perawat juga memiliki empat peran lain, yaitu:
5 Peran sebagai pelaksana
Perawat bertindak sebagai comforter mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pada pasien, protector dan advocat, melindungi pasien dan
mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan, commmunicator tampak ketika perawat bertindak sebagai
penghubung antara pasien dengan anggota tim kesehatan serta rehabilitator perawat membantu pasien untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya.
6 Peran sebagai pendidik
Perawat melakukan penyuluhan kepada klien pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Universitas Sumatera Utara
64 7
Peran sebagai pengelola Peran ini berkaitan dengan jabatan struktural di rumah sakit. Perawat harus
memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
8 Peran sebagai peneliti
Perawat harus memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian di bidangnya.
Berdasarkan tabel 9 diperoleh mean empirik sebesar 130.34 dengan SD empirik sebesar 12.408. Sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 100 dan SD
hipotetik sebesar 20. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum kompetensi personal awareness perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi Medan lebih tinggi daripada rata-rata kompetensi
personal awareness pada umumnya. Kompetensi personal awareness perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan, yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 174 orang 84.88, tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 30 orang 14.63 dan
tergolong ke dalam kategori rendah sebanyak 1 orang 0.48. Mean empirik 130.34 tergolong ke dalam kategori tinggi. Artinya perawat rawat inap RSU. Dr.
Pirngadi Medan memiliki kompetensi personal awareness yang tinggi. Berdasarkan tabel 11 diperoleh mean empirik sebesar 70.33 dengan SD
empirik sebesar 6.881. Sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 55 dan SD
Universitas Sumatera Utara
65 hipotetik sebesar 11. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa secara umum kompetensi personal skill perawat rawat inap
RSU. Dr. Pirngadi Medan lebih tinggi daripada rata-rata kompetensi personal skill pada umumnya.
Kompetensi personal skill perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 158 orang
77.07, tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 47 orang 22.93 dan tidak ada yang tergolong ke dalam kategori rendah. Mean empirik 70.33
tergolong ke dalam kategori tinggi. Artinya perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi Medan memiliki kompetensi personal skill yang tinggi.
Berdasarkan tabel 13 diperoleh mean empirik sebesar 43.58 dengan SD empirik sebesar 4.338. Sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 35 dan SD
hipotetik sebesar 7. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik. Hal ini
berarti bahwa secara umum kompetensi social awareness perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi Medan lebih tinggi daripada rata-rata kompetensi social
awareness pada umumnya. Kompetensi social awareness perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan, yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 143 orang 69.76, tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 62 orang 30.24 dan
tidak ada yang tergolong ke dalam kategori rendah. Mean empirik 43.58
Universitas Sumatera Utara
66 tergolong ke dalam kategori tinggi. Artinya perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi
Medan memiliki kompetensi social awareness yang tinggi. Kompetensi sosial awareness yang tinggi menunjukkan bahwa perawat
memiliki spiritualitas yang berkembang. Pada kompetensi social awareness, seseorang yang memiliki spiritualitas yang berkembang memperlihatkan sikap
sosial yang lebih positif, lebih empati, dan menunjukkan altruisme yang besar. Sikap yang ditunjukkan ini sesuai dengan peran perawat nursing is helping,
dimana asuhan keperawatan dilakukan untuk menolong klien dengan sepenuhnya memahami kondisinya. Hal ini juga sesuai dengan peran nursing is listening,
dimana perawat harus menjadi pendengar yang baik ketika klien berbicara atau mengeluh. Sejalan juga dengan peran nursing is feeling, dimana perawat dapat
menerima, merasakan dan memahami perasaan duka, senang, frustrasi dan rasa puas klien. Spiritualitas yang berkembang ini juga senada dengan peran yang
dikemukakan Gaffar dalam Praptianingsih, 2006 yaitu peran perawat sebagai pelaksana, dalam hal ini sebagai comforter, dimana perawat harus mengupayakan
kenyamanan dan rasa aman pada pasien. Berdasarkan tabel 15 diperoleh mean empirik sebesar 111.03 dengan SD
empirik sebesar 10.624. Sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 85 dan SD hipotetik sebesar 17. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa secara umum kompetensi social skill perawat rawat inap
RSU. Dr. Pirngadi Medan lebih tinggi daripada rata-rata kompetensi social skill pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
67 Kompetensi social skill perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan, yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 178 orang 86.83, tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 26 orang 12.69 dan tergolong ke
dalam kategori rendah sebanyak 1 orang 0.48. Mean empirik 111.03 tergolong ke dalam kategori tinggi. Artinya perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi
Medan memiliki kompetensi social skill yang tinggi. Kompetensi sosial awareness yang tinggi menunjukkan bahwa perawat
memiliki spiritualitas yang berkembang. Pada kompetensi social awareness, seseorang yang memiliki spiritualitas yang berkembang menunjukkan
keterbukaan sosial yang lebih besar, mudah beradaptasi dengan perubahan, memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan, dan baik dalam
menanggapi kritikan. Keterampilan ini dibutuhkan perawat untuk menjalani peran-perannya dengan baik. Peran-peran yang membutuhkan keterampilan ini
antara lain, peran perawat sebagai pelaksana dalam hal ini sebagai communicator, yaitu peran dimana perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan
anggota tim kesehatan lain. Hal ini juga sejalan dengan peran perawat sebagai pengelola yaitu peran berkaitan dengan jabatan struktural di rumah sakit. Perawat
harus memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan, disini perawat dituntut untuk
bisa menjalin hubungan yang baik dengan rekan-rekannya yang lain Gaffar dalam Praptianingsih, 2006. Selain kedua peran tersebut, kompetensi ini juga
dibutuhkan pada peran perawat nursing is sharing, yaitu peran dimana perawat dalam pemberian asuhan keperawatan perawat selalu melakukan sharing
Universitas Sumatera Utara
68 berbagi atau diskusi antara sesama perawat, kepada anggota tim kesehatan lain
dan kepada klien Gaffar, 1999. Berdasarkan karakteristik subjek, dilihat dari usia spiritualitas diketahui
bahwa skor mean tertinggi berada pada rentang usia diatas 35 – 39 tahun 357.04 dan terendah pada rentang usia 55 – 59 tahun
341.00
. Hal ini sejalan dengan pendapat Young 2007 yang menjelaskan bahwa proses penuaan adalah suatu
langkah yang penting dalam perjalanan spiritual dan pertumbuhan spiritual seseorang. Orang-orang yang memiliki spiritualitas berjuang mentransendensikan
beberapa perubahan dan berusaha mencapai pemahaman yang lebih tinggi tentang hidup mereka dan maknanya.
Universitas Sumatera Utara
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisa yang diuraikan pada Bab IV. Pada bab ini juga diuraikan saran-saran untuk
pengembangan penelitian dan bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Secara umum, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan spiritualitas perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi Medan tergolong berkembang. Dari 205
subjek penelitian, 166 orang 80.98 memiliki spiritualitas yang berkembang, 39 orang 19.02 memiliki spiritualitas yang sedang, dan tidak
ada yang memiliki spiritualitas yang tidak berkembang. 2.
Berdasarkan kompetensi spiritualitas, spiritualitas perawat rawat inap Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diperoleh hasil:
a. Secara umum, kompetensi personal awareness perawat rawat inap Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, yang tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 174 orang 84.88, tergolong ke dalam kategori sedang
sebanyak 30 orang 14.63 dan tergolong ke dalam kategori rendah sebanyak 1 orang 0.48. Mean empirik 130.34 tergolong ke dalam
kategori tinggi. Artinya perawat rawat inap RSU. Dr. Pirngadi Medan memiliki kompetensi personal awareness yang tinggi. Mean empirik
Universitas Sumatera Utara