B.4. Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan Homeschooling

35 4. Mengadministrasikan peserta didik sesuai dengan program paket belajar yang diikutinya. 5. Menyusun program belajar dan strategi penyelenggaraan secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai dengan program paket belajar yang diselenggarakannya. 6. Mengembangkan perangkat pendukung pembelajaran. 7. Melakukan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik secara berkala per semester. 8. Mengikutsertakan peserta didik yang sudah memenuhi persyaratan dalam Ujian Nasional. Sejalan dengan hal di atas, pemerintah dan pemerintah daerah juga berkewajiban untuk: 1. Melakukan pendataan Komunitas Belajar dan sekolah rumah yang menjadi anggotanya. 2. Melakukan pembinaan terhadap Komunitas Belajar. 3. Memfasilitasi terselenggaranya Ujian Nasional bagi peserta didik sekolah rumah yang terdaftar pada Komunitas Belajar.

II. B.4. Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan Homeschooling

Menurut Alifa 2006 keberhasilan homeschooling dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini http:www.tabloid- nakita.comartikel2.php3?edisi=07359rubrik=topas , yaitu: 1. Kedisiplinan dan Komitmen Universitas Sumatera Utara 36 Pengajar dan anak didik yang diajar harus menerapkan sikap yang disiplin. Belajar di rumah tentu memiliki keleluasaan waktu. Namun, orangtua bersama anak harus membuat kesepakatan bersama perihal waktu belajar. Taati waktu yang telah dipilih dan tidak melanggarnya. Terlewat satu hari berarti talah melewatkan beberapa materi yang harus dipelajari. 2. Mengenali Kemampuan Anak Dengan mengenali kemampuan anak, maka si pengajar atau tutor dapat memberikanmateri yang sesuai baginya. Orang tua tidak boleh memaksa anak melebihi kemampuannya karena dapat membuatnya frustasi. 3. Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan Kelebihan sistem homeschooling ini adalah dapat memilih lokasi belajar di mana saja, di dalam ruangan, dan di sekitar rumah, sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. 4. Memberikan Kesempatan pada Anak untuk Bersosialisasi Kemampuan bersosialisasi anak tetap dapat dikembangkan dengan cara memberinya kesempatan mengikuti kegiatan ekskul yang melibatkan anak-anak sebaya. Sesuaikan bidang ekskul dengan minat anak sehingga semangat selalu menyertainya. 5. Memperkaya Kemampuan Pengajaran Tutor hendaknya selalu menambah pengetahuannya, baik dalam hal teknik mengajar kreatif dan interaktif maupun materi yang disampaikan. Mengakses informasi melalui internet, televisi, surat Universitas Sumatera Utara 37 kabar, buku, dan forum-forum orangtua homeschooling tentu akan sangat membantu. Keberhasilan homeschooling sangat dipengaruhi oleh komitmen orangtua yang lebih dituntut untuk mengenali kemampuan anak, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, lebih memberikan kesempatan untuk anak bersosialisasi, dan memperkaya kemampuan pengajaran. II.C. Program Reguler Pengertian Program reguler dalam kamus Bahasa Indonesia adalah teratur, tetap atau biasa Daryanto,1997. Berdasarkan pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud kelas reguler adalah kelas yang secara umum diselenggarakan oleh sekolah-sekolah dengan sistem tetap atau biasa yang memberikan kepada siswa suatu metode pengajaran yang biasa dilaksanakan selama ini yang membutuhkan waktu tempuh pendidikan selama enam tahun SD dan tiga tahun di SMP SMU. Waktu belajar yang digunakan kelas reguler maksimal delapan jam, secara umum belajar yang digunakan adalah tujuh sampai dengan delapan jam Balitbang Depdikbud,1986 Menurut Widyastono 2004 kelas reguler diselenggarakan berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Dalam kelas reguler semua peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat perbedaan kemampuan mereka. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program reguler merupakan program pendidikan secara umum, di mana siswa menyelesaikan Universitas Sumatera Utara 38 studinya selama enam tahun untuk SD dan tiga tahun untuk SMPSMU, dengan tetap menggunakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah. II.D. Perbedaan Kreativitas siswa Homescholing dan siswa yang mengikuti Program Reguler Program pendidikan homeschooling sudah semakin meluas dan cukup dikenal, termasuk Indonesia. Banyak para pendidik dan tokoh masyarakat menyambut positif kebijakan ini, karena program ini adalah salah satu program pendidikan bagi anak didik yang melibatkan partisipasi orangtua di dalamnya. Dalam homeschooling penekanannya lebih kepada partisipasi dari orangtua dalam merancang pendidikan anak-anaknya. Dalam belajar dan mendidik anak, yang menjadi guru pertama dalam hidup anak adalah orangtua. Menurut Dewey dalam Lines,2000 orangtua yang lebih mengenal karakter, minat, dan bakat anak-anaknya, sehingga dapat dirancang suatu pola didik yang paling sesuai dengan karakter, minat, dan bakat mereka tersebut. Selanjutnya, orangtua bisa mengundang siapa saja untuk memberikan transfer keahlian kepada anak-anaknya, bisa seorang mahasiswa untuk bidang yang dikuasainya, seorang perawat untuk masalah kesehatan, seorang satpam untuk belajar beladiri, seorang cleaning service untuk kegigihan dan kesungguhan dalam bekerja, dan lain sebagainya. Pada dasarnya dengan pengalaman mereka anak-anak akan menjadi lebih berkembang, karena ilmu yang sejati bisa datang dan dibawa oleh siapa saja Yulfiansyah,2006. Menurut Kak Seto 2007 homeschooling dapat membebaskan anak untuk belajar apa saja sesuai minat dan hal-hal yang disukainya. Sesekali mereka Universitas Sumatera Utara 39 berkunjung ke berbagai tempat yang bisa menjadi objek pelajaran, seperti persawahan, taman burung, pemandian air panas, kebun binatang, tepian laut yang berisi beraneka ragam makhluk hidup, stadion olahraga, pasar, bank, dan tempat- tempat lain yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar. Berbeda dengan konsep sekolah reguler yang sangat komplek, belajar mengajar di sekolah berlangsung dalam lingkungan pendidikan di mana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Selain itu, siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda dan mau tidak mau harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan pihak sekolah sehingga menyebabkan keterbatasan bagi ruang gerak siswa Suryadi dan Hartilaar,1993. Pada hakekatnya, baik homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sebuah sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Namun homeschooling dan sekolah memiliki perbedaan. Pada sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orangtua kepada guru dan pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada ditangan orangtua. Sistem di sekolah terstandarisasi untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum, sementara sistem pada homeschooling disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga. Sekolah telah mengatur jadwal belajar dan menentukan seragam untuk seluruh siswa, semantara homeschooling jadwal belajar fleksibel, tergantung pada kesepakatan antara anak dan orangtua. Pengelolaan di sekolah terpusat, seperti pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar. Pengelolaan pada homescholing terdesentralisasi pada keinginan keluarga Universitas Sumatera Utara 40 homeschooling, kurikulum dan materi ajar dipilih dan ditentukan oleh orangtua Kompas,2005. Kelebihan homeschooling sendiri antara lain: adaptable, artinya sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga, mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum, dapat memaksimalkan potensi anak tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan sekolah, siap terjun pada dunia nyata. Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada disekitarnya, terlindung dari pergaulan menyimpang, ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan keluarga Yorgi,2006. Menurut Jeanette Vos dan Gordon Dryden dalam Pikiran Rakyat,2006 kunci pembelajaran adalah “Fun”, ini akan semakin menguatkan kelebihan pembelajaran individual yang paling mungkin dilakukan di rumah. Vos dan rekannya tersebut mengatakan, bahwa belajar akan efektif jika dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Kondisi itu hanya bisa terwujud jika guru dan muridnya berada dalam keadaan senang mengajar dan ingin belajar. Jadwal belajar yang ketat seperti halnya di sekolah kurang mampu mengakomodasikan kepentingan ini. Bisa jadi, pada saat pembelajaran berlangsung, siswa dan juga gurunya sedang malas untuk belajar, efeknya proses belajar mengajar menjadi tidak efektif. Esensi pelajarannya pun tidak tertangkap otak, sehingga proses kreativitas mau tidak mau akan terhambat. Sementara itu, hal yang dapat menunjang kreativitas menurut Munandar 1985 adalah menciptakan iklim yang menunjang pengembangan kreativitas dan mendorong anak merasa tertarik dan tertantang untuk bersibuk diri secara kreatif. Universitas Sumatera Utara 41 Blair, dkk 1975 mengatakan bahwa anak akan kreatif bila diberi kesempatan untuk menyentuh, menggunakan peralatan-peralatan, dan mengubah- ubah bentuk objek. Hal ini memberi implikasi bahwa apa pun jenis kegiatan belajar hendaknya menyediakan lingkungan dan sarana yang dapat mengembangkan sifat eksploratif dan rasa ingin tahu. Kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar akan lebih mendorong perkembangan kreativitas. Siswa-siswa yang mengikuti homescholing diperkirakan memiliki kreativitas yang berbeda dibandingkan dengan siswa-siswa reguler yang belajar di sekolah formal. Siswa homeschooling lebih fleksibel dalam menerima maupun mengikuti pendidikan, tidak kaku dan tidak terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Pendidikan homeschooling lebih kepada upaya pengembangan kreatif anak-anak itu sendiri, sehingga tercipta anak-anak yang senang belajar, menjalankan aktivitas pembelajaran dengan motivasi internal yang kuat, kreatif, serta mampu menguasai materi pelajaran secara lebih efektif. Dengan demikian, kreativitas siswa homeschooling belum tentu sama dengan kreativitas yang dimiliki oleh siswa di sekolah reguler. II.E. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik yang dikemukan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dikemukan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada perbedaan kreativitas antara siswa homeschooling dengan siswa yang mengikuti program reguler.” Universitas Sumatera Utara 42

BAB III METODE PENELITIAN