Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1 Tinjauan Pustaka

形式名詞は具体的な意味を表すことができない語で、いつもその意 味をはっきりさせるための修即語がついて用いられる語です。 Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de, itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu. “Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata keterangan yang mempunyai arti.” Kata-kata yang termasuk dalam keishiki meishi jumlahnya amat terbatas. Diantaranya adalah : 1. Touri : sebagaimana, seperti 2. Tokoro : waktu, hal, sedang, sesuatu 3. Toki : waktu, ketika, saat 4. Koto : hal, masalah, sesuatu 5. Uchi : selama, ketika 6. Tame : untuk,guna, demi, karena 7. Hazu : seharusnya, sebaiknya 8. Hou : lebih, pihak dipakai sebagai perbandingan 9. Mama : begitu saja, dalam keadaan 10. Mono : hal, soal, perkara Penulisan ini difokuskan pada analisis makna kata mono yang terdapat dalam Nihongo Jaanaru edisi Juli dan Agustus2004.

2. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disususn kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti Nawawi, 1991:39. Penelitian difokuskan pada analisis makna kata mono yang terdapat pada Nihongo Jaanaru. Pada penelitian ini menggunakan beberapa teori yang menjelaskan tentang pemakaian mono yaitu teori Nagara Susumu, SunagawaYuriko dan Kikuo Nomoto. Dalam buku Gaikokujin No Tame No Nihongo Reibun Mondai Shirizu II Keishiki Meishi Kazuaki, 1985, Nagara Susumu membagi makna mono menjadi 11 jenis. 4 diantaranya: 1. Menyatakan kesimpulan yang dipikirkan secara umum dengan memberikan ide-ide atau konsep yang dianggap wajar. 2. Mengutarakan dengan mengenang perbuatan yang diulang dan dengan mengenang pengalaman dimasa lampau. 3. Menyatakan perasaan yang dalam si pembicara. 4. Ungkapan yang menduga hal yang dianggap tidak wajar. Dalam buku Nihongo Bunkei Jiten Yuriko, 1998, Yuriko membagi makna mono menjadi 32 jenis. 5 diantaranya: 1. Menyatakan sifat, karakter, atau watak asli yang dinyatakan dengan sifat yang umum atau lazim. 2. Menunjukkan perasaan yang menolak atau memyamgkal secara kuat. 3. Menunjukkan keinginan. 4. Menunjukkan perasaan kaget, kagum terhadap suatu tindakan , atau peristiwa. Universitas Sumatera Utara 5. Menunjukkan sebab dan alasan. Dalam memberikan makna sebuah kata, perlu sekali kita memperhatikan kata-kata yang mengikuti kata tersebut. Selain itu, perlu juga diperhatikan makna- makna lain yang tidak ada dalam kamus atau makna leksikal Chaer, 1994:289. Makna adalah arti atau maksud Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Dalam Moeliono, dkk 1996:165 disebutkan, makna adalah; pertama, Arti, Kedua, Maksud pembicara atau penulis, dan ketiga, Pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Semantik atau imoron merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2003:13. Pakar semantik berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi dan suatu kata baru mendapat makna sekunder jika disesuaikan berdasarkan konteks situasi. Dalam kenyataan kata itu tidak akan terlepas dari konteks pemakaiannya. Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu yang makna konstektual. Makna Konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata atau gabungan kata dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat ujaran dalam konteks situasi tertentu Chaer,2007:81. Seperti yang akan dibahas oleh penulis yakni makna mono yang terdapat dalam konteks kalimat dalam Nihongo Jaanaru edisi Juli dan Agustus2004.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian