The Impacts of Fertilizers on Leaf Production and Root Development of Mulberry Cutting (Morus cathayana)

(1)

(

Morus cathayana

L.)

ANVA NOVALIA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

(

Morus cathayana

L.)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

ANVA NOVALIA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

Anva Novalia. Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.). Dibimbing oleh Ir. Kasno, M.Sc.

Untuk mampu memenuhi kebutuhan industri benang sutera dalam negeri, pemerintah perlu mendorong petani ulat sutera untuk meningkatkan produksi kokon. Upaya peningkatan produksi kokon bisa ditempuh melalui cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya intensifikasi dapat ditempuh melalui cara pemberian nutrisi makanan melalui pemupukan, sedangkan upaya ekstensifikasi dapat ditempuh melalui perluasan kebun murbei.

Bahan perbanyakan tanaman murbei bisa berupa benih dan stek batang. Stek batang sebagai bahan perbanyakan tanaman lebih umum dilakukan. Penelitian pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan stek murbei dilakukan dalam kondisi rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap produktivitas tanaman khususnya pertumbuhan daun dan akar.

Jenis pupuk yang diuji dalam penelitian ini adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang diuji bermerk dagang M-Dext, NASA, dan Hormonik, serta pupuk kandang, sedangkan jenis pupuk anorganik yang diuji adalah Urea, TSP, dan KCl. Adapun dosis pupuk organik adalah campuran 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang per Ha, 12 lt M-M-Dext + 80 kg pupuk kandang per Ha, 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha, 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik per Ha, 12 lt NASA + 6 lt Hormonik per Ha, 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per Ha. Sedangkan dosis pupuk anorganik adalah campuran 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl per Ha, 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl per Ha, 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per Ha.

Untuk melakukan pengujian jenis dan dosis pupuk tersebut, dilakukan dengan rancangan percobaan acak lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan masing-masing tiga ulangan. Selain itu pengaruh perendaman stek murbei dalam larutan pupuk organik terhadap pertumbuhan akar juga dilakukan. Jenis pupuk yang diujicoba berupa pupuk organik M-Dext dan NASA. Konsentrasi pupuk yang


(4)

masing 3 ulangan. Adapun parameter pengujian berupa total panjang cabang primer, jumlah daun, luas permukaan daun, bobot daun dengan dan tanpa ranting, total panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total.

Hasil penelitian menunjukkan, untuk pengaruh pemupukan pada stek terhadap produksi daun, aplikasi pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang cabang primer, luas permukaan daun, dan bobot daun dengan dan tanpa ranting. Pengaruh yang nyata ini diduga bahwa pupuk organik M-Dext memiliki unsur makro dan mikro yang lebih lengkap dan dibutuhkan tanaman, sehingga dapat meningkatkan produktivitas daun. Sedangkan aplikasi pupuk organik 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per Ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun.

Aplikasi perendaman NASA 45 menit memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar. Respon tanaman akibat perlakuan perendaman ini dikarenakan pupuk organik NASA memiliki hormon yang dapat meningkatkan daya tumbuh akar.


(5)

Anva Novalia. The Impacts of Fertilizers on Leaf Production and Root Development of Mulberry Cutting (Morus cathayana). Under supervision of Mr. Kasno, M.Sc.

To enable fulfill silken thread industrial demand, the government has to stimulate silkworm farmers to increase cocoon production. It can be reached through both intensification and establishment of new areas of mulberry plantation. Stem cutting and seeds maybe used as plant propagation of mulberry plant, but stem cutting is mostly used to reproduce of mulberry plant.

A study entitled the Impacts of Fertilizers on Leaf Production and Root Development of Mulberry Cutting (Morus cathayana) was carried out. The aims of the study were to evaluate both leaf prouction and root development. To achieve the said aims, two separate experiments were carried out under glass house condition.

There were several fertilizers used in the study namely the organic fertilizers, the M-Dext trademarked, animal manure, and liquid NASA and Hormonic trademarked, and the inorganic fertilizers namely Urea, TSP, and KCl. The following dossages of the organic fertilizers namely the mixture of 5 l M-Dext + 30 kg animal manure, 12 l M-M-Dext + 80 kg animal manure, 20 l M-M-Dext + 130 kg animal manure, 5 l NASA + 2.5 l Hormonic, 12 l NASA + 6 l Hormonic, 20 l NASA + 10 l Hormonic, and the dossages inorganic fertilizers namely the mixture of 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl, 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl, 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per hectare to be the treatments of the first experiment. The following period of deeping stem cuttings namely 15, 30, and 45 minute of 0.25 % M-Dext and NASA fertilizers were used as the treatments of the second experiment.

Both experiments were conducted following complete randomized design procedure, which the first experiment was done with 10 treatments and three replications, while the second experiment with seven treatments and three replications. To evaluate the results of the experiments, the following parameters


(6)

The results showed that all fertilizers used in this experiment stimulated the growth of mulberry plants. The mixture of organic M-Dext and animal manure significantly increased primary branch length, leaf area, and leaf weight. Whereas the mixture of organic NASA and Hormonic significantly increased leaf count, primary root length and root count, and root weight.


(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana

L.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

Anva Novalia NRP E14203040


(8)

cathayana L.)

Nama : Anva Novalia

NRP : E14203040

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Kasno, MSc NIP : 130 891 379

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788


(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya penulis telah berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini, dengan judul Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.), yang dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007, dengan tema penelitian yang dipilih mengenai pengaruh pupuk terhadap produksi daun murbei sebagai pakan ulat sutera. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pupuk yang tepat diberikan untuk tanaman murbei guna meningkatkan kualitas kokon yang dihasilkan berdasarkan pemberian pupuk pada tanaman murbei, dengan jenis dan dosis yang berbeda, serta perkembangan akar yang dihasilkan dari lama perendaman dengan jenis pupuk dan waktu perendaman yang berbeda.

Penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan perhatian, khususnya kepada Bapak Ir. Kasno, M.Sc selaku pembimbing, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik, serta dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, kakak-kakak tercinta, dan para kerabat yang telah membantu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, Agustus 2008 Penulis


(10)

Penulis dengan nama lengkap Anva Novalia dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 12 November 1984, sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan E. Sulaiman Koesen Kartawinata dengan Aszesshinova. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi melalui jalur PMDK IPB. Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H), dimana Praktek Pengenalan Hutan dilakukan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang yang masuk ke dalam wilayah RPH Paseh, BKPH Ciparay, KPH Bandung Selatan, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut, dan Praktek Pengelolaan dilakukan di SPH 4 yang berlokasi di Cirebon, KPH Indramayu, BKPH Plosokerep - RPH Kroya, BKPH Jatimunggul - RPH Jatimunggul Utara, BKPH Sanca - RPH Bantarwaru, BKPH Haurgeulis - RPH Tamansari, Cikandung, dan Gantar. Pada bulan Februari ± April 2007, penulis juga mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. SBA Wood Industries, Sumatera Selatan, dengan kondisi lahan gambut.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.), yang dibimbing oleh Ir. Kasno, MSc.


(11)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis selama pelaksanaan praktek dan penyusunan skripsi, penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1. Ayahanda E. Sulaiman Koesen Kartawinata, Ibunda Aszesshinova, dan

Kakak-kakakku tercinta Santy, Virna, dan Teguh, serta seluruh Keluarga Besarku atas semua kasih sayang, semangat, kesabaran, pengorbanan, dan GR¶DQ\DVHODPDLQL

2. Bapak Ir. Kasno, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti bagi saya, baik dalam penyelesaian skripsi maupun dalam memotivasi saya untuk terus maju dan memberikan solusi bagi setiap masalah.

3. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang telah memberi kesempatan melaksanakan kegiatan penelitian ini.

4. Bapak Ir. Irdika Mansyur, M.For.Sc selaku Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya.

5. Dosen penguji Ir. I. Ketut N. Pandit, M.Sc dari Departemen Hasil Hutan. 6. Dosen penguji Dr. Ir. Jojo Oentarjo, M.Sc dari Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan.

7. Keluarga besar Laboratorium Entomologi Hutan Bu Umi, Bu Nunung, Bu Eli, Teh Lia yang telah membantu penulis selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

8. Pak Ismail dan Bu Aliyah, serta seluruh staff yang ada di KPAP Silvikultur atas bantuannya dalam pengurusan akademik.

9. A Hendra, S. Hut, Mas Sectio, S. Hut, dan Chandra, S. Hut atas kesabaran, keikhlasan, dan kebaikannya yang selalu membantu dalam proses penelitian, seminar, sidang, sampai akhir penulisan karya ilmiah ini.


(12)

susah maupun senang.

11. Inneu, Erty, Ridho, Sigit, Irma, Ana, Lela, Visty, Feny, dan seluruh keluarga EHVDU'¶DWDVEDQWXDQPRWLYDVLNHEHUVDPDDQ, dan kerjasamanya selama ini. 12. Keluarga besar Silvikultur 39, 40, 41 dan 42 atas kebersamaannya selama ini

semoga semua yang pernah kita lalui memberikan kesan yang indah.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang selalu memberi dukungan, semangat, motivasi, inspirasi, dan kesabarannya dalam mendengar dan mengatasi semua masalah sampai selesainya penulisan karya ilmiah ini.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei ... 4

2.2 Tanaman Murbei dan Kedudukannya Dalam Tata Klasifikasi Tumbuhan ... 5

2.3 SyaratTumbuh Morus cathayana L. 2.3.1 Tanah ... 6

2.3.2 Iklim ... 7

2.4 Cara Perkembangbiakan Tanaman Murbei ... 7

2.4.1 Penanaman Murbei ... 8

2.4.2 Pemeliharaan ... 10

2.4.3 Pengendalian Hama dan Penyakit ... 11

2.4.4 Peremajaan Tanaman Murbei ... 11

2.5 Kegunaan Tanaman Murbei ... 12

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ... 13


(14)

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Percobaan Pemupukan pada Stek ... 14

3.3.1.1 Stek ... 14

3.3.1.2 Media Tumbuh ... 14

3.3.1.3 Perlakuan dengan Pupuk ... 14

3.3.1.4 Rancangan Percobaan ... 16

3.3.1.5 Parameter ... 16

3.3.2 Percobaan Pengaruh Perendaman Stek dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan Akar ... 18

3.3.2.1Stek ... 18

3.3.2.2Media Tumbuh ... 18

3.3.2.3Perlakuan Perendaman ... 18

3.3.2.4Rancangan Percobaan ... 19

3.3.2.5Parameter ... 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 20

4.1.1 Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Stek Murbei ... 20

4.1.1.1 Total Panjang Cabang Primer ... 20

4.1.1.2 Jumlah Daun ... 22

4.1.1.3 Luas Permukaan Daun ... 25

4.1.1.4 Bobot Daun dan Ranting ... 27

4.1.1.5 Bobot Daun ... 29

4.1.2 Pengaruh Perendaman Stek dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan Akar 4.1.2.1Jumlah Akar Primer ... 31

4.1.2.2Total Panjang Akar Primer ... 33

4.1.2.3Bobot Akar Total ... 35

4.2Pembahasan ... 37

4.2.1 Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Stek Morus cathayana L. ... 37

4.2.2 Pengaruh Perendaman Stek Murbei dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Akar ... 39


(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(16)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Komposisi formula masing-masing pupuk ... 15

2. Komposisi pupuk campuran, dosis, dan cara penggunaannya ... 15 3. Total panjang cabang primer dari stek murbei (M. cathayana L.)

yang diperlakukan dengan pemupukan ... 20 4. Analisis sidik ragam total panjang cabang primer M. cathayana L.

pada saat umur 12 minggu ... 21 5. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang cabang primer

tanaman murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ... 21 6. Jumlah daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan

dengan pemupukan ... 22 7. Analisis sidik ragam jumlah daun murbei pada saat umur 12 minggu .. 23 8. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun tanaman murbei

(Morus cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ... 23 9. Luas permukaan daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang

diperlakukan dengan pemupukan ... 25 10. Analisis sidik ragam luas permukaan daun murbei pada saat umur 12

minggu ... 25 11. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap luas permukaan daun tanaman

murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ... 25 12. Bobot daun dan ranting dari stek murbei (M. cathayana L.) yang

diperlakukan dengan pemupukan ... 27 13. Analisis sidik ragam bobot daun dan ranting murbei pada saat umur 12

minggu ... 27 14. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun dan ranting

murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ... 27 15. Bobot daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan

dengan pemupukan ... 29 16. Analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei pada saat umur 12

minggu ... 29 17. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun murbei

(M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ... 29 18. Jumlah akar primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan

perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk ... 31 19. Analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei ... 31


(17)

20. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar primer tanaman murbei (Morus cathayana L.) ... 32 21. Total panjang akar primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang

diberikan perlakuan perendaman dalam larutan pupuk ... 33 22. Analisis sidik ragam total panjang akar primer M. cathayana L. ... 33 23. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang akar primer

tanaman murbei (M. cathayana L.) ... 34 24. Bobot akar total dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan

perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk ... 35 25. Analisis sidik ragam bobot akar total M. cathayana L. ... 35 26. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot akar total murbei (M.


(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Perbandingan data total panjang cabang primer dari stek murbei

yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa

jenis dan dosis pupuk ... 22 2. Perbandingan data jumlah daun dari stek murbei yang berumur

12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk . 24 3. Perbandingan data luas permukaan daun dari stek murbei

yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa

jenis dan dosis pupuk ... 26 4. Perbandingan data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang

berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis

dan dosis pupuk ... 28 5. Perbandingan data bobot daun dari stek murbei yang berumur

12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk . 30 6. Perbandingan data jumlah akar primer dari stek murbei yang berumur

4 minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis

pupuk dan lama perendaman yang berbeda ... 32 7. Perbandingan data total panjang akar primer dari stek murbei yang

berumur 4 minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek

dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda ... 34 8. Perbandingan data bobot akar total dari stek murbei yang berumur

4 minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis

pupuk dan lama perendaman yang berbeda ... 36 9. Murbei (Morus cathayana L.) berumur 2 minggu setelah tanam, saat

diberikan perlakuan pemupukan ... 45 10. Murbei (Morus cathayana L.) 4 minggu setelah tanam ... 45 11. Murbei (Morus cathayana L.) 8 dan 10 minggu setelah tanam ... 45 12. Perbedaan perendaman akar murbei (Morus cathayana L.) dalam

larutan NASA selama 45 dan 15 menit ... 46 13. Pupuk organik M-Dext dan NASA ... 46


(19)

DAFTAR GRAFIK

No. Halaman 1. Perkembangan total panjang cabang primer stek murbei yang

diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext

+ Pupuk Kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl) ... 20 2. Penambahan jumlah daun murbei yang diperlakukan dengan

berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + Pupuk Kandang;


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Foto-foto penelitian ... 45

2. Jadwal kegiatan penelitian pengaruh pemupukan terhadap produksi

daun Morus cathayana L. ... 47 3. Jadwal kegiatan penelitian pengaruh perendaman stek dalam larutan

pupuk terhadap perkembangan akar Morus cathayana ... 48 4. Hasil analisis sidik ragam total panjang cabang primer tanaman

murbei (Morus cathayana L.) ... 49 5. Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman murbei

(Morus cathayana L.) ... 50 6. Hasil analisis sidik ragam luas permukaan daun tanaman murbei

(Morus cathayana L.) ... 51 7. Hasil analisis sidik ragam bobot daun dan ranting tanaman murbei

(Morus cathayana L.) ... 52 8. Hasil analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei

(Morus cathayana L.) ... 53 9. Hasil analisis sidik ragam total panjang akar primer tanaman murbei

(Morus cathayana L.) ... 54 10. Hasil analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei

(Morus cathayana L.) ... 55 11. Hasil analisis sidik ragam bobot akar total tanaman murbei


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persuteraan alam sudah lama dikenal oleh beberapa penduduk di Indonesia dan juga di dunia. Usaha budidaya ulat sutera sudah dimulai sejak tahun 1960. Daerah-daerah yang selama ini telah melakukan usaha budidaya ulat sutera adalah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat.

Usaha persuteraan alam memiliki rangkaian kegiatan yang panjang, dimana rangkaian kegiatan itu terbagi menjadi beberapa sub sistem. Sub sistem yang paling pertama adalah budidaya tanaman murbei sebagai pakan utama ulat sutera. Sub sistem yang kedua yaitu pemeliharaan ulat sutera, kemudian dilanjutkan oleh sub-sub sistem berikutnya, yaitu sub sistem produksi kokon, pengolahan kokon, pemintalan benang, penerimaan tekstil sutera dan pemasaran hasil. Karena sifatnya yang padat karya maka budidaya ulat sutera ini mampu memperluas lapangan kerja, menambah penghasilan masyarakat, menghasilkan devisa, dan ikut dalam kegiatan produksi sandang. Pada setiap sub sistem persuteraan alam memerlukan banyak tenaga kerja.

Usaha budidaya ulat sutera berpotensi besar dan menghasilkan komoditi yang bernilai tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan benang sutera di dunia yang setiap tahunnya cukup besar, yaitu sekitar 92.743 ton, sedangkan produksi benang sutera di dunia baru mencapai 89.393 ton (FAO 1994 dalam Atmosoedarjo et al. 2000).

Indonesia sebagai negara berklim tropis memiliki potensi yang cukup besar dalam memproduksi benang sutera, karena daun murbei sebagai pakan ulat sutera dapat berproduksi sepanjang tahun. Di dalam usaha persuteraan alam khususnya untuk menghasilkan kokon yang mutunya baik, sangat dipengaruhi oleh faktor makanan. Daun murbei (Morus spp) merupakan satu-satunya bahan makanan alami bagi ulat sutera. Selain berfungsi sebagai sumber pakan ulat sutera, tanaman murbei juga dapat difungsikan sebagai tanaman pagar dan


(22)

penghijauan. Dari segi kegunaan, daun murbei bisa juga dimanfaatkan untuk bahan pembuat minuman yang menyehatkan (Atmosoedarjo et al. 2000).

Genus Morus memiliki beberapa spesies, antara lain Morus alba, Morus multicaulis, Morus nigra, Morus macroura, Morus cathayana, Morus indica, Morus kanva, Morus khunpai, Morus australis, dan Morus koukuso. Tanaman murbei dapat tumbuh pada tanah yang tidak asam (pH optimal 6,5) dengan tekstur tanah lempung berliat dan berpasir.

Indonesia memiliki lahan yang sangat luas dengan kondisi iklim yang cocok untuk budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera. Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk memehuhi kebutuhan industri benang sutera nasional. Untuk memenuhi kebutuhan industri benang sutera, perlu upaya intensifikasi atau ekstensifikasi pengusahaan ulat sutera dan tanaman murbei. Kedua sub sistem budidaya tanaman murbei dan sub sistem budidaya ulat sutera tidak bisa dipisahkan, keduanya harus seiring dilakukan di lokasi yang sama.

Upaya intensifikasi budidaya tanaman murbei antara lain pemupukan dengan jenis dan dosis pupuk yang sesuai dan harganya terjangkau. Sedang upaya ekstensifikasi budidaya tanaman murbei antara lain perluasan kebun murbei. Untuk keperluan kebun murbei memerlukan bibit tanaman yang cukup banyak yang berupa stek batang.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh beberapa jenis dan dosis pupuk terhadap produksi daun murbei (M. cathayana L.).

2. Mengetahui pengaruh perendaman stek murbei dalam larutan pupuk terhadap pertumbuhan akar.

1.3 Hipotesis

1. Pemberian perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan produksi daun murbei.


(23)

1.4 Manfaat

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis dan dosis pupuk yang memiliki pengaruh terbaik terhadap produksi daun dan perkembangan akar tanaman murbei yang optimal.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei

Usaha persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut meliputi penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, produksi kokon, pengolahan kokon, permintaan benang, dan pemasaran hasilnya. Usaha persuteraan alam ini berpotensi besar, karena siklus produksi setiap sub sistemnya singkat sehingga cepat memberikan hasil dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Teknologi yang digunakan relatif sederhana yang terbukti bisa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat awam. Usaha budidaya murbei dan ulat sutera dapat dilakukan sebagai usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan (Atmosoedarjo et al. 2000). Di dalam usaha persuteraan alam, khususnya untuk menghasilkan kokon yang berkualitas baik sangat dipengaruhi oleh kecukupan pakan bagi ulat.

Persuteraan alam di Indonesia sudah mulai dikenal sejak abad ke-10. Ketika itu ada hubungan dagang dengan pedagang dari Cina dan India. Diantara komoditi yang diperdagangkan adalah bahan pakaian bagi para kerabat kerajaan, yakni sutera. Pada tahun 1903, seorang tuan tanah Cina Lei Kim Liong menanam murbei di lahan persawahan dan memelihara ulat sutera ras Cina ± Jepang di daerah Tanggerang. Dari sini budidaya ulat sutera alam kemudian menyebar ke Lampung, Palembang, Aceh, dan Makasar (Atmosoedarjo et al. 2000).

Konon di Indonesia pada masa silam sudah dikenal usaha persuteraan alam yang bahan pakannya berupa daun tanaman jarak (Ricinis communis). Sedangkan usaha pemeliharaan ulat sutera dengan pakan daun tanaman murbei mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1948, yang dibawa oleh orang Jepang dan dikembangkan di daerah Jawa Barat. Sedangkan pabrik pemintalannya sendiri pertama kali didirikan pada tahun 1961 di Bandung yang bahan kokonnya diperoleh dari masyarakat, hasil bimbingan dan pengembangan persuteraan alam yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat.


(25)

2.2 Tanaman Murbei dan Kedudukannya Dalam Tata Klasifikasi Tumbuhan

Tanaman murbei merupakan tanaman yang memiliki perakaran dalam, sehingga untuk pertumbuhan akarnya diperlukan lapisan tanah yang cukup dalam. Tanaman murbei yang berasal dari stek, meskipun pada dasarnya tidak memiliki akar tunggang, tetapi ketika tanaman semakin tua tampak ada akar yang tumbuh ke bawah yang mirip dengan akar tunggang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa akar tanaman murbei pada umumnya berkembang sampai pada kedalaman 10 ± 15 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman murbei yang sudah tua dapat berkembang sampai kedalaman 100 cm.

Habitus tanaman murbei berupa perdu, tetapi dapat menjadi pohon tinggi bila dibiarkan tanpa pemangkasan. Tingginya dapat mencapai 6 meter, batangnya memiliki banyak cabang tetapi tajuknya jarang. Percabangan tanaman murbei tegak atau mendatar dengan warna cabang hijau, abu-abu atau putih kecoklatan. Daunnya merupakan daun tunggal dengan bentuk daun oval, membulat, dan berlekuk dengan tepi daun bergerigi atau beringgit, dan ujung daun meruncing. Permukaan daun licin atau berbulu dan berwarna hijau tua atau suram, sedangkan permukaan bawah daun hijau, suram, atau kasar tergantung dari spesiesnya (Samsijah dan Andadari 1992).

Bunga murbei termasuk tipe berumah satu (monoecious) atau berumah dua (diocious). Sebagai tanaman yang bersifat diocious memiliki bunga jantan dan bunga betina yang masing-masing tersusun dalam untaian yang terpisah satu sama lain. Buah murbei merupakan buah majemuk, berwarna hijau ketika masih muda kemudian mengalami perubahan menjadi kuning kemerahan ketika sudah agak tua. Selanjutnya, buah akan berwarna ungu kehitaman jika telah tua.

Tanaman murbei termasuk ke dalam marga Morus dari famili Moraceae. Berdasarkan morfologi bunga, marga Morus dipilah-pilah menjadi 24 jenis, yang kemudian ditambah lima jenis lagi. Murbei pada dasarnya mempunyai bunga kelamin tunggal, meskipun kadang berkelamin rangkap (Koidzummi 1930).


(26)

Sistematika (klasifikasi) tanaman murbei adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Urticaulis

Famili : Moraceae

Genus : Morus

Spesies : Morus cathayana, Morus nigra, Morus alba, Morus

multicaulis, Morus macroura, Morus indica, Morus kanva, Morus khunpai, Morus australis, dan Morus koukuso.

Jenis murbei dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan warna daun, tepi dan permukaan daun, warna pucuk dan batang (Atmosoedarjo et al. 2002). Ciri-ciri dari Morus cathayana L. (sebagai bahan penelitian yang digunakan) adalah daun berwarna hijau tua, ujung ranting muda berwarna sedikit merah, tangkai daun muda berwarna sedikit merah, batang berumur satu tahun berwarna coklat, pertumbuhan batang lurus, percabangan mulai keluar pada bagian tengah batang utama, panjang buku 7-8 cm, hasil per tahun ± 30 ton (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 2000).

2.3 Syarat Tumbuh Morus cathayana

2.3.1 Tanah

M. cathayana L. dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Walaupun demikian, keadaan kesuburan tetap menjadi syarat bagi pertumbuhannya. Oleh karena itu kesuburan tetap perlu diperhatikan agar tanaman murbei dapat tumbuh baik. Kondisi tanah yang cukup baik untuk tanaman ini adalah tanah yang banyak mengandung 40 % mineral, 30 % air, 20 % udara, dan 10 % bahan organik (Tim penulis penebar swadaya 1991). Pada dasarnya, tanaman murbei dapat tumbuh baik jika sistem aerasi dan drainase tanahnya terjaga dengan baik, solum minimum 50 cm, tanah tidak asam (pH optimal 6,5), dan kelembaban udara 65 ± 85 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1990).


(27)

M. cathayana L. dapat tumbuh di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Tanaman murbei dapat tumbuh dengan optimum pada ketinggian tempat sekitar 200 ± 1400 mdpl, tapi ketinggian tempat tersebut harus disesuaikan dengan tempat budidaya ulat sutera, yaitu sekitar 400 ± 700 mdpl. Sebagai syarat tempat tumbuh tanaman murbei, diperlukan tanah dengan tekstur tanah lempung, lempung berliat, dan lempung berpasir (Atmosoedarjo et al. 2000).

2.3.2Iklim

Tanaman murbei (M. cathayana L.) dapat tumbuh subur di daerah yang memiliki curah hujan 2000 ± 3000 mm per tahun. Tanaman murbei bisa tumbuh baik di daerah yang bersuhu 13 °C dan 38 °C. Tanaman murbei (M. cathayana L.) merupakan tanaman yang memerlukan cahaya matahari penuh selama pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh sebab itu, dalam pembudidayaan harus berada di areal terbuka. Murbei membutuhkan penyinaran matahari rata-rata 8 ± 13 jam per hari (Hatta Sunanto 1997).

2.4 Cara Perkembangbiakan Tanaman Murbei

Daun murbei sebagai makanan utama ulat sutera harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Secara langsung maupun tidak langsung, kecukupan pakan dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas kokon yang dihasilkan (Katsumata 1964).

Pengadaan bibit murbei dapat dilakukan secara generatif (dengan benih) dan secara vegetatif (dengan cangkok, okulasi, perundukan, penyambungan, dan stek batang). Namun karena tanaman murbei sangat mudah dikembangkan secara vegetatif terutama dengan stek batang, maka sampai saat ini perluasan tanaman murbei dilakukan dengan stek batang. Dengan stek batang dapat diperoleh bibit murbei dengan mudah dan praktis. Sedangkan cara generatif, benih murbei bisa digunakan sebagai bahan perbanyakan tetapi perkecambahannya memerlukan waktu yang lama. Selain stek batang, tanaman murbei juga dapat dikembangkan melalui stek akar.


(28)

Stek yang digunakan sebagai bibit adalah berukuran panjang 20 cm dan mempunyai 3 ± 4 ruas (buku). Stek diambil dari tanaman induk yang unggul dan berumur lebih dari 1 tahun.

Pembuatan stek batang dengan cara pemotongan batang murbei dengan menggunakan gunting stek atau pisau yang tajam. Stek ± stek batang yang telah terkumpul kemudian ditanam langsung ke lahan dan disemaikan dalam bedengan atau dalam polybag.

Pengembangan murbei di Indonesia pada awalnya berlangsung di kawasan hutan dan lahan kritis sebagai tanaman penghijauan dan diusahakan dalam bentuk pohon agar sesuai dengan konsep tanaman kehutanan. Kemudian, kondisi tersebut tidak dipertahankan sebab dituntut untuk dapat menghasilkan produksi daun yang banyak secara terus menerus. Oleh karena itu, penanaman murbei harus memilih lahan yang memenuhi syarat untuk pertumbuhannya.

Tanaman murbei dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Walaupun demikian, keadaan tanah tetap perlu diperhatikan agar tanaman murbei dapat tumbuh subur. Lahan yang digunakan untuk kebun murbei dibersihkan dahulu dari tumbuh-tumbuhan liar (gulma), kayu, atau semak belukar. Tanah dicangkul dan digemburkan terlebih dahulu, setelah itu diberikan pupuk dasar, yaitu pupuk kandang atau kompos. Sebelum dilakukan penanaman stek ke lapangan, lahan ditanami dengan tanaman ± tanaman produksi lain terlebih dahulu, sehingga tanah akan banyak mengandung unsur hara dari pemeliharaan tanaman tersebut (Atmosoedarjo et al. 2000).

2.4.1 Penanaman Murbei

Berkaitan dengan usaha persuteraan alam, maka sistem penanaman murbei harus mendapat perhatian yang khusus agar tanaman murbei dapat memproduksi daun sebanyak mungkin dalam jangka waktu berkesinambungan. Untuk mempertahankan tanaman murbei hidup subur dalam waktu yang lama dalam kaitannya dengan persuteraan alam adalah sebagai berikut :


(29)

1. Tanaman murbei dapat hidup bertahun-tahun, bahkan ada juga yang mampu hidup hingga puluhan tahun yang secara periodik dipanen daun dan cabangnya.

2. Mutu dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera harus dengan kondisi baik.

3. Produksi daun harus stabil agar bisa digunakan sebagai dasar rencana kegiatan pemeliharaan ulat sutera.

Dengan alasan ini, maka usaha dalam mempertahankan kesuburan tanah tempat tumbuh tanaman murbei, unsur hara yang terkandung di dalam tanah tidak terkuras habis, dan tanaman murbei pun dapat hidup subur dalam jangka waktu yang lama.

Untuk daerah tropis, penanaman tanaman murbei tidak terlalu dipengaruhi oleh arah terbit atau tenggelamnya matahari, ataupun barisan tanaman murbei harus disesuaikan dengan arah angin, sehingga faktor tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap pertumbuhan murbei (Hatta Sunanto 1997). Untuk lahan yang baru dibuka, kegiatan pertama yang dilakukan adalah tanah sebaiknya dibersihkan dari sisa tunggul, akar tanaman, atau bebatuan. Bila tanah ber pH rendah (dibawah 7), maka tindakan pengapuran perlu dilakukan agar tanah menjadi netral atau agak basa seperti yang dibutuhkan murbei. Tanaman muda murbei kurang mampu bertahan di musim kering. Oleh karena itu, waktu penanaman bibit murbei di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Kelembaban dan jumlah air yang cukup di musim hujan, penting untuk membantu pertumbuhan tanaman.

Sebelum stek ditanam, dibuat lubang terlebih dahulu, kemudian ke dalam lubang ini dimasukkan kompos atau pupuk kandang, rumput-rumputan, ranting-ranting murbei, dan sebagainya. Sebaiknya ditambahkan pula beberapa jenis pupuk nitrogen, seperti amonium sulfat dan urea. Setelah itu, lubang harus ditutup lagi dengan tanah.


(30)

2.4.2 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada kebun murbei, bertujuan untuk mempertahankan keadaan tanaman murbei yang baik, agar dapat memanen daun dalam jumlah yang banyak dan berkualitas, serta untuk menjaga kelestarian tanaman murbei. Dalam hubungan ini diperlukan adanya kegiatan ± kegiatan seperti penyiangan, pendangiran, pemangkasan ataupun panen daun, pengendalian serangan hama dan penyakit, serta perlu adanya kegiatan pemupukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman murbei.

Tanaman murbei memerlukan air dan unsur hara secara terus menerus untuk pertumbuhannya dan produksi daun, sehingga menyebabkan kesuburan tanah akan berkurang. Oleh karena itu, kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan tujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Ada dua jenis pupuk yang digunakan, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Adapun pupuk organik yang dapat digunakan seperti potongan jerami, serbuk gergaji, daun dan cabang-cabang yang gugur, pupuk kandang, kompos, dan lain-lain. Sedangkan pupuk anorganik yang biasa dipakai yaitu Urea, TSP, KCl, dan lain-lain.

Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tunas-tunas dipotong pangkalnya. Metode pemberian pupuk tergantung pada jenis dan jumlah pohon per hektar (Atmosoedarjo et al. 2000). Pemberian pupuk organik dapat dilakukan bersamaan dengan saat penyiangan atau pendangiran. Pupuk organik tersebut ditaburkan disepanjang larikan dengan jarak 25 cm dari pangkal pohon (Guntoro 1994). Samsijah dan Sanusi menyatakan bahwa pemberian pupuk buatan secara terus menerus dapat menurunkan jumlah daun murbei pada tahun ke dua, karena itu disarankan untuk memberikan pupuk alam.

Pupuk anorganik lebih mudah dalam penggunaannya dan hasilnya pun lebih cepat terlihat, tetapi sukar untuk memperbaiki tanah dan mempertahankan produktivitasnya. Sebaliknya pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, meskipun memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk menanganinya. Karena itu diperlukan suatu metode yang rasional untuk menggabungkan penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia (Atmosoedarjo et al. 2000).


(31)

Pengaturan tingkat kelembaban yang cocok di dalam tanah disebut dengan pengelolaan air atau irigasi. Keuntungan yang didapat dari pemupukan tidak akan diperoleh apabila tidak disertai dengan pengelolaan air yang baik, karena tanaman murbei yang tumbuh di daerah yang curah hujannya sedikit perlu diairi, karena murbei tidak tahan kekurangan air. Dan sebaliknya, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, harus dibuat saluran-saluran drainase, karena tanaman murbei sangat peka terhadap kekurangan zat asam.

2.4.3 Pengendalian Hama dan Penyakit

Dalam hal meningkatkan produksi dan kualitas daun murbei, tidak hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulat sutera, tetapi juga berpengaruh terhadap mutu dan kualitas kokon yang dihasilkan, dan sekaligus menentukan hasil produksi benang suteranya. Dalam hal pengendalian hama dan penyakit yang menyerang kebun tanaman murbei, ada beberapa teknik pengendalian, yaitu seperti pengendalian hama dan penyakit secara silvikultur, secara mekanik, dan pengendalian menggunakan bahan kimia. Pestisida untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman murbei, harus dipilih yang benar-benar aman. Artinya hama dan penyakit tanaman murbei dapat diberantas, tetapi daun yang diberikan kepada ulat sutera itu tidak meracuninya (Hatta Sunanto 1997).

2.4.4 Peremajaan Tanaman Murbei

Setelah beberapa tahun ditanam, biasanya produksi daun murbei akan menurun, pertumbuhannya kurang baik, sehingga daun menjadi kecil-kecil dan tunas tumbuh kurang dari jumlah normal. Gejala ini menimbulkan bahwa tanaman murbei sudah mulai tua. Agar kembali didapatkan pertumbuhan yang baik dan segar, serta menghasilkan daun yang cukup, hal ini dapat diatasi dengan peremajaan. Kegiatan peremajaan dapat dilakukan dengan cara penyulaman tanaman yang mati, atau dengan melakukan penanaman kembali seluruh tanaman murbei yang dirasa mungkin untuk berproduksi lagi (Tim penulis penebar swadaya 1991).


(32)

2.5 Kegunaan Tanaman Murbei

Peranan tanaman murbei dalam usaha persuteraan alam sangat penting karena sebagai bahan pakan bagi ulat sutera. Daun tanaman murbei (Morus sp) mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan ulat sutera, yaitu air, protein, asam amino, senyawa N yang bukan protein, karbohidrat, lemak, mineral, serta vitamin. Peranan daun murbei sangat vital, karena secara tidak langsung merupakan faktor penentu kualitas produksi kokon dan serat benang sutera yang dihasilkan dari usaha persuteraan alam (Direktorat Reboisasi dan Penghijauan 1991).

Selain sebagai pakan ulat sutera, tanaman murbei juga dapat digunakan sebagai tanaman pagar dan penghijauan. Selain itu juga tanaman murbei dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat minuman yang menyehatkan (Atmosoedarjo


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di dalam rumah kaca Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama ± tiga bulan, yaitu terhitung dimulai pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2007.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi stek satu varietas tanaman murbei (Morus cathayana L.), kartas label, kertas milimeter blok, polybag, media tanah dan cocofit, pupuk organik kandang, dan tiga macam pupuk, yaitu pupuk anorganik Urea, TSP, KCl, dan pupuk organik cair M-Dext dan NASA yang dapat dilihat dalam lampiran pada Gambar 13. Tanaman murbei jenis

Morus cathayana yang digunakan sebagai bahan utama penelitian ini berasal dari tegakan (kebun) yang sudah berumur lebih dari 10 tahun. Dari kebun tersebut, sejumlah stek batang diperoleh.

Kertas label ukuran 1,5 x 4 cm digunakan sebagai keterangan tanaman yang diberi perlakuan. Kertas milimeter blok dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana pengukuran luas permukaan daun. Polybag dalam penelitian ini menggunakan ukuran 40 x 40 cm sebagai penempatan media tanah bagi stek murbei. Cocofit digunakan sebagai media tumbuh. Pupuk merupakan bahan untuk perlakuan dalam penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, gelas ukur, timbangan, aerator, ember, pisau, meteran, dan alat tulis. Sekop dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana pengambilan tanah untuk dimasukkan ke dalam polybag. Gelas ukur digunakan untuk menakar dosis pupuk organik cair yang dibutuhkan. Timbangan digunakan untuk mengukur dosis pupuk anorganik (Urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 2 : 1 : 1).

Aerator dalam penelitian ini digunakan untuk mengkondisikan larutan pupuk M-Dext yang dicampur dengan pupuk kandang dan air dikeadaan aerobik.


(34)

Kondisi aerobik memungkinkan mikroorganisme bekerja lebih aktif dalam merombak bahan organik menjadi hara siap serap. Ember digunakan sebagai sarana pengambilan air pada saat penyiraman. Pisau digunakan untuk memisahkan daun dengan cabang pada saat pengukuran bobot daun dengan dan tanpa ranting. Meteran digunakan untuk mengukur panjang cabang murbei. Alat tulis digunakan untuk mencatat semua keperluan penelitian.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Percobaan Pemupukan pada Stek

Percobaan pemberian pupuk terhadap stek murbei (M. Cathayana L.), dilakukan dengan menggunakan tiga macam teknik pemupukan, yaitu aplikasi pupuk organik campuran M-Dext + pupuk kandang, aplikasi pupuk organik campuran NASA + Hormonik, dan aplikasi pupuk anorganik Urea + TSP + KCl. Tiga macam pupuk ini diberikan pada tanaman murbei yang ditanam dalam polybag berukuran 40 x 40 cm, dengan tiga ulangan untuk masing-masing perlakuan.

3.3.1.1 Stek

Stek yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari batang tanaman M. Cathayana L.. Setiap stek berasal dari batang atau cabang yang sudah cukup tua dengan indikator berupa warna hijau kecoklatan. Stek yang akan digunakan sebagai bibit adalah berdiameter 1,5 ± 2,0 cm dengan panjang 20 cm dan mempunyai 4 mata tunas.

3.3.1.2 Media Tumbuh

Media tumbuh terdiri dari tanah dan cocofit dengan perbandingan 2 : 1. Kedua bahan dicampur secara merata kemudian dimasukkan ke dalam polybag.

3.3.1.3 Perlakuan dengan Pupuk

Pupuk anorganik yang digunakan terdiri dari Urea, TSP, dan KCl, sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk yang bermerk dagang


(35)

M-Dext dan NASA. Berikut disajikan teknik aplikasi dan dosis perlakuan pupuk pada Tabel 1 ± 4.

Tabel 1. Komposisi formula masing-masing pupuk

M-Dext : Pupuk Kandang NASA : Hormonik Urea : TSP : KCl

1:06 2:01 2:01:01

Tabel 2. Komposisi pupuk campuran, dosis, dan cara penggunaannya

Jenis

Pupuk Dosis Pupuk

Waktu Pemberian, Cara Aplikasi dan Penggunaannya Waktu

Pemu pukan (MST)

Dosis Pupuk Campuran Waktu

Pemberian Pupuk Campuran Organik M-Dext + Pupuk Kandang

5 Lt M-Dext + 30 Kg Pupuk Kandang

2 2,5 Lt M-Dext + 15 Kg Pupuk Kandang

Setengah dosis total diberikan 2 minggu setelah tanam, dan setengah dosis

sisanya disemprotkan 3 kali

dengan interval waktu 2 minggu sekali setelah pemberian dosis

pertama, yaitu pada 4, 6, dan 8

minggu setelah tanam

4 0,84 Lt M-Dext + 5 Kg Pupuk Kandang

6 0,83 Lt M-Dext + 5 Kg Pupuk Kandang

8 0,83 Lt M-Dext + 5 Kg Pupuk Kandang

12 Lt M-Dext + 80 Kg Pupuk Kandang

2 6 Lt M_Dext + 40 Kg Pupuk Kandang

4 2 Lt M-Dext + 14 Kg Pupuk Kandang

6 2 Lt M-Dext + 13 Kg Pupuk Kandang

8 2 Lt M-Dext + 13 Kg Pupuk Kandang

20 Lt M-Dext + 130 Kg Pupuk Kandang

2 10 Lt M-Dext + 75 Kg Pupuk Kandang

4 3,4 Lt M-Dext + 25 Kg Pupuk Kandang

6 3,3 Lt M-Dext + 25 Kg Pupuk Kandang

8 3,3 Lt M-Dext + 25 Kg Pupuk Kandang

Pupuk Campuran

Organik NASA + Hormonik

5 Lt NASA + 2,5 Lt Hormonik

2 2,5 Lt NASA + 1,25 Lt Hormonik

4 0,84 Lt NASA + 0,42 Lt Hormonik

6 0,83 Lt NASA + 0,42 Lt Hormonik

8 0,83 Lt NASA + 0,41 Lt Hormonik

12 Lt NASA + 6 Lt Hormonik

2 6 Lt NASA + 3 Lt Hormonik

4 2 Lt NASA + 1 Lt Hormonik

6 2 Lt NASA + 1 Lt Hormonik

8 2 Lt NASA + 1 Lt Hormonik

20 Lt NASA + 10 Lt Hormonik

2 10 Lt NASA + 5 Lt Hormonik

4 3,4 Lt NASA + 1,67 Lt Hormonik

6 3,3 Lt NASA + 1,67 Lt Hormonik

8 3,3 Lt NASA + 1,66 Lt Hormonik

Pupuk Campuran Anorganik Urea + TSP

+ KCl

25 Kg Urea + 12,5 Kg

TSP + 12,5 Kg KCl 2 Dosis pupuk total diberikan pada saat 2 minggu setelah

tanam, dengan cara dibenamkan atau dikubur mengelilingi tanaman dengan jarak ± 15 cm dari tanaman 75 Kg Urea + 37,5 Kg

TSP + 37,5 Kg KCl 2

125 Kg Urea + 62,5 Kg

TSP + 62,5 Kg KCl 2

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Penyiraman dan penyemprotan dalam pemberian pupuk, dilakukan sekitar pukul 07.00 ± 10.00, penyiraman diarahkan pada permukaan tanah. Aplikasi pupuk organik dilakukan dengan penyiraman aplikasi pupuk ke dalam media dan penyemprotan aplikasi pupuk ke daun dan batang.


(36)

3.3.1.4 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu faktor pemupukan, dimana produksi daun (berat daun dengan dan tanpa ranting), jumlah daun, panjang cabang primer, dan luas permukaan daun sebagai objek data yang dibutuhkan. Penelitian dilakukan dengan 10 perlakuan, yaitu tiga perlakuan menggunakan pupuk organik M-Dext, tiga perlakuan menggunakan pupuk organik NASA, tiga perlakuan menggunakan pupuk anorganik, dan sisanya sebagai kontrol (tidak diberi pupuk). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij —IJiİij

Keterangan :

Yij = respon percobaan pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i

dan ulangan ke-j

µ = rata-rata umum

IJi = pengaruh perlakuan ke-i

İij = sisaan acak pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i dan

ulangan ke-j i = 1, 2,...t j = 1, 2,...ri

t = banyaknya taraf perlakuan

ri = banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan program MS. Excel dan analisis statistika menggunakan program SPSS 12.0. Pengujian lanjutan menggunakan uji Duncan.

3.3.1.5 Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang cabang primer, jumlah daun, luas permukaan daun, bobot daun dengan ranting, dan bobot daun tanpa ranting. Adapun penjelasan mengenai pengukuran yang dilakukan sebagai berikut :


(37)

1. Total panjang cabang primer

Pengukuran panjang cabang primer dilakukan dengan mengukur panjang cabang utama (primer) dari pangkal batang utama sampai ujung cabang pada setiap tanaman. Pengukuran dilakukan mulai pada saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam, yaitu dua minggu setelah dilakukan pemberian pupuk, yang kemudian pengukuran terus dilakukan dua minggu sekali sampai tanaman berumur 12 minggu.

2. Jumlah daun

Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun total pada setiap tanaman. Perhitungan dilakukan mulai pada saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam, yaitu dua minggu setelah dilakukan pemberian pupuk, sampai tanaman berumur 12 minggu

3. Luas permukaan daun

Pengukuran luas permukaan daun dilakukan dengan mengukur luas permukaan daun dewasa, yaitu daun ke-6 dari pucuk pada cabang ke-2 dari batang utama. Pengukuran luas daun dilakukan secara manual, yaitu dengan menggambar permukaan daun dalam kertas milimeter blok, yang kemudian dihitung berapa banyaknya blok yang ada dalam luasan cm2.

4. Bobot daun dan ranting

Pengukuran bobot daun dengan ranting dilakukan dengan menimbang seluruh daun dan ranting yang masih segar (berwarna hijau dan kuning), yang dipisahkan terlebih dahulu dari batang stek pada setiap tanaman. Pengukuran bobot daun dengan ranting total dilakukan dengan cara menimbang daun dengan rantingnya secara satu persatu atau helai demi helai.

5. Bobot daun

Pengukuran bobot daun tanpa ranting dilakukan dengan menimbang seluruh daun yang masih segar (berwarna hijau dan kuning), yang dipisahkan terlebih dahulu dari batang stek dan rantingnya pada setiap tanaman secara helai demi helai. Pengukuran ini dilakukan pada saat tanaman telah berumur 12 minggu.


(38)

3.3.2 Percobaan Pengaruh Perendaman Stek dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan Akar

Percobaan pengaruh perendaman stek dalam larutan pupuk, dilakukan dengan menggunakan dua macam pupuk, yaitu pupuk organik dengan merk dagang M-Dext dan NASA. Bahan stek murbei yang belum ditanam, direndam terlebih dahulu dengan menggunakan dua macam pupuk tersebut.

3.3.2.1Stek

Stek yang digunakan dalam penelitian ini dari batang tanaman M. Cathayana L. yang sudah berumur lebih dari tiga tahun. Stek yang digunakan berdiameter 1,5 ± 2,0 cm dengan panjang 20 cm dan mempunyai 3 ± 4 ruas (buku). Pembuatan stek batang dengan cara pemotongan harus menggunakan gunting stek atau pisau yang tajam agar diperoleh hasil potongan yang tidak kasar.

3.3.2.2 Media Tumbuh

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah cocofit dan tanah, dengan perbandingan 1 : 2. Alasan cocofit digunakan sebagai media yaitu untuk membantu dalam penyimpanan cadangan air dalam tanah, dan membantu tanah dalam penyediaan unsur hara. Selain itu juga untuk mempermudah perkembangan akar dalam tanah, karena cocofit merupakan media yang tidak terlalu padat (kurang kompak).

3.3.2.3 Perlakuan Perendaman

Bahan stek murbei (Morus cathayana L.) yang belum ditanam, direndam terlebih dahulu dengan menggunakan dua macam pupuk, yakni pupuk dengan merk dagang M-Dext dan NASA dengan konsentrasi masing-masing pupuk sebesar 0.25 %. Pengujian perendaman dilakukan dengan interval waktu perendaman yang berbeda, yaitu perlakuan 1 berupa perendaman selama 15 menit, perlakuan 2 selama 30 menit, dan perlakuan 3 selama 45 menit. Penanaman dilakukan dalam polybag yang berukuran 40 x 40 cm, dengan 3 ulangan untuk masing-masing perlakuan.


(39)

3.3.2.4 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu faktor perendaman, dimana panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total sebagai parameter yang digunakan. Penelitian dilakukan dengan enam perlakuan, yaitu tiga perlakuan perendaman menggunakan pupuk organik M-Dext, tiga perlakuan perendaman menggunakan pupuk organik NASA, dan sisanya sebagai kontrol (tidak diberi perlakuan). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan.

3.3.2.5 Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total. Adapun penjelasan mengenai pengukuran yang dilakukan sebagai berikut :

1. Total panjang akar primer

Akar primer merupakan akar utama yang tumbuh dari batang, yang kemudian berkembang membentuk akar sekunder dan akar tersier. Pengukuran panjang akar primer dilakukan dengan mengukur total panjang akar utama Morus cathayana L.), yang pengukurannya dimulai dari pangkal akar (munculnya akar dari batang) sampai ujung akar primer. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah tanaman berumur empat minggu setelah tanam.

2. Jumlah akar primer

Pengukuran jumlah akar primer dilakukan dengan menghitung jumlah akar utama tanaman murbei (Morus cathayana L.) yang tumbuh. Sama halnya dengan pengukuran panjang akar primer, pengukuran jumlah akar primer dilakukan setelah tanaman berumur empat minggu setelah tanam.

3. Bobot akar total

Pengukuran bobot akar total dilakukan dengan menimbang seluruh akar tanaman murbei (Morus cathayana L.) yang tumbuh, yang dipotong atau dipisahkan terlebih dahulu dari batang. Pengukuran bobot akar dilakukan pada hari yang sama setelah pengukuran panjang dan jumlah akar.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Stek Murbei 4.1.1.1 Total Panjang Cabang Primer

Data total panjang cabang primer dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa dosis pupuk disajikan pada Tabel 5 dan Grafik 1.

Tabel 3. Total panjang cabang primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan

No. Jenis Perlakuan Panjang Cabang (cm) Minggu ke-

4 6 8 10 12

1 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 126.72 138.77 161.32 204.40 257.87

2 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 95.46 117.77 140.46 192.26 242.67

3 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 111.69 132.57 153.58 183.30 210.32

4 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 78.54 109.28 129.30 159.59 201.39

5 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 85.60 110.69 132.31 166.01 198.86

6 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 87.04 93.66 104.64 149.70 180.33

7 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 71.12 89.66 99.99 131.37 172.13

8 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 59.41 82.78 93.92 122.92 170.80

9 Kontrol 70.89 83.16 92.84 113.80 126.99

10 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha 93.79 74.62 0.00 0.00 0.00

Keterangan : Keterangan : Keterangan :

20 lt M-Dext + 130 kg 20 lt NASA + 10 lt 125 kg Urea + 62.5 kg

pupuk kandang /Ha Hormonik /Ha TSP + 62.5 kg KCl /Ha

12 lt M-Dext + 80 kg 12 lt NASA + 6 lt 75 kg Urea + 37.5 kg

pupuk kandang /Ha Hormonik /Ha TSP + 37.5 kg KCl /Ha

5 lt M-Dext + 80 kg 5 lt NASA + 2.5 lt 25 kg Urea + 12.5 kg

pupuk kandang /Ha Hormonik /Ha TSP + 12.5 kg KCl /Ha

Kontrol Kontrol Kontrol

(a) (b) (c)

Grafik 1. Perkembangan total panjang cabang primer stek murbei yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + pupuk kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl)

0 20 40 60 80 100 120 140 160

4 6 Minggu ke-8 10 12

P a nj a n g C a ba ng ( c m ) 0 20 40 60 80 100 120 140

4 6 Minggu ke-8 10 12

P a nj a n g C a ba ng ( c m ) 0 20 40 60 80 100 120

4 6 Minggu ke-8 10 12

P a nj a n g C a ba ng ( c m )


(41)

Tabel 4. Analisis sidik ragam total panjang cabang primer M. cathayana L. pada saat umur 12 minggu

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

Tengah Fhit F0,05 F0,01 Sig.

Perlakuan 36757.11 9 4084.124 30.85** 2.22 3.09 0.000

Galat 2648.05 20 132.402

Total 39405.16 29

Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %

Tabel 5. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang cabang primer tanaman murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu

Jenis Perlakuan Rata-rata

Panjang Cabang (cm)

C3 (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) 257.8667a

C6 (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) 242.6667a

C2 (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) 210.3222b

C8 (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) 201.3889b

C5 (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) 198.8556bc

C4 (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) 180.3333bc

C1 (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) 172.1333bc

C7 (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) 170.8000c

C10 (Kontrol) 126.9889c

C9 (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha) 0.0000d

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

Analisis sidik ragam dari data rata-rata total panjang cabang primer menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (30.846) daripada Ftabel (2.22). Fakta

demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter total panjang cabang primer, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data total panjang cabang primer menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 5).

Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha dan 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari 3 taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan total panjang cabang murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per Ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan.


(42)

Perbandingan data total panjang cabang primer dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan data total panjang cabang primer dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk

4.1.1.2Jumlah Daun

Data jumlah daun dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk disajikan pada Tabel 8 dan Grafik 2.

Tabel 6. Jumlah daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan

No. Jenis Perlakuan Jumlah Daun (helai) Minggu ke-

4 6 8 10 12

1 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 39.22 49.00 52.78 102.44 154.22

2 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 45.56 52.33 57.11 113.89 145.11

3 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 40.67 50.78 80.22 82.89 126.89

4 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 57.67 70.56 78.89 99.33 124.44

5 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 48.78 60.22 66.22 89.89 119.67

6 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 41.78 43.67 63.11 89.00 110.78

7 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 30.89 35.33 49.56 92.78 106.78

8 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 46.89 50.33 52.33 53.78 57.89

9 Kontrol 31.11 35.89 39.33 42.67 46.56

10 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha 39.22 29.56 0.00 0.00 0.00

0 50 100 150 200 250 300 T o tal P a nj

ang Cabang P

r im er ( c m ) 5 L t M-Dext + 30 K

g Pupuk K andang

/Ha

12 L t

M-Dext + 80 K

g Pupuk K andang

/Ha

20 L t

M-Dext + 130 K

g Pupuk K andang

/Ha

5 L t N

ASA + 2.

5 L t H

orm oni

k /H a

12 L t N

ASA + 6

Lt Hor

moni k /H

a

20 L t N

ASA + 10

Lt Hor

moni k /H

a

25 K g U

rea + 12. 5 K g T SP + 12. 5 K g K

Cl /Ha

75 K g U

rea + 37. 5 K g T SP + 37. 5 K g K

Cl /Ha

125 K g U

rea + 62. 5 K g T SP + 62. 5 K g K

Cl /Ha

Kont rol


(43)

Keterangan : Keterangan : Keterangan :

20 lt M-Dext + 130 kg 20 lt NASA + 10 lt 125 kg Urea + 62.5 kg

pupuk kandang /Ha Hormonik /Ha TSP + 62.5 kg KCl

12 lt M-Dext + 80 kg 12 lt NASA + 6 lt 75 kg Urea + 37.5 kg

pupuk kandang /Ha Hormonik /Ha TSP + 37.5 kg KCl

5 lt M-Dext + 80 kg 5 lt NASA + 2.5 lt 25 kg Urea + 12.5 kg

pupuk kandang /Ha Hormonik /Ha TSP + 12.5 kg KCl

Kontrol Kontrol Kontrol

(a) (b) (c)

Grafik 2. Penambahan jumlah daun murbei yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + pupuk kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl)

Tabel 7. Analisis sidik ragam jumlah daun murbei pada saat umur 12 minggu

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

Tengah Fhit F0,05 F0,01 Sig.

Perlakuan 64.404.692 9 7156.077 17.45** 2.22 3.09 0.000

Galat 8.201.879 20 410.094

Total 72.606.571 29

Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %

Tabel 8. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun tanaman murbei (Morus cathayana L.) pada saat umur 12 minggu

Jenis Perlakuan Rata-rata

Jumlah Daun (helai)

C6 (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) 154.2233a

C3 (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) 145.1133ab

C8 (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) 126.8867ab

C5 (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) 124.4433ab

C2 (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) 119.6667ab

C7 (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) 110.7800b

C4 (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) 106.7767b

C1 (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) 57.8900c

C10 (Kontrol) 46.5567c

C9 (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha) 0.0000d

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata 0 20 40 60 80 100 120 140 160

4 6 8 10 12

Minggu ke-Ju ml ah D au n (h el ai ) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

4 6 8 10 12

Minggu ke-Ju ml ah D au n (h e lai ) 0 20 40 60 80 100 120 140

4 6 8 10 12

Minggu ke-Ju ml ah D a u n ( h e lai )


(44)

Analisis sidik ragam dari data rata-rata jumlah daun menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (17.45) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti diantara

perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter jumlah daun, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data jumlah daun menunjukkan adanya perbedaan lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 8).

Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan jumlah daun murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data jumlah daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Perbandingan data jumlah daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk

0 20 40 60 80 100 120 140 160 Jum

lah Daun (

h

elai)

5 L t

M-Dext + 30 K

g Pupuk K andang

/Ha

12 L t

M-Dext + 80 K

g Pupuk K andang /H a 20 L t M-Dext + 130 K

g Pupuk K andang

/Ha

5 L t N

ASA + 2.

5 L t H

orm oni

k /H a

12 L t N

ASA + 6

Lt Hor

moni k /H

a

20 L t N

ASA + 10

Lt Hor

moni k /H

a

25 K g U

rea + 12. 5 K g T SP + 12. 5 K g K

Cl /H

a

75 K g U

rea + 37. 5 K g T SP + 37. 5 K g K

Cl /H

a

125 K g U

rea + 62. 5 K g T SP + 62. 5 K g K

Cl /H a Kont rol Jenis Perlakuan


(45)

4.1.1.3Luas Permukaan Daun

Data luas permukaan daun dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa dosis pupuk disajikan pada Tabel 9, sedangkan hasil analisis sidik ragam luas permukaan daun murbei pada saat tanaman berumur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Luas permukaan daun dari stek murbei (M. Cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan

No. Jenis Perlakuan Luas Permukaan Daun (cm²)

1 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 144.45

2 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 97.09

3 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 89.44

4 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 82.01

5 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 77.95

6 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 66.48

7 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 48.20

8 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 36.41

9 Kontrol 31.63

10 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha 0.00

Tabel 10. Analisis sidik ragam luas permukaan daun murbei pada saat umur 12 minggu

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

Tengah Fhit F0,05 F0,01 Sig.

Perlakuan 44342.101 9 4926.900 1217.69** 2.22 3.09 0.000

Galat 80.922 20 4.046

Total 44423.023 29

Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %

Tabel 11. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap luas permukaan daun tanaman murbei (M. Cathayana L.) pada saat umur 12 minggu

Jenis Perlakuan Rata-rata

Luas Permukaan Daun (cm²)

C3 (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) 144.4500a

C6 (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) 97.0900b

C2 (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) 89.4367c

C5 (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) 82.0133d

C8 (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) 77.9500e

C1 (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) 66.4767f

C4 (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) 48.1967g

C7 (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) 36.4133h

C10 (Kontrol) 31.6300i

C9 (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha) 0.0000j


(46)

Analisis sidik ragam dari data rata-rata luas permukaan daun menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (1217.69) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti

diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter luas permukaan daun, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data luas permukaan daun menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 11).

Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan luas permukaan daun murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data luas permukaan daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan data luas permukaan daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk 0 20 40 60 80 100 120 140 160 L u as P erm

ukaan Daun (

c m 2) 5 L t M-Dext + 30 K

g Pupuk K andang /H a 12 L t M-Dext + 80 K

g Pupuk K andang

/Ha

20 L t

M-Dext + 130 K

g Pupuk K andang /H a 5 L t N ASA + 2.

5 L t H orm oni k / Ha 12 L t N ASA + 6

Lt Ho

rm oni

k /H a

20 L t N

ASA + 10

Lt Ho

rm oni

k /H a

25 K g U

rea + 12.

5 K g T

SP + 12.

5 K g K

Cl /Ha

75 K g U

rea + 37.

5 K g T

SP + 37.

5 K g K

Cl /Ha

125 K g U

rea + 62.

5 K g T

SP + 62.

5 K g K

Cl /Ha

Kont rol


(47)

4.1.1.4Bobot Daun dan Ranting

Data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk disajikan pada Tabel 12, sedangkan hasil analisis sidik ragam bobot daun dan ranting tanaman murbei setelah berumur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Bobot daun dan ranting dari stek murbei (M. Cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan

No. Jenis Perlakuan Bobot Daun dan Ranting (kg)

1 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 0.97

2 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 0.93

3 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 0.63

4 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 0.59

5 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 0.49

6 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 0.43

7 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 0.34

8 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 0.27

9 Kontrol 0.18

10 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha 0.00

Tabel 13. Analisis sidik ragam bobot daun dan ranting murbei pada saat umur 12 minggu

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

Tengah Fhit F0,05 F0,01 Sig.

Perlakuan 121.633 9 13.515 480.61** 2.22 3.09 0.000

Galat 0.562 20 0.028

Total 122.195 29

Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %

Tabel 14. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun dan ranting murbei (M. Cathayana L.) pada saat umur 12 minggu

Jenis Perlakuan Rata-rata

Bobot Daun dengan Ranting (kg)

C3 (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) 0.9756a

C6 (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) 0.9299b

C2 (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) 0.6272c

C5 (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) 0.5890d

C8 (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) 0.4869e

C1 (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) 0.4333f

C4 (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) 0.3394g

C7 (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) 0.2697h

C10 (Kontrol) 0.1800h

C9 (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha) 0.0000i


(48)

Analisis sidik ragam dari data rata-rata bobot daun dan ranting menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (480.61) daripada Ftabel (2.22). Fakta

demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter bobot daun dan ranting, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data bobot daun dan ranting menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 14).

Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan bobot daun dan ranting tanaman murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 B o bot

Daun dan Rant

ing ( k g) 5 L t M-Dext + 30 K

g Pupuk K andang

/Ha

12 L t

M-Dext + 80 K

g Pupuk K andang

/Ha

20 L t

M-Dext + 130 K

g Pupuk K andang

/Ha

5 L t N

ASA + 2.

5 L t H

orm oni

k /H a

12 L t N

ASA + 6

Lt Hor

moni k /H

a

20 L t N

ASA + 10

Lt Hor

moni k /H

a

25 K g U

rea + 12. 5 K g T SP + 12. 5 K g K

Cl /H

a

75 K g U

rea + 37. 5 K g T SP + 37. 5 K g K

Cl /H

a

125 K g U

rea + 62. 5 K g T SP + 62. 5 K g K

Cl /H a Kont rol Jenis Perlakuan


(49)

4.1.1.5Bobot Daun

Data bobot daun dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk disajikan pada tabel 15, sedangkan hasil analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei setelah berumur 12 minggu dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 15. Bobot daun dari stek murbei (M. Cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan

No. Jenis Perlakuan Bobot Daun tanpa Ranting (kg)

1 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 0.47

2 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 0.42

3 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 0.36

4 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 0.31

5 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 0.25

6 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 0.24

7 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 0.23

8 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 0.18

9 Kontrol 0.14

10 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha 0.00

Tabel 16. Analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei pada saat umur 12 minggu

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df

Kuadrat

Tengah Fhit F0,05 F0,01 Sig.

Perlakuan 24.371 9 2.708 85.79** 2.22 3.09 0.000

Galat 0.631 20 0.032

Total 25.002 29

Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %

Tabel 17. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun murbei (M. Cathayana L.) pada saat umur 12 minggu

Jenis Perlakuan Rata-rata

Bobot Daun tanpa Ranting (kg)

C3 (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) 0.4708a

C6 (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) 0.4222b

C2 (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) 0.3594b

C5 (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) 0.3142b

C8 (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) 0.2463c

C1 (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) 0.2437cd

C4 (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) 0.2288cd

C7 (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) 0.1942d

C10 (Kontrol) 0.1381e

C9 (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha) 0.0000f


(1)

Lampiran 8. Hasil analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei (

Morus

cathayana

)

Descriptives

BOBOT DAUN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

C1 3

0.2437

.11590 .06692 0.2354 0.2613 0.19 0.28 C2 3

0.3594

.02887 .01667 0.3316 0.3750 0.27 0.62 C3 3

0.4708

.22234 .12837 0.3844 0.4890 0.38 0.48 C4 3

0.2288

.33561 .19376 0.1830 0.2504 0.21 0.25 C5 3

0.3142

.22502 .12991 0.3077 0.3556 0.30 0.33 C6 3

0.4222

.15275 .08819 0.3572 0.5161 0.37 0.47 C7 3

0.1942

.21656 .12503 0.1120 0.2180 0.10 0.21 C8 3

0.2463

.10970 .06333 0.1808 0.2580 0.18 0.26 C9 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 C10 3

0.1381

.08000 .04619 0.1213 0.1987 0.12 0.18 Total 30 0.2900 .92851 .16952 0.2450 0.3384 0.24 0.32

ANOVA

BOBOT DAUN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 24.371 9 2.708 85.791 .000

Within Groups .631 20 .032

Total 25.002 29

BOBOT DAUN

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6

C9 3 .0000

C10 3

0.1381

C4 3

0.2288

C7 3

0.1942

0.1942

C1 3

0.2437

0.2437

C8 3

0.2463

C5 3

0.3142

C2 3

0.3594

C6 3

0.4222

C3 3

0.4708

Sig. 1.000 1.000 .496 .060 .132 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(2)

55

Lampiran 9. Hasil analisis sidik ragam total panjang akar primer tanaman

murbei (

Morus cathayana

)

Descriptives

PANJANG AKAR

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

C1 3 81.40 .07211 .04163 80.7209 83.0791 79.82 84.96 C2 3 85.37 .64663 .37333 84.4670 87.6797 84.38 87.66 C3 3 110.12 .42525 .24552 109.9670 113.0797 108.54 112.34 C4 3 74.50 .72746 .42000 73.4729 76.0871 69.62 76.06 C5 3 94.87 .03055 .01764 92.8974 99.0492 91.94 99.00 C6 3 135.23 .69292 .40006 134.3254 138.7680 131.56 137.84 C7 3 47.57 .04163 .02404 46.4099 49.6168 45.48 49.56 Total 21 62.9060 5.27494 1.15109 60.5717 65.3740 61.48 63.84

ANOVA

PANJANG AKAR

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 553.267 6 92.211 399.388 .000

Within Groups 3.232 14 .231

Total 556.499 20

PANJANG AKAR

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6

C7 3 47.57

C1 3 81.40

C4 3 74.50

C2 3 85.37

C5 3 94.87

C3 3 110.12

C6 3 135.23

Sig. 1.000 1.000 .063 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(3)

Lampiran 10. Hasil analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei

(

Morus cathayana

)

Descriptives

JUMLAH AKAR

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

C1 3 12.4667 .50332 .29059 11.7209 13.0791 11.82 14.96 C2 3 14.5333 .30551 .17638 13.4670 15.6797 14.38 15.66 C3 3 20.7333 .50332 .29059 19.9670 23.0797 20.54 22.34 C4 3 10.3333 .30551 .17638 9.4729 13.0871 9.62 11.06 C5 3 17.6000 .20000 .11547 16.8974 19.0492 16.94 19.00 C6 3 26.3333 .41633 .24037 25.3254 28.7680 25.56 27.84 C7 3 9.4000 .20000 .11547 8.4099 9.6168 8.48 9.56 Total 21 11.1399 5.77878 1.26103 10.5717 11.3740 10.48 11.84

ANOVA

JUMLAH AKAR

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 665.992 6 110.999 820.765 .000

Within Groups 1.893 14 .135

Total 667.886 20

JUMLAH AKAR

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7

C7 3 9.4000

C1 3 12.4667

C4 3 10.3333

C2 3 14.5333

C5 3 17.6000

C3 3 20.7333

C6 3 26.3333

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(4)

57

Lampiran 11. Hasil analisis sidik ragam bobot akar total tanaman murbei (

Morus

cathayana

)

Descriptives

BOBOT AKAR

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

C1 3 .9500 .11846 .06839 .9391 1.1676 .80 1.01 C2 3 1.0133 .03786 .02186 .9193 1.1074 .97 1.14 C3 3 1.3033 .56889 .32845 1.1099 1.7165 .96 1.96 C4 3 .8733 .11136 .06429 .6734 1.2266 .85 1.07 C5 3 1.2133 .10504 .06064 1.1524 1.4743 1.11 1.32 C6 3 1.3367 .17156 .09905 1.2705 1.6228 1.04 1.38 C7 3 .7167 .13868 .08007 .6722 1.0612 .60 .87 Total 21 1.0381 .28439 .06206 .9086 1.1675 .60 1.96

ANOVA

BOBOT AKAR

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .795 6 .133 2.256 .098

Within Groups .822 14 .059

Total 1.618 20

BOBOT AKAR

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2

C7 3 .7167

C1 3 .9500 .9500

C4 3 .8733 .8733

C2 3 1.0133 1.0133

C6 3 1.3367

C5 3 1.2133

C3 3 1.3033

Sig. .188 .071

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(5)

Anva Novalia.

Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan

Akar Stek Murbei (

Morus cathayana

L.)

. Dibimbing oleh Ir. Kasno, M.Sc.

Untuk mampu memenuhi kebutuhan industri benang sutera dalam negeri,

pemerintah perlu mendorong petani ulat sutera untuk meningkatkan produksi

kokon. Upaya peningkatan produksi kokon bisa ditempuh melalui cara

intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya intensifikasi dapat ditempuh melalui cara

pemberian nutrisi makanan melalui pemupukan, sedangkan upaya ekstensifikasi

dapat ditempuh melalui perluasan kebun murbei.

Bahan perbanyakan tanaman murbei bisa berupa benih dan stek batang.

Stek batang sebagai bahan perbanyakan tanaman lebih umum dilakukan.

Penelitian pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan stek murbei dilakukan dalam

kondisi rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

terhadap produktivitas tanaman khususnya pertumbuhan daun dan akar.

Jenis pupuk yang diuji dalam penelitian ini adalah pupuk organik dan

pupuk anorganik. Pupuk organik yang diuji bermerk dagang M-Dext, NASA, dan

Hormonik, serta pupuk kandang, sedangkan jenis pupuk anorganik yang diuji

adalah Urea, TSP, dan KCl. Adapun dosis pupuk organik adalah campuran 5 lt

M-Dext + 30 kg pupuk kandang per Ha, 12 lt M-M-Dext + 80 kg pupuk kandang per

Ha, 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha, 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik

per Ha, 12 lt NASA + 6 lt Hormonik per Ha, 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per

Ha. Sedangkan dosis pupuk anorganik adalah campuran 25 kg Urea + 12.5 kg

TSP + 12.5 kg KCl per Ha, 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl per Ha, 125

kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per Ha.

Untuk melakukan pengujian jenis dan dosis pupuk tersebut, dilakukan

dengan rancangan percobaan acak lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan

masing-masing tiga ulangan. Selain itu pengaruh perendaman stek murbei dalam larutan

pupuk organik terhadap pertumbuhan akar juga dilakukan. Jenis pupuk yang

diujicoba berupa pupuk organik M-Dext dan NASA. Konsentrasi pupuk yang


(6)

dicoba adalah 0.25 % dengan lama perendaman 15, 30, dan 45 menit. Percobaan

ini juga dilakukan dengan menggunakan RAL dengan tujuh perlakuan

masing-masing 3 ulangan. Adapun parameter pengujian berupa total panjang cabang

primer, jumlah daun, luas permukaan daun, bobot daun dengan dan tanpa ranting,

total panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total.

Hasil penelitian menunjukkan, untuk pengaruh pemupukan pada stek

terhadap produksi daun, aplikasi pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk

kandang per Ha berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang cabang primer,

luas permukaan daun, dan bobot daun dengan dan tanpa ranting. Pengaruh yang

nyata ini diduga bahwa pupuk organik M-Dext memiliki unsur makro dan mikro

yang lebih lengkap dan dibutuhkan tanaman, sehingga dapat meningkatkan

produktivitas daun. Sedangkan aplikasi pupuk organik 20 lt NASA + 10 lt

Hormonik per Ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

jumlah daun.

Aplikasi perendaman NASA 45 menit memberikan pengaruh positif

terhadap pertumbuhan panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar.

Respon tanaman akibat perlakuan perendaman ini dikarenakan pupuk organik

NASA memiliki hormon yang dapat meningkatkan daya tumbuh akar.