4.1 Pasar Sebagai Tempat Kegiatan Ekonomi
Pasar merupakan pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat setempat dengan masayarakat dari daerah lain. Pada awalnya Pasar Titipapan hanya menampung hasil bumi dan
produksi dari daerah sekitar Pasar Titipapan. Pada perkembangan selanjutnya, pasar tidak hanya menampung hasil bumi dan produksi dari daerah setempat, melainkan juga telah menampung
hasil bumi dan produksi dari daerah lain yang penyalurannya meliputi beberapa cara, yaitu secara langsung memasarkannya kepada konsumen ataupun melalui agen pemasaran. Para
pedagang ada juga yang sudah berlangganan tetap dengan para produsen barang yang dibutuhkan pedagang itu. Hal ini menjadikan pasar yang semula hanya untuk masyarakat daerah itu
berkembang menjadi pusat pertemuan para pedagang dari beberapa wilayah yang lebih luas. Relokasi Pasar Titipapan juga menyebabkan perubahan-perubahan pada beberapa aspek
selain dari sumber komoditas hasil bumi. Perubahan-perubahan setelah relokasi itu dapat dilihat pada aspek pedagang, pembeli, komoditas dan pengelolaan serta sarana dan prasarana.
Pada aspek pedagang, perubahan-perubahan sebelum dan setelah direlokasi dapat ditemukan diantaranya jumlah pedagang, pendapatan pedagang dan status pedagang. Dari segi
jumlah pedagang, terjadi peningkatan pedagang setelah dilaksakannya relokasi pasar walaupun tidak semua pedagang yang ada di pasar sebelum relokasi juga ikut berdagang di pasar pasca
relokasi. Peningkatan jumlah pedagang dapat dimaklumi karena jumlah tempat berdagang dan luas pasar setelah relokasi meningkat dibanding sebelum relokasi.
Dalam hal pendapatan pedagang, beberapa pedagang yang ikut serta dalam relokasi itu mengalami penurunan pendapatan. Menurunnya pendapatan para pedagang setelah relokasi
disebabkan oleh persaingan yang meningkat sebagai konsekuensi meningkatnya jumlah pedagang. Pertumbuhan pedagang yang tidak berbanding sejajar dengan pertumbuhan pembeli
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan beberapa pedagang mengalami penurunan pendapatan. Dalam hal status pedagang jelas mengalami perubahan karena sebelum relokasi pedagang berstatus pedagang kaki
lima sedangkan setelah relokasi pedagang berstatus sebagai pedagang resmi yang terdaftar pada PD Pasar Kota Medan.
Perubahan pada aspek pembeli lebih mendasar kepada meningkatnya keamanan dan kenyamanan serta pelayanan yang diterima setelah dilaksanakannya relokasi pasar. Dengan
lokasi yang lebih luas, pedagang yang lebih banyak, tempat dagangan yang memadai serta sarana dan prasarana yang lumayan lengkap menyebabkan tingkat kenyamanan dan keamanan pembeli
ketika berada di pasar itu lebih terjaga jika dibandingkan dengan sebelum relokasi. Dengan adanya relokasi pasar dengan perubahan-perubahan diberbagai aspek juga
menyebabkan komoditas barang dagangan juga mengalami perubahan. Beberapa komoditas yang diperdagangkan di pasar sebelum relokasi tidak ditemukan lagi atau minimal berkurang di pasar
setelah relokasi. Demikian sebaliknya terdapat juga komoditas baru di pasar pasca relokasi yang sebelumnya tidak ditemukan pada saat pasar sebelum direlokasi. Beberapa komoditas yang
berkurang diantaranya komoditas buah dimana pada saat sebelum relokasi terdapat tiga orang pedagang yang mendagangkan komoditas buah sedangkan pasca relokasi hanya ditemukan satu
orang. Selain itu juga ditemukan perubahan komoditas dagangan yang dilakukan oleh pedagang dimana sebelum relokasi berdagang ikan dan pasca relokasi mengubah barang dagangannya
menjadi barang-barang assesoris imitasi. Setelah dilaksankannya relokasi pasar oleh Pemerintah Kotamadya Medan secara
otomatis status pasar juga mengalami perubahan dari berstatus pedagang kaki lima menjadi pasar yang termasuk dalam PD Pasar Kota Medan. Hal ini juga berkonsekuensi dengan pengelolaan
pasar yang sebelumnya tidak dikelola secara baik menjadi dikelola secara baik dan teratur
Universitas Sumatera Utara
dibawah naungan Pemerintah Kotamadya Medan. Dengan berubahnya status pasar menyebabkan perubahan-perubahan lain sebagai akibat berubahnya status pasar tersebut. Di antara perubahan-
perubahan itu adalah adanya pengelolaan sampah atau petugas kebersihan dan petugas keamanan yang mengakibatkan timbulnya retribusi yang dikutip setiap bulannya sebagai biaya pengelolaan
kebersihan dan keamanan tersebut. Perubahan paling penting dan paling tampak akibat dari relokasi Pasar Titipapan adalah
dalam aspek sarana dan prasarana. Status pedagang kaki lima sebelum relokasi sudah pasti minim akan sarana dan prasarana dan status yang dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Medan
juga dapat dipastikan akan meningkatkan sarana dan prasarana pasar. Sarana dan prasarana adalah aspek penting sebagai penunjang suatu aktivitas tidak terkecuali aktivitas suatu pasar.
Dalam suatu perusahaan, hal ini menjadi tanggung jawab pengelola perusahaan. Pasar Titipapan yang dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Medan melalui PD Pasar Kota Medan bertanggung
jawab akan kelengkapan sarana dan prasarana Pasar Titipapan sebagai penunjang aktivitas Pasar Titipapan.
Sebelum melaksanakan relokasi, Pemerintah Kotamadya Medan melalui PD Pasar Kota Medan sudah menyediakan beberapa sarana dan prasarana diantaranya lahan yang memadai,
bangunan fisik, sarana pendukung, pengelolaan sampah, pengelolaan kemanan, petugas pengutip retribusi dan susunan pengelola pasar. Pada aspek lahan, sebelum relokasi para pedagang
menjajakan dagangannya masih berada di kaki-kaki lima ruko-ruko namun setelah relokasi sudah dapat ditempatkan pada satu tempat yang dapat menampung seluruh pedagang.
Untuk fisik atau bangunan dan sarana pendukung, PD Pasar Kota Medan menyediakan bangunan yang permanen dengan dipagari tembok yang juga permanen. Bangunan untuk
berdagang juga disediakan dengan tiga tingkatan yaitu pertama 4x4 m, kedua 2x2,5 m dan ketiga
Universitas Sumatera Utara
2x2,1 m dengan peralatan seperti meja dagangan yang juga disediakan secara permanen. Untuk sarana pendukung Pasar Titipapan, PD Pasar Kota Medan menyediakan tempat sampah yang
cukup yang telah memenuhi standar yang ada, menyediakan MCK umum di lokasi pasar, mengadakan petugas kebersihan yang bertugas membersihkan sampah di lokasi serta
mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir dengan menyediakan gerobak dan truk pengangkut sampah, mengadakan petugas keamanan, mengadakan saluran air yang memadai
untuk menjaga lokasi dari bencana banjir serta menyediakan lapangan parkir yang mampu menampung 10 kendaraan roda empat dan 25 kenderaan roa dua. Semua bangunan fisik dan
sarana pendukung yang disediakan PD Pasar Kota Medan setelah relokasi berbanding sangat jauh dengan kondisi pasar sebelum direlokasi.
Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi mendorong dan memperlancar kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomis bagi masyarakat setempat, seperti yang terlihat dengan adanya
perubahan-perubahan dibidang produksi, distribusi, maupun konsumsi. Perubahan tersebut karena pasar menyediakan barang-barang kebutuhan primer dan sekunder bagi kebutuhan
konsumsi masyarakat. Dalam distribusi, pasar juga memiliki fungsi yang sangat penting yaitu menyebarluaskan barang-barang hasil produksi masyarakat.
Dalam sistem produksi, ada hal-hal yang dipandang pokok bagi seorang produsen untuk dapat mengembangkan usahanya yaitu mengenai modal, dan tenaga kerja. Dalam arti ekonomi,
modal sebagai faktor produksi dengan segala sarana dan prasarananya yang dihasilkan untuk digunakan sebagai masukan dalam proses produksi, seperti bangunan dan perlengkapan produksi
yang lain. Barang modal ini sering disebut sebagai barang yang konkrit. Dalam hal ini, modal dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: modal dalam bentuk uang, modal dalm
bentuk barang barang yang bergerak, dan tidak bergerak dan keterampilan atau keterampilan
Universitas Sumatera Utara
tertentu
19
Pasar Titipapan cukup menyediakan ketiga jenis modal yang telah disebutkan di atas, yaitu: uang, barang, dan jasa. Tetapi yang paling menonjol adalah jenis modal tenaga, kemudian
modal barang, dan uang. Bank adalah salah satu tempat memperoleh modal uang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pedagang. Para pedagang lebih cenderung meminjam
dengan kerabat yang mereka anggap lebih mampu perekonomiannya, daripada harus meminjam kepada pihak bank. Mereka beranggapan jika meminjam melalui pihak bank, harus memenuhi
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sipeminjam, seperti harus memiliki jaminan, menjalani tahap survei dan pengisian administrasi surat-menyurat. Mereka menganggap hal itu
cukup membingungkan dan merepotkan. Peminjaman melalui pihak bank juga memerlukan kehati-hatian yang cukup tinggi, sepert pembayaran angsuran peminjaman yang harus tepat
waktu, menyimpanan berkas-berkas peminjaman dengan baik dan juga uang yang dipinjam telah terlebih dahulu dipotong oleh pihak bank sebagai pengganti biaya administrasi. Kebalikannya
apabila meminjam melalui kerabat dekat tidak perlu melalui suatu prosedur yang formal, tanpa jaminan, tetapi cukup dengan suatu kepercayaan saja.
. Ketiga bentuk modal tersebut tidak harus dimiliki sekaligus oleh seorang produsen. Ada produsen yang hanya memiliki modal uang saja, seperti pedagang, ada juga yang
memerlukan modal uang dan keahlian seperti pengerajin patung dan lainnya. Akant tetapi, ada juga yang sekedar membutuhkan tenaga saja dengan memberikan jasa seperti buruh kasar,
pelayan, dan lain-lain.
Fasilitas bagi pedagang agar dapat memperoleh pinjaman modal berupa uang dari pihak bank sebenarnya sudah banyak diterima oleh masyarakat. Seperti halnya informasi yang
diberikan pihak bank tentang persyaratan mengenai simpan pinjam telah disampaikan kepada para pedagan baik itu melalui brosur ataupun himbauan secara langsung oleh petugas bank.
19
Imam Chourmain dan Prihatin, Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta: Depdikbud, 1994. hlm.8
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, masih banyak para pedagang Pasar Titipapan yang tidak mau mengambil resiko untuk meminjam uang kepada pihak bank. Para pedagang tersebut tidak ingin
memberikan harta mereka sebagai jaminan untuk sekedar usaha keci-kecilan dan para pedagang merasa lebih baik memulai usahanya dengan modal yang ditabungnya sedikit demi sedikit.
Setelah itu, keuntungan yang mereka peroleh disimpan dalam bentuk uang maupun barang. Ada juga beberapa pedagang yang memperoleh modalnya dengan tidak meminjam dari
siapapun, mereka ini memiliki modal sendiri yang biasanya didapatkan dari pekerjaan sebagai guru, satpam, buruh pabrik dan lain-lain. Mereka ini menganggap berdagang di Pasar Titipapan
tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan dan untuk mengisi waktu luang mereka. Sedangkan pedagang lainnya memiliki modal sendiri yang berasal dari warisan orang tua mereka, sewaktu
orang tuanya masih hidup ataupun tidak dapat melanjutkan usahanya lagi karena faktor-faktor tertentu. Para pedagang ini hanya melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh orang tua mereka.
Sebagian kecil pedagang yang memperoleh modalnya dengan meminjam dari bank adalah mereka para pedagang yang membutuhkan modal besar. Pada umumnya mereka adalah
pedagang Etnis Tionghoa yang telah memiliki grosir di Pasar Titipapan tersebut. Mereka pedagang yang berani mengambil resiko, di samping itu mereka mempunyai kecakapan dalam
mengolah uang, kepintaran serta pengalaman berdagang yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka. Dengan latar belakang keunggulan tersebut, mereka tidak takut meminjam
modal uang dari pihak bank. Selain modal uang, pihak produsen juga membutuhkan modal yang berupa barang.
Modal barang ini dapat kita klasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu modal barang tidak bergerak dan modal barang bergerak
20
20
Soetrisno P.H. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia Suatu Studi, Yogyakarta: Andi Offset, 1984, hlm. 103
. Mengenai modal barang yang tidak bergerak di Pasar
Universitas Sumatera Utara
Titipapan tersebut, kita dapat mengamil contoh yaitu toko atau kios sebagai tempat untuk berdagang, dan komoditi barang dagangan itu sendiri. Beberapa pedagang ada yang mendapat
kepercayaan dari pemilik modal untuk menjalankan usahanya dengan hasil penjualan mendapat persenan dan jika barang tersebut tidak habis terjual akan dikembalikan kepemilik modal,
sehingga pedagang tersebut tidak mendapat resiko kerugian. Sedangkan barang bergerak yang dimiliki para pedagang seperti becak barang, timbangan dan barang-barang lain yang membantu
dalam proses jual beli. Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, para pedagang menjalankan kegiatan
berdagangnya dengan sangat baik, tidak hanya memperhatikan kepuasan pelanggan tetapi mereka juga meningkatkan hubungan persaudaraan ataupun hubungan kekeluargaan yang
terbangun dari kegiatan berdagang mereka karena adanya rasa saling percaya diantara pelaku- pelaku ekonomi yang ada di Pasar Titipapan. Sehingga membawa dampak positif bagi para
pedagang juga karena mereka dapat mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan akan kepentingan ekonomi mereka juga tidak menyampingkan kewajiban moral kepada kerabat dan tetangga
mereka dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai pedagang di Pasar Titipapan. Adanya jaringan-jaringan sosial yang erat dalam aktivitas perdagangan di Pasar Titipapan
mempermudah para pedagang dalam mendapatkan barang dagangan serta mempertahankan pelanggannya. Jaringan sosial ada dan berkembang membentuk satu kesatuan yang sulit untuk
diputuskan, semua ini terjadi karena adanya rasa saling percaya yang timbul antara pedagang dan pemasok dan pedagang terhadap pembeli yang selanjutnya menjadi pembeli tetap di kios tempat
mereka berdagang atau dengan kata lain yaitu sebagai pelanggan. Pelaku dalam perdagangan tidak hanya “pedagang” dalam arti orang yang membeli dan membayar suatu barang lalu
menjualnya pada kesempatan lain dengan mengambil untung dari kegiatannya tersebut. Selain
Universitas Sumatera Utara
pedagang, dalam sistem perdagangan terlibat juga para buruh yang membantu pedagang. Pelaku transportasi sopir, kernet dan pemilik truk, penyedia jasa dalam penimbangan, bongkar muat
dan lain-lain. Orang-orang ini sangat mempengaruhi kemajuan dari usaha yang dijalankan pedagang itu sendiri
Pedagang yang ada di Pasar Titipapan ini ada yang menjalankan usahanya seorang diri, dengan kata lain pedagang tersebut menjalankan aktifitas perdagangannya tanpa bantuan orang
lain. Pada umumnya pedagang tersebut merupakan pedagang sayur-sayuran karena proses kerja dan barang dagangannya relatif ringan. Tetapi ada juga pedagang yang membutuhkan tenaga
kerja orang lain baik sebagi karyawan ataupun buruh kasar. Para tenaga kerjaburuh kebanyakan berasal dari kerabat dekat dan orang yang datang menawarkan jasanya kepada pihak pemilik
usaha tersebut. Pekerjaan sebagi buruh ini dikatakan sebagai pekerjaan kasar, karena pekerjaan ini hanya memerlukan kekuatan tenaga penuh, tidak perlu keahlian khusus, seperti membantu
pedagang tersebut untuk membuka kios atupu mengangkat barang-barang dagangannya. Meskipun pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang besar, tetapi imbalannya relatif murah.
Imbalan dalam sistem tenaga kerja kasar ini adakalanya berupa upah harian dan ada juga yang bulanan.
Selain membutuhkan tenaga kasar, beberapa pedagang Pasar Titipapan juga membutuhkan tenaga terampil yang ahli untuk digunakan sebagai pelayan maupun kasir. Tenaga
terampil yang memiliki keahlian khusus tersebut biasanya diperoleh dari pengalaman orang tua dan juga berasal dari pendidikan yang mengikuti kursus. Imbalan dalam sistem tenaga kerja ini
adakalanya berupah upah bulanan dan sama sekali tidak diberi upah harian, hanya diberi biaya makan dan sedikit kebutuhan sandang. Ada juga beberapa pedagang yang ada di Pasar Titipapan
menggunakan anaknya sebagai mitra yang bergantian menjaga barang dagangannya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil suatu produksi untuk sampai pada konsumen sangat tergantung dengan sisitem distribusi
21
yang ada. Sistem distribusi adalah sistem penyebaran barang produksi atau hasil suatu produksi sehingga sampai kepada konsumen. Dalam sistem produksi dikenal dua macam
sistem distribusi yaitu distribusi langsung dan distribusi tidak langsung
22
Dalam sistem ekonomi pasar, produsen menyebarluaskan hasil produksinya harus menggunakan jasa pedagang. Adakalanya pedagang besar merupakan agen dari produsen. Dalam
hal ini pedagang kecil atau eceran harus berhubungan dengan pedagang besar atau agen produsen. Dari agen tersebutlah pedagang kecileceran membeli barang dagangannya untuk
dijual kembali pada para konsumen di pasar seperti yang terjadi di Pasar Titipapan. Terkadang pedagang kecil atau eceran tersebut tidak berhubungan dengan agen besar, tetapi melalui agen
yang lebih kecil atau yang disebut dengan grosir. Rantai distribusi tidak langsung ini kadang- kadang sangat panjang. Inilah salah satu akibat yang menyebabkan harga barang yang sampai
pada konsumen menjadi jauh lebih mahal, sebab setiap mata rantai distribusi itu mengambil keuntungan.
. Bentuk distribusi tidak langsung bisa dilihat di Pasar Titipapan antara pedagang dan pembeli yang disebut juga sebagai
konsumen. Jadi dalam hal ini, barang-barang produksi sampai ketangan konsumen pastilah melalui prantara yang bernama pedagang. Dalam distribusi tidak langsung ini produsen tidak
secara langsung berhubungan dengan konsumen, begitu juga sebaliknya, konsumen tidak langsung berhubungan dengan produsen.
21
Pengertian distribusi disini adalah proses persebaran dan kegiatan pengeluaran barang-barang yang dihasilkan oleh para produsen kepada masyarakat konsumen. Sebagaimana kita ketahui ada berbagai
faktor pendukung terciptanya produksi, demikian pula terjadinya persebaran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
22
M.Ikram, Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu, Jakarta: Depdikbud, 1990, hlm.61
Universitas Sumatera Utara
Pasar yang disebut sebagai tempat berjual-beli merupakan unsur yang sangat penting dalam proses produksi. Hal itu juga dikarenakan dari pihak produsen sangat berkepentingan agar
barang produksinya menyebar sampai kepada para konsumen. Sarana distribusi sangat memegang peranan penting, terutama sarana alat transportasi dan kondisi jalan. Sedangkan alat
tukar, alat ukur, dan tempat juga sebagai pendukung distribusi berlangsung. Pada dasarnya sistem konsumsi dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan primer
dan konsumsi sebagai kebutuhan skunder. Kebutuhan perimer adalah kebutuhan pokok yang keberadaannya hanya dipenuhi untuk dapat terselenggaranya sebuah kehidupan, sedangkan
kebutuhan sekunder atau kebutuhan tambahan adalah kebutuhan yang keberadaannya tidak harus dipenuhi dan kehidupan tetap dapat terselenggara meskipun kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.
Kebutuhan pokok cukup tersedia di Pasar Titipapan seperti beras, minyak goreng, garam, gula, ikan, sayur-mayur, tepung, tekstil, pakaian jadi, peralatan dapur dan lain-lain.
Suatu kebutuhan tambahan adalah kebutuhan yang keberadaannya tidak mutlak harus dipenuhi untuk terselenggaranya suatu kehidupan. Jenis kebutuhan sekunder ini muncul setelah
kebutuhan-kebutuhan pokok telah terpenuhi. Oleh kerena itu, fungsi kebutuhan sekunder ini adalah tidak untuk mempertahankan hidup melainkan untuk mempertinggi mutu hidup. Dalam
kehidupan manusia pada umumnya dan pada masyarakat Kelurahan Titipapan pada khususnya untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas, mereka tidaklah cukup dipenuhi dengan kebutuhan
pokoknya saja, tetapi mereka juga memerlukan hiburan, informasi, perawatan kesehatan, pendidikan serta alat-alat kelengkapan rumah tangga. Kebutuhan pelengkap barang serta jasa
juga dapat diperoleh dengan membeli di Pasar Titipapan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pasar Sebagai Tempat Pembauran Kebudayaan