Latar Belakang Masalah Pasar Titipapan Sebelum Dan Sesudah Direlokasi Pemerintah Kotamadya Medan (1993-2000)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar merupakan tempat kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Hal ini didasari atau oleh faktor perkembangan ekonomi yang pada awalnya hanya bersumber pada problem untuk memenuhi kebutuhan hidup kebutuhan pokok . Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Pasar di dalamnya terdapat tiga unsur, yaitu penjual, pembeli dan barang atau jasa yang keberadaanya tidak dapat dipisahkan 1 Dalam kajian ini akan dibahas salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Medan, yaitu Pasar Titipan. Pasar Titipapan ini terletak di tempat yang strategis yaitu di pinggir Jalan Yos Sudarso yang menghubungkan antara Kota Medan dengan Belawan, sehingga pasar ini selalu ramai dikunjungi orang. Pasar ini juga merupakan pasar satu-satunya yang ada di Kelurahan Titipapan. . Pertemuan antara penjual dan pembeli menimbulkan transaksi jual-beli, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk ke pasar akan membeli barang, ada yang datang ke pasar hanya sekedar bermain semata atau ingin berjumpa dengan seseorang guna mendapatkan informasi tentang sesuatu. 1 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1988, hal. 18 Universitas Sumatera Utara Di dalam aktivitas pasar terjadi tukar menukar barang dan jasa serta terbentuknya harga. Sehubungan dengan itu, pasar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu pasar nyata dan pasar abstrak 2 Dalam hal ini, Pasar Titipapan termasuk salah satu contoh pasar tradisional . Pasar Titipapan termasuk dalam golongan pasar nyata dimana kegiatan operasional pasar, kegiatan penawaran, permintaan, proses transaksi jual beli dan kegiatan pembayaran terjadi secara nyata dan dapat dilihat secara umum. Berbeda dengan pasar abstrak menunjukkan ketidaknyataan kegiatan operasional jual beli barang dan jasa, mereka menjual barang dagangannya tidak langsung dalam arti sejumlah barang yang akan diperjualbelikan tidak ikut hadir pada saat pemasaran dan kegiatan tawar-menawar terjadi. Penjual hanya menunjukkan beberapa contoh barang bahkan ada pula yang hanya memberi gambaran volume, kualitas barang dengan selembar brosur, ataupun hanya dengan kata-kata dan cerita saja. 3 2 Ibid, hlm.174 , karena dalam interaksi antara penjual dan pembeli masih dapat ditemukan tawar menawar mengenai harga, suatu hal yang tidak dapat ditemukan lagi di dalam pasar modern. Pasar ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat, karena pasar ini dapat dikatakan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat sekitar dengan masyarakat lainnya. Pasar Titipapan juga berfungsi sebagai ajang tempat pertemuan diantara sesama pembeli, pedagang, dan antar warga kelurahan lainnya. 3 Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Ciri-ciri Ciri Ciri Pasar Tradisional, yaitu: Proses jual-beli melalui tawar menawar harga, Barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah tangga, Harga yang relatif lebih murah, Area yang terbuka dan tidak ber-AC, dan Area yang terlihat kotor dan becek. Sedangkan Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan atau dilayani oleh pramuniaga. Barang- barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket. Universitas Sumatera Utara Para pedagang yang ada di Pasar Titipapan terdiri dari pedagang ikan, sayuran, daging, pakaian, sembako dan segala perlengkapan rumah tangga mereka ditempatkan di tempat yang sudah disediakan. Selain itu, terdapat juga pedagang makanan dan minuman yang berupa kios- kios kecil hingga grosir dan pedagang eceran. Para pedagang ini berasal dari dalam maupun luar daerah Kelurahan Titipapan yang terdiri dari berbagai etnis, misalnya Melayu, Minang, Jawa, Batak Toba, Batak Karo, dan Cina. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, para pedagang memiliki sikap untuk saling bersosialisasi dalam menuju kesatuan yang utuh. Seluruh pedagang berbaur dan melakukan persaingan secara sehat tanpa ada konflik yang terjadi. Mereka juga merasa senasib sepenanggungan yang mempunyai kepentingan yang sama. Pembeli yang datang berkunjung ke Pasar Titipapan ini berasal dari berbagai kelurahanan yang ada di Kecamatan Medan Deli dan ada juga yang datang dari Kecamatan Medan Marelan. Berangkat dari sini maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pasar, terutama pasar tradisional bukan hanya sebagai tempat transaksi jual-beli, tetapi juga sebagai media komunikasi antara warga masyarakat desa yang bermukim di sekitar pasar. Pasar menjadi media sosial yang menghubungkan komunikasi antar manusia di suatu daerah. Selain itu, pasar merupakan suatu lokasi yang menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tidak terkecuali Pasar Titipapan yang telah melahirkan lahan pekerjaan baru yang dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti dijumpai tukang becak atau ojek, kuli penarik gerobak, tukang parkir, penjual Koran dan tukang semir sepatu. Hal ini menandakan Pasar Titipapan mempunyai peranan yang penting dalam mengurangi pengangguran yang ada di sekitarnya. Terlepas daripada itu, dilihat dari historis Pasar Titipapan ini adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda. 4 4 Wawancara, Asnah, Simpang Titipapan Kelurahan Titipapan, 18 Febuari 2013. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti tahun Universitas Sumatera Utara berapa pasar itu mulai ada dengan arti pertama kali terjadinya transaksi jual beli ditempat tersebut. Lokasi pasar Titipapan ini sebelum pindah ke Simpang Titipapan, lokasinya terletak di pinggiran Sungai Deli yang tidak jauh dari tempat yang sekarang. Jadi, secara otomatis pasar ini beroperasi di pinggiran Sungai Deli. Dalam sejarah di Sumatera Timur 5 yang sekarang menjadi bagian dari Sumatera Utara, transportasinya erat kaitannya dengan sungai. Sungai mempunyai peranan yang sangat penting, karena di sepanjang jalur ini penduduk bermukim dan melakukan aktivitas pertaniannya. Selain itu, melalui sungai hubungan dengan dunia luar terutama perdagangan yang dilakukan di sungai. Sungai-sungai di Sumatera Timur semuanya berawal dari pegunungan Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Malaka, di bagian Utara yakni di Langkat, Deli dan Serdang, serta Asahan, sungai-sungai umumnya pendek dan dangkal 6 . Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Sungai Deli merupakan sungai yang terpenting di Cultuurgebied 7 5 Terdapat dua bentuk transportasi yang digunakan di Sumatera Timur hingga awal abad ke-20, yaitu transportasi melalui air dan darat. Transportasi air dilakukan pada sungai-sungai yang dapat dilayari dengan menggunakan rakit, sampan, maupun kapal. Transportasi darat dilakukan di atas jalan-jalan raya dengan menggunakan tenaga hewan, manusia dan kendaraan bermotor, serta kereta api pada jalur-jalur yang tersedia. . Meskipun sungainya tidak besar dan relatif dangkal, merupakan hulu dari pelabuhan terbesar di Sumatera Timur, yaitu Belawan. Para pedagang membawa barang dagangannya dengan sampan dan rakit, dan di sini produsen membeli hasil pertanian dari 6 Edi Sumarno, “Pertanian Karet Rakyat Sumatera Timur 1863-1942” Tesis S-2, belum diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1998, hal.52-53. 7 Daerah Cultuurgebied yakni daerah yang berada di daerah Selatan Sumatera Timur yang mencakup Simalungun Bawah, Batu Bara, Asahan, dan Labuhan Batu. Selain Sungai Deli yang penting di daerah Cultuurgebied juga ada Sungai Wampu dan sungai Langkat di Langkat, Sungai Serdang, Sungai Bedagai, dan Sungai Padang di Deli dan Serdang, Sungai Asahan, Sungai Bilah, dan Sungai Panai di Asahan. Universitas Sumatera Utara penduduk dengan menggunakan kapal yang lebih besar untuk diangkut ke Pelabuhan Belawan. Akan tetapi menjelang akhir abad ke-20 lambat laun jalur transportasi air mulai ditinggalkan penduduk. Mereka lebih memilih menggunakan jalur darat, yaitu kereta api terutama untuk mengangkut hasil pertanian onderneming. Berdasarkan gambaran tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian penduduk di pinggiran Sungai Deli pada saat itu masih menggunakan transportasi air, meskipun jumlahnya tidak sebanyak sebelumnya. Dengan begitu, lahirnya Pasar Titipapan dilatarbelakangi oleh adanya aktivitas di pinggiran Sungai Deli yang hingga awal abad ke-20 masih ada. Aktivitas tukar-menukar antar penduduk inilah yang melatarbelakangi lahirnya pasar. Pertukaran barang dan jasa yang dilakukan setiap harinya mengakibatkan perkembangan yang luar biasa, dan akhirnya penduduk sekitar menyebut Pasar Titipapan 8 Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa hingga tahun 1990-an pasar itu berdiri di pinggiran Sungai Deli, yang sebagian tanahnya termasuk tanah milik Pekerjaan Umum PU Kotamadya Medan. Karena pasar ini menjadi ramai, sehingga para pedagang menyebar luas ke tanah milik warga dengan cara membayar sewa tanah. Pada awal tahun 1993 pihak PU melakukan penggalian Sungai Deli dan melakukan pembuatan benteng agar air sungai tidak meluap seperti yang telah sering terjadi . Perkembangan pasar ini berdampak pada jumlah pedagang yang semakin bertambah, sehingga pinggiran sungai itu tidak dapat menampung para pedagang. 9 8 Asal usul penamaan Pasar Titipapan berasal dari penduduk setempat yang letaknya di Kelurahan Titipapan , Medan Deli. . Hal ini mengakibatkan pedagang yang ada di Pasar Titipapan kehilangan tempat untuk meletakkan barang dagangannya. Walaupun begitu para 9 Wawancara, Anwar, 30 Juli 2013, Kantor Pasar Titipapan, Kelurahan Titipapan. Universitas Sumatera Utara pedagang masih berjualan di sekitar tanah milik warga yang disewa, sehingga keadaan pasar semakin penuh sesak dan sempit. Melihat kondisi itu, Pemerintah Kotamadya Medan mendirikan pasar yang baru yang letaknya tidak jauh dari pasar yang lama. Pemerintah mendirikan sebuah bangunan yang dikelilingi pagar beton dan di dalamnya terdapat beberapa toko, kios, dan meja-meja untuk para pedagang Pasar Titipapan. Pemerintah Kotamadya Medan juga membuatkan pos keamanan, tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, dan beberapa kamar mandi. Akan tetapi setelah bangunan selesai perpindahan lokasi ini menyebabkan banyak pedagang mengeluh, dengan alasan menurunnya hasil penjualan. Tempat Pasar Titipapan yang baru ini diresmikan pada tahun 1997 oleh Bachtiar Djaafar sebagai Wali Kotamadya Medan pada masa itu. Persoalan di atas mempunyai cerita sendiri untuk dikaji bahwa sebelum dan sesudah pemindahan lokasi memiliki cerita yang berbeda. Di samping itu, tulisan yang membahas mengenai pasar tradisional khususnya di Kecamatan Medan Deli belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang mengkaji soal pasar tradisional pernah dilakukan, antaralain oleh Harry dalam skripsi S-1 USU “Sejarah Perkembangan Pasar Inpres Belawan 1975-1980. Cakupan spasial dalam kajian ini bersifat lokal, yakni Kelurahan Titipapan sebagai satu bagian dari kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli. Batasan temporal adalah dari tahun 1993-2000, bahwa pada tahun 1993 pertumbuhan pedagang yang ada di Pasar Titipapan melonjak pesat, Proyek Umum PU Kotamadya Medan melakukan pembuatan benteng tanggul Sungai Deli sehingga mengakibatkan pedagang kehilangan tempat untuk meletakkan barang dagangannya. Pada periode ini tempat Pasar Titipapan yang baru mulai dibangun Pemerintah Kotamadya Medan yang diresmikan pada tahun 1997. Sementara itu, skop temporal Universitas Sumatera Utara penulisan diakhiri pada tahun 2000 disebabkan pedagang secara keseluruhan sudah meninggalkan lokasi pasar yang lama yang berada dipinggir Sungai Deli.

1.2 Rumusan Masalah